Stories - 24 June 2022

Seks Bebas dan LGBTQ+ Dilarang di Piala Dunia 2022

Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 telah mengeluarkan aturan ketat bagi para suporter dari seluruh dunia yang ingin datang ke negaranya.


Logo FIFA World Cup Qatar 2022 yang ditampilkan di dinding dari sebuah gedung di negara Qatar. -Bloomberg-

Context, JAKARTA - Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 yang digelar pada November nanti, telah mengeluarkan aturan ketat bagi para suporter dari seluruh dunia yang datang ke negaranya. Jika kedapatan melanggar aturan, ancaman penjara risikonya.

Bagi negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara mayoritas muslim lainnya, aturan-aturan yang dibuat Qatar ini bisa dibilang wajar. Namun, ternyata hal ini menjadi shock culture bagi suporter dari negara lain, terutama negara-negara Eropa. 

Hal-hal yang sangat dilarang dalam pergelaran Piala Dunia 2022 nanti antara lain melakukan seks bebas dengan pasangan yang bukan istri atau suami sahnya. Untuk menjalankan peraturan ini, Qatar telah menginstruksikan hotel-hotel di negaranya agar mencegah terjadinya one night stand atau dengan kata lain kumpul kebo.

Selain seks bebas, para suporter dari berbagai negara ini juga dilarang untuk membawa dan meminum minuman beralkohol di tempat umum. Jika dua larangan ini dilanggar oleh para suporter, maka mereka bisa terancam hukuman hingga 7 tahun. 

“Seks adalah hal yang sangat tidak mungkin, kecuali jika Anda datang sebagai suami dan istri. Tidak akan ada one-night stand di turnamen ini. Tidak akan ada pesta sama sekali. Setiap orang perlu menjaga hal itu, kecuali jika mereka ingin mengambil risiko terjebak di penjara. Pada dasarnya ada larangan seks di Piala Dunia tahun ini untuk pertama kalinya. Fans perlu bersiap," ujar seorang polisi kepada Daily Star.

Kemudian, Qatar juga melarang sepasang kekasih untuk bermesra-mesraan di depan umum, walaupun pasangan tersebut adalah pasangan suami istri. Lalu, para suporter juga tidak diperbolehkan untuk berpakaian terlalu terbuka. 

Terakhir, larangan yang juga membuat heboh para suporter negara-negara barat adalah tidak diperbolehkannya melakukan promosi LGBTQ+ dengan cara apapun. Hal ini tidak hanya berlaku untuk para suporter, tapi juga kepada FIFA, maupun para tim anggota kompetisi Piala Dunia 2022.


SUPORTER DI SELURUH DUNIA HEBOH

Aturan-aturan ketat yang dibuat oleh Qatar ini ternyata membuat heboh para pecinta sepak bola. Pasalnya, ajang kompetisi sepak bola seperti Piala dunia, atau kompetisi tingkat benua seperti Piala Eropa dan Liga Champions menjadi sebuah “pesta” bagi para suporter. 

Terutama bagi para suporter yang berasal dari Eropa dan Amerika, mereka selalu mengisi waktu di negara tuan rumah dengan bersenang-senang. Setiap kelompok suporter biasanya memiliki tempat berkumpul untuk berpesta sambil menenggak minuman beralkohol. Kemudian ada juga yang mencari pasangan dari suporter negara lain untuk menghabiskan waktu semalam.

Selain itu, pelarangan promosi LGBTQ+ ini juga menarik perhatian suporter dari negara-negara barat. Pasalnya, saat ini banyak klub dan liga di negara barat yang sedang gencar-gencarnya mendukung LGBTQ+. Contohnya, dengan melakukan promosi pemakaian warna pelangi di setiap unsur sepak bola seperti ban kapten, logo klub, poster media sosial, dan lain sebagainya.

Mendengar hal-hal tersebut tidak bisa dilakukan saat Piala Dunia 2022 di Qatar nanti, banyak suporter yang menganggap bahwa Piala Dunia kali ini akan menjadi Piala Dunia yang buruk.


Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Putri Dewi

MORE  STORIES

Lepas Tanggung Jawab Iklim, Perusahaan Energi Fosil Jadi Sponsor Olahraga

Lembaga penelitian iklim menemukan aliran dana besar perusahaan migas ke acara olahraga untuk mengelabui masyarakat soal krisis iklim\r\n

Context.id | 18-09-2024

Ini Rahasia Sukses Norwegia Mengganti Mobil Bensin dengan Listrik!

Norwegia, salah satu negara Nordik yang juga penghasil minyak dan gas terbesar di Eropa justru memimpin penggunaan mobil listrik

Context.id | 18-09-2024

Riset IDEA Temukan Kemunduran Demokrasi Dunia Selama 8 Tahun Beruntun

Kredibilitas pemilu dunia terancam oleh menurunnya jumlah pemilih dan hasil pemilu yang digugat serta diragukan.

Fahri N. Muharom | 18-09-2024

Warga Amerika Sebut Kuliah Tidak Lagi Bermanfaat, Kenapa?

Biaya yang semakin tinggi sehingga membuat mahasiswa terjerat utang pinjaman kuliah membuat warga AS banyak yang tidak ingin kuliah

Naufal Jauhar Nazhif | 17-09-2024