Perseteruan Trump dan Musk, Bakal Rugikan Amerika?
Ancaman Donald Trump kepada Elon Musk punya dampak sangat besar pada keamanan negara dan juga kedigdayaan Amerika Serikat

Context.id, JAKARTA - Di tengah atmosfer politik Amerika yang makin mendidih, terjadi benturan yang tak terhindarkan antara dua ego paling besar di zaman kita, Donald Trump dan Elon Musk.
Dalam suatu ledakan kata-kata di media sosial, presiden AS Trump menyatakan niatnya untuk menghentikan kontrak dan subsidi pemerintah kepada perusahaan-perusahaan Musk.
“Saya heran Biden tidak melakukannya lebih dulu,” tulisnya di Truth Social.
Apa yang mungkin awalnya terlihat seperti pertengkaran digital antartokoh narsistik ternyata punya implikasi sangat nyata dan berbahaya.
Mari bayangkan, jika pemerintah federal benar-benar memutus hubungan dengan SpaceX, dampaknya tak cuma pada Musk atau saham Tesla.
Tapi juga seluruh arsitektur antariksa sipil dan militer AS. SpaceX bukan sekadar penyedia layanan. Ia adalah urat nadi NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Seperti dilansir dari ZdNet, Falcon 9 dan kapsul Dragon adalah satu-satunya moda transportasi awak yang aktif milik Amerika sejak program shuttle dihentikan.
Bahkan, setelah kegagalan Cygnus milik Northrop Grumman, SpaceX adalah satu-satunya operator kargo aktif yang menyuplai stasiun luar angkasa.
Ironisnya, SpaceX juga memegang kontrak untuk menghancurkan stasiun itu dengan aman pada 2030.
Sementara itu, misi ambisius Artemis upaya AS mengalahkan China kembali ke Bulan secara praktis bergantung pada wahana pendarat Bulan buatan SpaceX.
Perusahaan antariksa lain, Blue Origin memang memiliki kontrak serupa, tetapi jadwalnya terpaut hingga satu dekade. Tanpa SpaceX, ambisi lunar NASA tinggal retorika.
Angkatan Luar Angkasa AS juga telah memindahkan peluncuran-peluncuran strategisnya dari Vulcan milik ULA ke roket Falcon milik SpaceX karena masalah sertifikasi dan reliabilitas.
Jaringan Starlink meski dimulai sebagai proyek komersial ambisius kini telah menjadi tulang punggung komunikasi militer AS.
Pemutusan hubungan bukan sekadar manuver politik. Ini bisa dituding sabotase kebijakan pertahanan nasional.
Namun, apakah Trump akan mengorbankan keunggulan strategis Amerika untuk membalas dendam pribadi? Bila sejarah menjadi acuan mungkin saja.
Memukul Musk sama dengan menyakiti Amerika?
Penghentian kerja sama dengan SpaceX akan memundurkan AS dalam eksplorasi antariksa, memberikan keunggulan strategis kepada China.
Ini bisa dianggap mempermalukan program luar angkasa nasional yang selama ini disanjung sebagai simbol supremasi teknologi Barat.
Tetapi ini bukan hanya tentang NASA. Ini tentang apakah negara adidaya bersedia menghancurkan instrumen keunggulannya demi ego seorang Trump.
Seperti biasa, Trump punya banyak cara untuk melukai. Tapi sejauh mana ia bersedia membayar harga luka baliknya?
POPULAR
RELATED ARTICLES
Perseteruan Trump dan Musk, Bakal Rugikan Amerika?
Ancaman Donald Trump kepada Elon Musk punya dampak sangat besar pada keamanan negara dan juga kedigdayaan Amerika Serikat

Context.id, JAKARTA - Di tengah atmosfer politik Amerika yang makin mendidih, terjadi benturan yang tak terhindarkan antara dua ego paling besar di zaman kita, Donald Trump dan Elon Musk.
Dalam suatu ledakan kata-kata di media sosial, presiden AS Trump menyatakan niatnya untuk menghentikan kontrak dan subsidi pemerintah kepada perusahaan-perusahaan Musk.
“Saya heran Biden tidak melakukannya lebih dulu,” tulisnya di Truth Social.
Apa yang mungkin awalnya terlihat seperti pertengkaran digital antartokoh narsistik ternyata punya implikasi sangat nyata dan berbahaya.
Mari bayangkan, jika pemerintah federal benar-benar memutus hubungan dengan SpaceX, dampaknya tak cuma pada Musk atau saham Tesla.
Tapi juga seluruh arsitektur antariksa sipil dan militer AS. SpaceX bukan sekadar penyedia layanan. Ia adalah urat nadi NASA ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Seperti dilansir dari ZdNet, Falcon 9 dan kapsul Dragon adalah satu-satunya moda transportasi awak yang aktif milik Amerika sejak program shuttle dihentikan.
Bahkan, setelah kegagalan Cygnus milik Northrop Grumman, SpaceX adalah satu-satunya operator kargo aktif yang menyuplai stasiun luar angkasa.
Ironisnya, SpaceX juga memegang kontrak untuk menghancurkan stasiun itu dengan aman pada 2030.
Sementara itu, misi ambisius Artemis upaya AS mengalahkan China kembali ke Bulan secara praktis bergantung pada wahana pendarat Bulan buatan SpaceX.
Perusahaan antariksa lain, Blue Origin memang memiliki kontrak serupa, tetapi jadwalnya terpaut hingga satu dekade. Tanpa SpaceX, ambisi lunar NASA tinggal retorika.
Angkatan Luar Angkasa AS juga telah memindahkan peluncuran-peluncuran strategisnya dari Vulcan milik ULA ke roket Falcon milik SpaceX karena masalah sertifikasi dan reliabilitas.
Jaringan Starlink meski dimulai sebagai proyek komersial ambisius kini telah menjadi tulang punggung komunikasi militer AS.
Pemutusan hubungan bukan sekadar manuver politik. Ini bisa dituding sabotase kebijakan pertahanan nasional.
Namun, apakah Trump akan mengorbankan keunggulan strategis Amerika untuk membalas dendam pribadi? Bila sejarah menjadi acuan mungkin saja.
Memukul Musk sama dengan menyakiti Amerika?
Penghentian kerja sama dengan SpaceX akan memundurkan AS dalam eksplorasi antariksa, memberikan keunggulan strategis kepada China.
Ini bisa dianggap mempermalukan program luar angkasa nasional yang selama ini disanjung sebagai simbol supremasi teknologi Barat.
Tetapi ini bukan hanya tentang NASA. Ini tentang apakah negara adidaya bersedia menghancurkan instrumen keunggulannya demi ego seorang Trump.
Seperti biasa, Trump punya banyak cara untuk melukai. Tapi sejauh mana ia bersedia membayar harga luka baliknya?
POPULAR
RELATED ARTICLES