Share

Home Originals

Originals 17 Juni 2025

Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?

Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri

Ilustrasi wisata medis tiga negara Asean/Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Setiap tahun, hampir dua juta warga negara Indonesia meninggalkan tanah air bukan untuk liburan, melainkan untuk berobat. 

Mereka terbang ke Malaysia, Thailand atau Singapura demi satu hal layanan medis yang lebih cepat, lebih baik dan lebih dipercaya.

Fenomena ini bukan lagi rahasia. Dari pasien kelas menengah hingga pejabat tinggi, tak sedikit yang diam-diam atau terang-terangan memilih berobat ke luar negeri. 

Bahkan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat pernah menyebut, negara kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri.

Apa yang sebenarnya membuat warga kita berkunjung?

Malaysia menjadi primadona utama wisata medis dunia. Menampung lebih dari 500 ribu pasien asing per tahun, negara ini menawarkan rumah sakit bertaraf internasional, harga kompetitif dan pelayanan yang terintegrasi. 

Tak heran jika Malaysia dinobatkan sebagai tujuan wisata medis terbaik di dunia oleh Nomad Capitalist.

Singapura menyusul di posisi kedua. Negara kecil ini mengandalkan teknologi medis tercanggih, walau biayanya bisa tiga hingga lima kali lipat lebih mahal dari Malaysia. 

Thailand berada di urutan ketiga, unggul dalam layanan operasi plastik dan bedah besar, dengan harga hingga 80% lebih murah dari Amerika Serikat.

Indonesia? Tak masuk daftar sama sekali.

Sebaliknya, Indonesia adalah “pasar” utama ketiga negara tersebut. Pasien asal Indonesia disebut disambut hangat dijemput dari bandara, disiapkan penerjemah, bahkan dibantu hingga ke layanan transportasi pulang. 

Malaysia meraup lebih dari US$400 juta dari wisatawan medis, Thailand US$2,2 miliar dan Singapura US$1,9 miliar sebagian besar dari Indonesia.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 17 Juni 2025

Kenapa Kita Kalah dari Malaysia dan Thailand Soal Wisata Medis?

Indonesia kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri

Ilustrasi wisata medis tiga negara Asean/Context-Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - Setiap tahun, hampir dua juta warga negara Indonesia meninggalkan tanah air bukan untuk liburan, melainkan untuk berobat. 

Mereka terbang ke Malaysia, Thailand atau Singapura demi satu hal layanan medis yang lebih cepat, lebih baik dan lebih dipercaya.

Fenomena ini bukan lagi rahasia. Dari pasien kelas menengah hingga pejabat tinggi, tak sedikit yang diam-diam atau terang-terangan memilih berobat ke luar negeri. 

Bahkan Presiden Joko Widodo saat masih menjabat pernah menyebut, negara kehilangan sekitar Rp165 triliun setiap tahun hanya karena warganya memilih berobat ke luar negeri.

Apa yang sebenarnya membuat warga kita berkunjung?

Malaysia menjadi primadona utama wisata medis dunia. Menampung lebih dari 500 ribu pasien asing per tahun, negara ini menawarkan rumah sakit bertaraf internasional, harga kompetitif dan pelayanan yang terintegrasi. 

Tak heran jika Malaysia dinobatkan sebagai tujuan wisata medis terbaik di dunia oleh Nomad Capitalist.

Singapura menyusul di posisi kedua. Negara kecil ini mengandalkan teknologi medis tercanggih, walau biayanya bisa tiga hingga lima kali lipat lebih mahal dari Malaysia. 

Thailand berada di urutan ketiga, unggul dalam layanan operasi plastik dan bedah besar, dengan harga hingga 80% lebih murah dari Amerika Serikat.

Indonesia? Tak masuk daftar sama sekali.

Sebaliknya, Indonesia adalah “pasar” utama ketiga negara tersebut. Pasien asal Indonesia disebut disambut hangat dijemput dari bandara, disiapkan penerjemah, bahkan dibantu hingga ke layanan transportasi pulang. 

Malaysia meraup lebih dari US$400 juta dari wisatawan medis, Thailand US$2,2 miliar dan Singapura US$1,9 miliar sebagian besar dari Indonesia.



Penulis : Renita Sukma

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Indonesia Berburu Pendanaan Iklim di COP30

Sejak COP21, negara-negara maju berjanji mengucurkan US100 miliar per tahun untuk membantu negara berkembang beralih ke energi bersih tapi itu han ...

David Eka . 08 August 2025

Brand Uniqlo akan Terdampak Tarif Trump, Apa Alasannya?

Brand pakaian asal Jepang, Uniqlo, mengakui kebijakan Tarif Trump yang tinggi akan berdampak besar pada operasional bisnis mereka mulai akhir tahu ...

Naufal Jauhar Nazhif . 05 August 2025

Jepang Pecahkan Rekor Internet Dunia, 1,02 Petabit per Detik

Kecepatanya memungkinkan mengunduh seluruh koleksi film di Netflix, puluhan gim berukuran besar atau jutaan lagu dalam hitungan detik

Naufal Jauhar Nazhif . 25 July 2025

Film Superman 2025 Anti Israel, Apa Benar?

Film Superman 2025 mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena dianggap mempolitisasi perang Israel-Hamas/Palestina.

Naufal Jauhar Nazhif . 23 July 2025