Share

Home Stories

Stories 28 April 2025

Berita Buruk Buat China, Unsur Tanah Jarang Ternyata Tak Langka

Meski namanya mineral tanah jarang, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka

Ilustrasi tanah jarang/energy.gov

Context.id, JAKARTA - Dalam drama perang dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China, Beijing memainkan kartu lama: membatasi ekspor mineral penting. Salah satunya adalah tanah jarang, bahan yang dipakai untuk membuat barang-barang canggih seperti mobil listrik, turbin angin, hingga jet tempur.

Namun kenyataannya, langkah ini tidak semenakutkan yang dibayangkan. Amerika dan negara lain ternyata punya cara untuk mengakali kebijakan tersebut.

Apa itu Tanah Jarang?
Meski namanya “tanah jarang”, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka. Repotnya, mereka tersebar di berbagai tempat dan sulit dipisahkan dari mineral lain.

China selama ini memang jadi raja di sektor ini karena sejak lama mereka membangun rantai pasok yang kuat, sementara negara lain malas ikut bermain di industri yang kotor dan mahal ini.

Baru-baru ini, seperti dilaporkan Wired, China memperketat ekspor tujuh jenis tanah jarang unsur seperti disprosium, gadolinium, hingga skandium.

Ini jenis logam yang membuat magnet lebih kuat dan tahan panas. Magnet ini dipakai di motor listrik, radar, bahkan alat bantu pengobatan kanker.

Tapi meski penting, jumlahnya dalam tiap perangkat biasanya kecil sekali. Bahkan, nilai total impor tanah jarang AS tahun lalu hanya sekitar US$170 juta.

Bandingkan dengan impor kentang segar (US$327 juta) atau keripik kentang (US$300 juta). Ya, AS beli lebih banyak kentang ketimbang tanah jarang.

Dulu, strategi ekspor China pernah membuat khawatir. Tapi sekarang banyak celah. Misalnya, perusahaan AS bisa membeli lewat negara ketiga seperti Belgia. Harganya pun belum melonjak drastis sejak aturan baru ini berlaku.

Yang menarik, perusahaan seperti Tesla sudah mulai mengurangi ketergantungan. Tahun 2023 mereka bahkan mengurangi penggunaan tanah jarang hingga 25% di motor mobil listriknya dan berencana menghilangkannya sama sekali.

Kenapa AS belum tambang sendiri?
AS dan Kanada sebenarnya punya cadangan besar tanah jarang. Tapi industri ini sudah lama ditinggalkan karena polutif dan nilainya kecil.

Menambang tanah jarang bukan seperti bikin cip lebih murah, tapi dianggap “nggak sepadan dengan capeknya.”

Namun jika China makin ketat, mungkin justru ini momen bagi AS bangkit lagi. Butuh waktu dua tahun untuk membuka tambang dan kilang baru.

Negara-negara seperti Kanada, Australia, hingga Amerika Latin mulai menunjukkan minat kembali ke sektor ini.

“Kita mungkin sedang berada di titik balik. Dominasi China bisa saja mulai turun," kata Seaver Wang dari lembaga riset Breakthrough Institute seperti dikutip dari Wired



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 28 April 2025

Berita Buruk Buat China, Unsur Tanah Jarang Ternyata Tak Langka

Meski namanya mineral tanah jarang, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka

Ilustrasi tanah jarang/energy.gov

Context.id, JAKARTA - Dalam drama perang dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China, Beijing memainkan kartu lama: membatasi ekspor mineral penting. Salah satunya adalah tanah jarang, bahan yang dipakai untuk membuat barang-barang canggih seperti mobil listrik, turbin angin, hingga jet tempur.

Namun kenyataannya, langkah ini tidak semenakutkan yang dibayangkan. Amerika dan negara lain ternyata punya cara untuk mengakali kebijakan tersebut.

Apa itu Tanah Jarang?
Meski namanya “tanah jarang”, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka. Repotnya, mereka tersebar di berbagai tempat dan sulit dipisahkan dari mineral lain.

China selama ini memang jadi raja di sektor ini karena sejak lama mereka membangun rantai pasok yang kuat, sementara negara lain malas ikut bermain di industri yang kotor dan mahal ini.

Baru-baru ini, seperti dilaporkan Wired, China memperketat ekspor tujuh jenis tanah jarang unsur seperti disprosium, gadolinium, hingga skandium.

Ini jenis logam yang membuat magnet lebih kuat dan tahan panas. Magnet ini dipakai di motor listrik, radar, bahkan alat bantu pengobatan kanker.

Tapi meski penting, jumlahnya dalam tiap perangkat biasanya kecil sekali. Bahkan, nilai total impor tanah jarang AS tahun lalu hanya sekitar US$170 juta.

Bandingkan dengan impor kentang segar (US$327 juta) atau keripik kentang (US$300 juta). Ya, AS beli lebih banyak kentang ketimbang tanah jarang.

Dulu, strategi ekspor China pernah membuat khawatir. Tapi sekarang banyak celah. Misalnya, perusahaan AS bisa membeli lewat negara ketiga seperti Belgia. Harganya pun belum melonjak drastis sejak aturan baru ini berlaku.

Yang menarik, perusahaan seperti Tesla sudah mulai mengurangi ketergantungan. Tahun 2023 mereka bahkan mengurangi penggunaan tanah jarang hingga 25% di motor mobil listriknya dan berencana menghilangkannya sama sekali.

Kenapa AS belum tambang sendiri?
AS dan Kanada sebenarnya punya cadangan besar tanah jarang. Tapi industri ini sudah lama ditinggalkan karena polutif dan nilainya kecil.

Menambang tanah jarang bukan seperti bikin cip lebih murah, tapi dianggap “nggak sepadan dengan capeknya.”

Namun jika China makin ketat, mungkin justru ini momen bagi AS bangkit lagi. Butuh waktu dua tahun untuk membuka tambang dan kilang baru.

Negara-negara seperti Kanada, Australia, hingga Amerika Latin mulai menunjukkan minat kembali ke sektor ini.

“Kita mungkin sedang berada di titik balik. Dominasi China bisa saja mulai turun," kata Seaver Wang dari lembaga riset Breakthrough Institute seperti dikutip dari Wired



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025