Berita Buruk Buat China, Unsur Tanah Jarang Ternyata Tak Langka
Meski namanya mineral tanah jarang, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka

Context.id, JAKARTA - Dalam drama perang dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China, Beijing memainkan kartu lama: membatasi ekspor mineral penting. Salah satunya adalah tanah jarang, bahan yang dipakai untuk membuat barang-barang canggih seperti mobil listrik, turbin angin, hingga jet tempur.
Namun kenyataannya, langkah ini tidak semenakutkan yang dibayangkan. Amerika dan negara lain ternyata punya cara untuk mengakali kebijakan tersebut.
Apa itu Tanah Jarang?
Meski namanya “tanah jarang”, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka. Repotnya, mereka tersebar di berbagai tempat dan sulit dipisahkan dari mineral lain.
China selama ini memang jadi raja di sektor ini karena sejak lama mereka membangun rantai pasok yang kuat, sementara negara lain malas ikut bermain di industri yang kotor dan mahal ini.
Baru-baru ini, seperti dilaporkan Wired, China memperketat ekspor tujuh jenis tanah jarang unsur seperti disprosium, gadolinium, hingga skandium.
Ini jenis logam yang membuat magnet lebih kuat dan tahan panas. Magnet ini dipakai di motor listrik, radar, bahkan alat bantu pengobatan kanker.
Tapi meski penting, jumlahnya dalam tiap perangkat biasanya kecil sekali. Bahkan, nilai total impor tanah jarang AS tahun lalu hanya sekitar US$170 juta.
Bandingkan dengan impor kentang segar (US$327 juta) atau keripik kentang (US$300 juta). Ya, AS beli lebih banyak kentang ketimbang tanah jarang.
Dulu, strategi ekspor China pernah membuat khawatir. Tapi sekarang banyak celah. Misalnya, perusahaan AS bisa membeli lewat negara ketiga seperti Belgia. Harganya pun belum melonjak drastis sejak aturan baru ini berlaku.
Yang menarik, perusahaan seperti Tesla sudah mulai mengurangi ketergantungan. Tahun 2023 mereka bahkan mengurangi penggunaan tanah jarang hingga 25% di motor mobil listriknya dan berencana menghilangkannya sama sekali.
Kenapa AS belum tambang sendiri?
AS dan Kanada sebenarnya punya cadangan besar tanah jarang. Tapi industri ini sudah lama ditinggalkan karena polutif dan nilainya kecil.
Menambang tanah jarang bukan seperti bikin cip lebih murah, tapi dianggap “nggak sepadan dengan capeknya.”
Namun jika China makin ketat, mungkin justru ini momen bagi AS bangkit lagi. Butuh waktu dua tahun untuk membuka tambang dan kilang baru.
Negara-negara seperti Kanada, Australia, hingga Amerika Latin mulai menunjukkan minat kembali ke sektor ini.
“Kita mungkin sedang berada di titik balik. Dominasi China bisa saja mulai turun," kata Seaver Wang dari lembaga riset Breakthrough Institute seperti dikutip dari Wired
POPULAR
RELATED ARTICLES
Berita Buruk Buat China, Unsur Tanah Jarang Ternyata Tak Langka
Meski namanya mineral tanah jarang, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka

Context.id, JAKARTA - Dalam drama perang dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China, Beijing memainkan kartu lama: membatasi ekspor mineral penting. Salah satunya adalah tanah jarang, bahan yang dipakai untuk membuat barang-barang canggih seperti mobil listrik, turbin angin, hingga jet tempur.
Namun kenyataannya, langkah ini tidak semenakutkan yang dibayangkan. Amerika dan negara lain ternyata punya cara untuk mengakali kebijakan tersebut.
Apa itu Tanah Jarang?
Meski namanya “tanah jarang”, unsur-unsur ini sebenarnya tidak terlalu langka. Repotnya, mereka tersebar di berbagai tempat dan sulit dipisahkan dari mineral lain.
China selama ini memang jadi raja di sektor ini karena sejak lama mereka membangun rantai pasok yang kuat, sementara negara lain malas ikut bermain di industri yang kotor dan mahal ini.
Baru-baru ini, seperti dilaporkan Wired, China memperketat ekspor tujuh jenis tanah jarang unsur seperti disprosium, gadolinium, hingga skandium.
Ini jenis logam yang membuat magnet lebih kuat dan tahan panas. Magnet ini dipakai di motor listrik, radar, bahkan alat bantu pengobatan kanker.
Tapi meski penting, jumlahnya dalam tiap perangkat biasanya kecil sekali. Bahkan, nilai total impor tanah jarang AS tahun lalu hanya sekitar US$170 juta.
Bandingkan dengan impor kentang segar (US$327 juta) atau keripik kentang (US$300 juta). Ya, AS beli lebih banyak kentang ketimbang tanah jarang.
Dulu, strategi ekspor China pernah membuat khawatir. Tapi sekarang banyak celah. Misalnya, perusahaan AS bisa membeli lewat negara ketiga seperti Belgia. Harganya pun belum melonjak drastis sejak aturan baru ini berlaku.
Yang menarik, perusahaan seperti Tesla sudah mulai mengurangi ketergantungan. Tahun 2023 mereka bahkan mengurangi penggunaan tanah jarang hingga 25% di motor mobil listriknya dan berencana menghilangkannya sama sekali.
Kenapa AS belum tambang sendiri?
AS dan Kanada sebenarnya punya cadangan besar tanah jarang. Tapi industri ini sudah lama ditinggalkan karena polutif dan nilainya kecil.
Menambang tanah jarang bukan seperti bikin cip lebih murah, tapi dianggap “nggak sepadan dengan capeknya.”
Namun jika China makin ketat, mungkin justru ini momen bagi AS bangkit lagi. Butuh waktu dua tahun untuk membuka tambang dan kilang baru.
Negara-negara seperti Kanada, Australia, hingga Amerika Latin mulai menunjukkan minat kembali ke sektor ini.
“Kita mungkin sedang berada di titik balik. Dominasi China bisa saja mulai turun," kata Seaver Wang dari lembaga riset Breakthrough Institute seperti dikutip dari Wired
POPULAR
RELATED ARTICLES