Safari Xi Jinping di Asia Tenggara, Indonesia Kok Dilewati?
Tiga negara masuk dalam rutenya Xi Jinping, Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Satu negara yang absen, Indonesia.
Context.id, JAKARTA - Di tengah sengkarut perang dagang dengan Amerika Serikat, Presiden China Xi Jinping melakoni safari diplomatik ke Asia Tenggara.
Tiga negara masuk dalam rutenya: Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Satu negara yang absen, Indonesia.
Pertanyaannya sederhana, tapi menyengat: apakah RI sudah tak lagi sepenting dulu?
Langkah Xi bukanlah kunjungan seremonial biasa. Di Vietnam, ia menandatangani 40 kesepakatan strategis mulai dari proyek kereta api lintas batas hingga penguatan kerja sama politik dan pertahanan.
Di Malaysia, Beijing menegaskan keinginan untuk memperdalam hubungan ekonomi, khususnya dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika.
Di Kamboja, hubungan diplomatik diperkuat sebuah langkah wajar mengingat Phnom Penh adalah salah satu sekutu paling setia Beijing di Asia Tenggara.
Namun, mengapa Jakarta absen dalam daftar?
Ternyata, absennya Indonesia bukan karena dilupakan. Beberapa hari sebelum kunjungan itu, Xi Jinping justru menghubungi langsung Presiden Prabowo Subianto melalui panggilan telepon sebuah isyarat yang lebih simbolik dari sekadar kunjungan fisik.
Panggilan itu dilakukan tepat saat peringatan 75 tahun hubungan diplomatik RI–China.
Dalam percakapan tersebut, Xi menegaskan komitmen China untuk memprioritaskan kerja sama strategis dengan Indonesia, mulai dari proyek ekonomi, kerja sama multilateral, hingga stabilitas kawasan.
Meski begitu, pertanyaan tetap menggantung: mengapa komunikasi tingkat tinggi ini hanya lewat telepon?
Bagi sebagian pengamat, ini mungkin bagian dari gaya diplomasi "tenang tapi bekerja" ala Beijing. Indonesia tetap dilibatkan, tapi tanpa sorotan media.
RELATED ARTICLES
Safari Xi Jinping di Asia Tenggara, Indonesia Kok Dilewati?
Tiga negara masuk dalam rutenya Xi Jinping, Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Satu negara yang absen, Indonesia.
Context.id, JAKARTA - Di tengah sengkarut perang dagang dengan Amerika Serikat, Presiden China Xi Jinping melakoni safari diplomatik ke Asia Tenggara.
Tiga negara masuk dalam rutenya: Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Satu negara yang absen, Indonesia.
Pertanyaannya sederhana, tapi menyengat: apakah RI sudah tak lagi sepenting dulu?
Langkah Xi bukanlah kunjungan seremonial biasa. Di Vietnam, ia menandatangani 40 kesepakatan strategis mulai dari proyek kereta api lintas batas hingga penguatan kerja sama politik dan pertahanan.
Di Malaysia, Beijing menegaskan keinginan untuk memperdalam hubungan ekonomi, khususnya dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika.
Di Kamboja, hubungan diplomatik diperkuat sebuah langkah wajar mengingat Phnom Penh adalah salah satu sekutu paling setia Beijing di Asia Tenggara.
Namun, mengapa Jakarta absen dalam daftar?
Ternyata, absennya Indonesia bukan karena dilupakan. Beberapa hari sebelum kunjungan itu, Xi Jinping justru menghubungi langsung Presiden Prabowo Subianto melalui panggilan telepon sebuah isyarat yang lebih simbolik dari sekadar kunjungan fisik.
Panggilan itu dilakukan tepat saat peringatan 75 tahun hubungan diplomatik RI–China.
Dalam percakapan tersebut, Xi menegaskan komitmen China untuk memprioritaskan kerja sama strategis dengan Indonesia, mulai dari proyek ekonomi, kerja sama multilateral, hingga stabilitas kawasan.
Meski begitu, pertanyaan tetap menggantung: mengapa komunikasi tingkat tinggi ini hanya lewat telepon?
Bagi sebagian pengamat, ini mungkin bagian dari gaya diplomasi "tenang tapi bekerja" ala Beijing. Indonesia tetap dilibatkan, tapi tanpa sorotan media.
POPULAR
RELATED ARTICLES