Share

Home Stories

Stories 22 Juli 2025

Visinema Garap Film Epik Perang Jawa tentang Pangeran Diponegoro

Peneliti sejarah Peter Carey digandeng sebagai konsultan untuk menjaga keautentikan sejarah dalam film ini

Konferensi Pers Film Terbaru Visinema Pictures tentang Perang Jawa, di Plaza Senayan, Senin (21/7/2025)/Context-Renita

Context.id, JAKARTA - Rumah Produksi Visinema membocorkan proyek film terbarunya yang mengangkat kisah Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Proyek ini disebut akan menjadi film pertama Visinema yang mengangkat tema peperangan dan sejarah nasional

Pemilihan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh utama bukan tanpa alasan. Produser Eksekutif Visinema Gita Wirjawan menyebut ingin memperkenalkan Pangeran Diponegoro sebagai sosok penting bukan hanya soal Perang Jawa tapi juga prinsip dan nilai-nilai moral yang dianutnya. 

“Beliau menolak untuk menjadi Hamengkubuwono karena beliau merasa adanya tanggung jawab moral. Nah, ini kalau menurut saya nilai-nilai yang kaya sekali dan harus diceritakan,” jelas Gita dalam Konferensi Pers Film Terbaru Visinema Pictures, Senin (21/7/2025).

Sutradara Visinema Angga Dwimas Sasongko mengatakan melakukan riset mendalam terkait karakter utama. Tak cuma terbatas pada Pangeran Diponegoro sendiri, tapi juga terkait lingkungan sang Pangeran hidup, khususnya lingkungan sosial Jawa.

Angga mengatakan film yang akan diproduksi di awal tahun 2027 dan dirilis 2028 ini merupakan proyek epik, eksploratif sekaligus ambisius. Saking seriusnya menggarap film ini, Visinema menggandeng Sejarawan Peter Carey sebagai konsultan sejarah.

Angga yakin keterlibatan Peter yang telah mendedikasikan 4 dekade hidupnya untuk meriset Pangeran Diponegoro bisa menjaga keautentikan unsur sejarah dalam film ini. 

“Ada satu orang yang mendedikasikan lebih dari setengah hidupnya untuk Pangeran Diponegoro dan orangnya ada di panggung ini, di tim ini, namanya Peter Carey.”

Lebih lanjut, Angga menjelaskan alasan proyek film Perang Jawa mulai digarap pada tahun ini tidak terlepas dari momentum industri film dalam negeri yang makin terbuka terhadap berbagai genre film. 

Dirinya mencontohkan bagaimana film Jumbo (2025) mencapai 10 juta penonton dalam waktu beberapa bulan, kemudian film bertemakan politik yakni Pengepungan di Bukit Duri (2025) juga terbukti mampu meraih hampir 2 juta penonton.

“Saya rasa penonton Indonesia sudah sangat siap, penonton Indonesia ingin sesuatu yang lebih, penonton Indonesia membutuhkan sesuatu yang lebih,” ujar Angga.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 22 Juli 2025

Visinema Garap Film Epik Perang Jawa tentang Pangeran Diponegoro

Peneliti sejarah Peter Carey digandeng sebagai konsultan untuk menjaga keautentikan sejarah dalam film ini

Konferensi Pers Film Terbaru Visinema Pictures tentang Perang Jawa, di Plaza Senayan, Senin (21/7/2025)/Context-Renita

Context.id, JAKARTA - Rumah Produksi Visinema membocorkan proyek film terbarunya yang mengangkat kisah Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Proyek ini disebut akan menjadi film pertama Visinema yang mengangkat tema peperangan dan sejarah nasional

Pemilihan Pangeran Diponegoro sebagai tokoh utama bukan tanpa alasan. Produser Eksekutif Visinema Gita Wirjawan menyebut ingin memperkenalkan Pangeran Diponegoro sebagai sosok penting bukan hanya soal Perang Jawa tapi juga prinsip dan nilai-nilai moral yang dianutnya. 

“Beliau menolak untuk menjadi Hamengkubuwono karena beliau merasa adanya tanggung jawab moral. Nah, ini kalau menurut saya nilai-nilai yang kaya sekali dan harus diceritakan,” jelas Gita dalam Konferensi Pers Film Terbaru Visinema Pictures, Senin (21/7/2025).

Sutradara Visinema Angga Dwimas Sasongko mengatakan melakukan riset mendalam terkait karakter utama. Tak cuma terbatas pada Pangeran Diponegoro sendiri, tapi juga terkait lingkungan sang Pangeran hidup, khususnya lingkungan sosial Jawa.

Angga mengatakan film yang akan diproduksi di awal tahun 2027 dan dirilis 2028 ini merupakan proyek epik, eksploratif sekaligus ambisius. Saking seriusnya menggarap film ini, Visinema menggandeng Sejarawan Peter Carey sebagai konsultan sejarah.

Angga yakin keterlibatan Peter yang telah mendedikasikan 4 dekade hidupnya untuk meriset Pangeran Diponegoro bisa menjaga keautentikan unsur sejarah dalam film ini. 

“Ada satu orang yang mendedikasikan lebih dari setengah hidupnya untuk Pangeran Diponegoro dan orangnya ada di panggung ini, di tim ini, namanya Peter Carey.”

Lebih lanjut, Angga menjelaskan alasan proyek film Perang Jawa mulai digarap pada tahun ini tidak terlepas dari momentum industri film dalam negeri yang makin terbuka terhadap berbagai genre film. 

Dirinya mencontohkan bagaimana film Jumbo (2025) mencapai 10 juta penonton dalam waktu beberapa bulan, kemudian film bertemakan politik yakni Pengepungan di Bukit Duri (2025) juga terbukti mampu meraih hampir 2 juta penonton.

“Saya rasa penonton Indonesia sudah sangat siap, penonton Indonesia ingin sesuatu yang lebih, penonton Indonesia membutuhkan sesuatu yang lebih,” ujar Angga.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025