Share

Home Originals

Originals 30 April 2025

Mengapa Harga Emas Naik-Turun Seperti Rollercoaster? Ini Sejarahnya

Dalam dunia yang makin tak menentu dari perang dagang hingga ketegangan geopolitik emas kembali menjadi primadona.

Ilustrasi harga emas/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Harga emas sempat menyentuh Rp2 juta per gram, membuat banyak orang buru-buru membeli logam mulia ini walaupun akhirnya turun lagi di bawah angka itu. 

Tapi, kalau kita menengok ke belakang, sejarah harga emas sebenarnya tidak sesederhana grafik yang terus menanjak.

Era 1970-an: Awal Kegilaan Emas
Krisis minyak, inflasi tinggi, dan keputusan Presiden Nixon untuk memutuskan keterkaitan dolar AS dengan emas mengubah segalanya. 

Harga emas yang tadinya stabil di US$35 per ons, melonjak drastis menjadi US$850 di tahun 1980, seiring ketegangan geopolitik seperti invasi Soviet ke Afghanistan dan Revolusi Iran. Emas menjadi pelarian utama dari ketidakpastian.

Tahun 1990-an: Saat Emas Kehilangan Kilau
Tapi euforia itu tidak bertahan lama. Pada akhir 1990-an, harga emas jatuh ke US$251,70 per ons. Bank sentral di seluruh dunia melepas cadangan emas mereka, dan tambang-tambang besar beramai-ramai menjual di pasar berjangka. Risiko emas sebagai aset safe haven dipertanyakan, setidaknya untuk sementara.

2000-an: Kembali Bersinar
Krisis finansial 2008 mengembalikan emas ke puncaknya. Harga emas melonjak hingga US$1.300 per ons. Ketika kepercayaan pada sektor keuangan runtuh, orang-orang kembali mencari keamanan di logam kuning ini. 

Siklus itu berulang saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020, mendorong harga emas ke kisaran US$1.985 per ons.

2025: Rekor Baru, Ketidakpastian Baru
Saat ini, dengan ketegangan global akibat kebijakan tarif Presiden Trump dan ketidakpastian politik, harga emas terus mencetak rekor, mendekati US$3.074 per ons. 

Dalam rupiah, angka ini terasa lebih dramatis, terutama di tengah pelemahan mata uang.

Pelajaran dari Sejarah
Emas tidak selalu naik. Setiap lonjakan emas selalu dikaitkan dengan satu kata kunci: ketidakpastian. 

Saat dunia stabil, emas kehilangan daya tarik. Saat dunia guncang dari perang, pandemi, hingga pasar keuangan kacau emas kembali bersinar.

Bagi pekerja muda, ini bukan sekadar cerita investasi. Ini tentang memahami bagaimana ketidakpastian global bisa menggerakkan sesuatu yang tampaknya sederhana seperti harga emas.

Apakah hari ini emas masih menjadi safe haven? Atau, seperti rollercoaster, siap-siaplah untuk naik-turun berikutnya.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Originals 30 April 2025

Mengapa Harga Emas Naik-Turun Seperti Rollercoaster? Ini Sejarahnya

Dalam dunia yang makin tak menentu dari perang dagang hingga ketegangan geopolitik emas kembali menjadi primadona.

Ilustrasi harga emas/Context-Rizki Ghazali

Context.id, JAKARTA - Harga emas sempat menyentuh Rp2 juta per gram, membuat banyak orang buru-buru membeli logam mulia ini walaupun akhirnya turun lagi di bawah angka itu. 

Tapi, kalau kita menengok ke belakang, sejarah harga emas sebenarnya tidak sesederhana grafik yang terus menanjak.

Era 1970-an: Awal Kegilaan Emas
Krisis minyak, inflasi tinggi, dan keputusan Presiden Nixon untuk memutuskan keterkaitan dolar AS dengan emas mengubah segalanya. 

Harga emas yang tadinya stabil di US$35 per ons, melonjak drastis menjadi US$850 di tahun 1980, seiring ketegangan geopolitik seperti invasi Soviet ke Afghanistan dan Revolusi Iran. Emas menjadi pelarian utama dari ketidakpastian.

Tahun 1990-an: Saat Emas Kehilangan Kilau
Tapi euforia itu tidak bertahan lama. Pada akhir 1990-an, harga emas jatuh ke US$251,70 per ons. Bank sentral di seluruh dunia melepas cadangan emas mereka, dan tambang-tambang besar beramai-ramai menjual di pasar berjangka. Risiko emas sebagai aset safe haven dipertanyakan, setidaknya untuk sementara.

2000-an: Kembali Bersinar
Krisis finansial 2008 mengembalikan emas ke puncaknya. Harga emas melonjak hingga US$1.300 per ons. Ketika kepercayaan pada sektor keuangan runtuh, orang-orang kembali mencari keamanan di logam kuning ini. 

Siklus itu berulang saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020, mendorong harga emas ke kisaran US$1.985 per ons.

2025: Rekor Baru, Ketidakpastian Baru
Saat ini, dengan ketegangan global akibat kebijakan tarif Presiden Trump dan ketidakpastian politik, harga emas terus mencetak rekor, mendekati US$3.074 per ons. 

Dalam rupiah, angka ini terasa lebih dramatis, terutama di tengah pelemahan mata uang.

Pelajaran dari Sejarah
Emas tidak selalu naik. Setiap lonjakan emas selalu dikaitkan dengan satu kata kunci: ketidakpastian. 

Saat dunia stabil, emas kehilangan daya tarik. Saat dunia guncang dari perang, pandemi, hingga pasar keuangan kacau emas kembali bersinar.

Bagi pekerja muda, ini bukan sekadar cerita investasi. Ini tentang memahami bagaimana ketidakpastian global bisa menggerakkan sesuatu yang tampaknya sederhana seperti harga emas.

Apakah hari ini emas masih menjadi safe haven? Atau, seperti rollercoaster, siap-siaplah untuk naik-turun berikutnya.



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Indonesia Berburu Pendanaan Iklim di COP30

Sejak COP21, negara-negara maju berjanji mengucurkan US100 miliar per tahun untuk membantu negara berkembang beralih ke energi bersih tapi itu han ...

David Eka . 08 August 2025

Brand Uniqlo akan Terdampak Tarif Trump, Apa Alasannya?

Brand pakaian asal Jepang, Uniqlo, mengakui kebijakan Tarif Trump yang tinggi akan berdampak besar pada operasional bisnis mereka mulai akhir tahu ...

Naufal Jauhar Nazhif . 05 August 2025

Jepang Pecahkan Rekor Internet Dunia, 1,02 Petabit per Detik

Kecepatanya memungkinkan mengunduh seluruh koleksi film di Netflix, puluhan gim berukuran besar atau jutaan lagu dalam hitungan detik

Naufal Jauhar Nazhif . 25 July 2025

Film Superman 2025 Anti Israel, Apa Benar?

Film Superman 2025 mendapat kecaman dari kelompok pro-Israel karena dianggap mempolitisasi perang Israel-Hamas/Palestina.

Naufal Jauhar Nazhif . 23 July 2025