Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?
Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri
Context.id, JAKARTA - Setiap tahun, hampir dua juta warga negara Indonesia meninggalkan tanah air bukan untuk liburan, melainkan untuk berobat.
Mereka terbang ke Malaysia, Thailand atau Singapura demi satu hal layanan medis yang lebih cepat, lebih baik dan lebih dipercaya.
Fenomena ini bukan lagi rahasia. Dari pasien kelas menengah hingga pejabat tinggi, tak sedikit yang diam-diam atau terang-terangan memilih berobat ke luar negeri.
Bahkan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat pernah menyebut, negara kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri.
Apa yang sebenarnya membuat warga kita berkunjung?
Malaysia menjadi primadona utama wisata medis dunia. Menampung lebih dari 500 ribu pasien asing per tahun, negara ini menawarkan rumah sakit bertaraf internasional, harga kompetitif dan pelayanan yang terintegrasi.
Tak heran jika Malaysia dinobatkan sebagai tujuan wisata medis terbaik di dunia oleh Nomad Capitalist.
Singapura menyusul di posisi kedua. Negara kecil ini mengandalkan teknologi medis tercanggih, walau biayanya bisa tiga hingga lima kali lipat lebih mahal dari Malaysia.
Thailand berada di urutan ketiga, unggul dalam layanan operasi plastik dan bedah besar, dengan harga hingga 80% lebih murah dari Amerika Serikat.
Indonesia? Tak masuk daftar sama sekali.
Sebaliknya, Indonesia adalah “pasar” utama ketiga negara tersebut. Pasien asal Indonesia disebut disambut hangat dijemput dari bandara, disiapkan penerjemah, bahkan dibantu hingga ke layanan transportasi pulang.
Malaysia meraup lebih dari US$400 juta dari wisatawan medis, Thailand US$2,2 miliar dan Singapura US$1,9 miliar sebagian besar dari Indonesia.
POPULAR
RELATED ARTICLES
Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?
Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri
Context.id, JAKARTA - Setiap tahun, hampir dua juta warga negara Indonesia meninggalkan tanah air bukan untuk liburan, melainkan untuk berobat.
Mereka terbang ke Malaysia, Thailand atau Singapura demi satu hal layanan medis yang lebih cepat, lebih baik dan lebih dipercaya.
Fenomena ini bukan lagi rahasia. Dari pasien kelas menengah hingga pejabat tinggi, tak sedikit yang diam-diam atau terang-terangan memilih berobat ke luar negeri.
Bahkan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat pernah menyebut, negara kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri.
Apa yang sebenarnya membuat warga kita berkunjung?
Malaysia menjadi primadona utama wisata medis dunia. Menampung lebih dari 500 ribu pasien asing per tahun, negara ini menawarkan rumah sakit bertaraf internasional, harga kompetitif dan pelayanan yang terintegrasi.
Tak heran jika Malaysia dinobatkan sebagai tujuan wisata medis terbaik di dunia oleh Nomad Capitalist.
Singapura menyusul di posisi kedua. Negara kecil ini mengandalkan teknologi medis tercanggih, walau biayanya bisa tiga hingga lima kali lipat lebih mahal dari Malaysia.
Thailand berada di urutan ketiga, unggul dalam layanan operasi plastik dan bedah besar, dengan harga hingga 80% lebih murah dari Amerika Serikat.
Indonesia? Tak masuk daftar sama sekali.
Sebaliknya, Indonesia adalah “pasar” utama ketiga negara tersebut. Pasien asal Indonesia disebut disambut hangat dijemput dari bandara, disiapkan penerjemah, bahkan dibantu hingga ke layanan transportasi pulang.
Malaysia meraup lebih dari US$400 juta dari wisatawan medis, Thailand US$2,2 miliar dan Singapura US$1,9 miliar sebagian besar dari Indonesia.
POPULAR
RELATED ARTICLES