Share

Home Stories

Stories 23 April 2025

Whistleblower Bongkar Dugaan Meta Khianati AS Demi Bisnis di China

Meta, induk Facebook pernah diam-diam bekerja sama dengan Partai Komunis China untuk bisnis pengembangan AI militer senilai US18 miliar

Ilustrasi militer china/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Mantan eksekutif Facebook, Sarah Wynn-Williams, akan bersaksi di hadapan Kongres AS bahwa Meta, induk perusahaan Facebook pernah bekerja sama diam-diam dengan Partai Komunis China (PKC) untuk mengembangkan bisnis senilai US$18 miliar di China, termasuk membantu pengembangan AI untuk kepentingan militer.

Dalam kesaksian tertulisnya, yang dikutip dari ArsTechnica, Wynn-Williams menuduh Meta membangun dan menguji alat sensor khusus yang menguntungkan pemerintah China, serta memberikan akses ke data pengguna, termasuk warga AS. Ia menyebut proyek ini sebagai "misi rahasia" yang mengkhianati nilai-nilai Amerika dan melemahkan keamanan nasional.

Ia juga menyebut sejak 2015, Meta mulai memberikan pengarahan kepada otoritas China soal teknologi mutakhir, termasuk AI yang kemudian digunakan lembaga riset militer China untuk membangun model AI berbasis Llama, sistem open-source milik Meta.

Meta membantah keras tuduhan ini. Juru bicara Meta menyebut kesaksian Wynn-Williams penuh klaim keliru dan usang. Meta juga menegaskan mereka tidak pernah berhasil beroperasi secara resmi di China.

Namun, Wynn-Williams mengklaim memiliki dokumen internal Meta sebagai bukti. Ia bersaksi meski mendapat larangan bicara dari arbitrator terkait penerbitan bukunya Careless People, yang kini masuk daftar best seller The New York Times.

Kesaksian ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap perusahaan teknologi besar di AS terkait pengaruh mereka terhadap geopolitik, data pengguna, dan etika kecerdasan buatan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 23 April 2025

Whistleblower Bongkar Dugaan Meta Khianati AS Demi Bisnis di China

Meta, induk Facebook pernah diam-diam bekerja sama dengan Partai Komunis China untuk bisnis pengembangan AI militer senilai US18 miliar

Ilustrasi militer china/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - Mantan eksekutif Facebook, Sarah Wynn-Williams, akan bersaksi di hadapan Kongres AS bahwa Meta, induk perusahaan Facebook pernah bekerja sama diam-diam dengan Partai Komunis China (PKC) untuk mengembangkan bisnis senilai US$18 miliar di China, termasuk membantu pengembangan AI untuk kepentingan militer.

Dalam kesaksian tertulisnya, yang dikutip dari ArsTechnica, Wynn-Williams menuduh Meta membangun dan menguji alat sensor khusus yang menguntungkan pemerintah China, serta memberikan akses ke data pengguna, termasuk warga AS. Ia menyebut proyek ini sebagai "misi rahasia" yang mengkhianati nilai-nilai Amerika dan melemahkan keamanan nasional.

Ia juga menyebut sejak 2015, Meta mulai memberikan pengarahan kepada otoritas China soal teknologi mutakhir, termasuk AI yang kemudian digunakan lembaga riset militer China untuk membangun model AI berbasis Llama, sistem open-source milik Meta.

Meta membantah keras tuduhan ini. Juru bicara Meta menyebut kesaksian Wynn-Williams penuh klaim keliru dan usang. Meta juga menegaskan mereka tidak pernah berhasil beroperasi secara resmi di China.

Namun, Wynn-Williams mengklaim memiliki dokumen internal Meta sebagai bukti. Ia bersaksi meski mendapat larangan bicara dari arbitrator terkait penerbitan bukunya Careless People, yang kini masuk daftar best seller The New York Times.

Kesaksian ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan terhadap perusahaan teknologi besar di AS terkait pengaruh mereka terhadap geopolitik, data pengguna, dan etika kecerdasan buatan.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025