Share

Home Stories

Stories 25 Januari 2025

Risiko Data Jadi Alasan Pemerintah AS Khawatir tentang TikTok

Data pengguna TikTok bisa dimanfaatkan oleh AI China untuk memanipulasi opini publik Amerika mengenai isu-isu sensitif

Ilustrasi Tiktok menambang data/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - TikTok, dengan 170 juta pengguna di AS, menjadi sorotan utama pemerintah AS yang khawatir akan potensi dampak dari data pengguna yang dikumpulkan oleh perusahaan induk TikTok, ByteDance. 

Pemerintah khawatir data ini bisa digunakan oleh China untuk melatih kecerdasan buatan (AI) yang dapat mempengaruhi opini publik di AS, terutama di masa depan.

Dalam sebuah pernyataan, beberapa pejabat mengungkapkan kekhawatiran dalam satu dekade, data yang dikumpulkan dari pengguna TikTok bisa dimanfaatkan oleh AI China untuk memanipulasi opini publik Amerika mengenai isu-isu sensitif. 

Algoritma TikTok yang sudah canggih dalam menyesuaikan konten dengan preferensi pengguna, kemampuan ini hanya akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi AI. 

Ini membuka peluang bagi pemerintah China untuk memanfaatkan data tersebut untuk membuat konten yang lebih persuasif, mengarah ke narasi tertentu yang dapat memengaruhi pengguna.

Perusahaan ByteDance mengklaim 60% dari kepemilikan perusahaan adalah milik investor internasional, 20% dimiliki oleh pendiri dan investor China, dan 20% oleh karyawan. 

Namun, pemerintah China memiliki “saham emas” pada salah satu anak perusahaan ByteDance, yang memberi mereka akses yang signifikan. 

Hal ini menambah kekhawatiran bahwa pemerintah China dapat menggunakan undang-undang domestik untuk mengakses data pribadi pengguna.

Meskipun demikian, terdapat peningkatan dorongan dari pengguna TikTok yang meminta agar larangan terhadap aplikasi ini tidak diteruskan. 

Meski demikian, beberapa anggota parlemen di AS masih mengkhawatirkan dampak dari potensi akses terhadap data pengguna, mengingat ketatnya regulasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah China terhadap perusahaan-perusahaan dalam negeri. 

Di sisi lain, TikTok juga menunjukkan bagaimana sebuah platform media sosial dapat mempengaruhi politik dan kekuatan politik tertentu.

TikTok bukan hanya aplikasi hiburan; ia juga berperan dalam memberi wawasan lebih dalam tentang perilaku pengguna yang dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 25 Januari 2025

Risiko Data Jadi Alasan Pemerintah AS Khawatir tentang TikTok

Data pengguna TikTok bisa dimanfaatkan oleh AI China untuk memanipulasi opini publik Amerika mengenai isu-isu sensitif

Ilustrasi Tiktok menambang data/getimg.ai

Context.id, JAKARTA - TikTok, dengan 170 juta pengguna di AS, menjadi sorotan utama pemerintah AS yang khawatir akan potensi dampak dari data pengguna yang dikumpulkan oleh perusahaan induk TikTok, ByteDance. 

Pemerintah khawatir data ini bisa digunakan oleh China untuk melatih kecerdasan buatan (AI) yang dapat mempengaruhi opini publik di AS, terutama di masa depan.

Dalam sebuah pernyataan, beberapa pejabat mengungkapkan kekhawatiran dalam satu dekade, data yang dikumpulkan dari pengguna TikTok bisa dimanfaatkan oleh AI China untuk memanipulasi opini publik Amerika mengenai isu-isu sensitif. 

Algoritma TikTok yang sudah canggih dalam menyesuaikan konten dengan preferensi pengguna, kemampuan ini hanya akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi AI. 

Ini membuka peluang bagi pemerintah China untuk memanfaatkan data tersebut untuk membuat konten yang lebih persuasif, mengarah ke narasi tertentu yang dapat memengaruhi pengguna.

Perusahaan ByteDance mengklaim 60% dari kepemilikan perusahaan adalah milik investor internasional, 20% dimiliki oleh pendiri dan investor China, dan 20% oleh karyawan. 

Namun, pemerintah China memiliki “saham emas” pada salah satu anak perusahaan ByteDance, yang memberi mereka akses yang signifikan. 

Hal ini menambah kekhawatiran bahwa pemerintah China dapat menggunakan undang-undang domestik untuk mengakses data pribadi pengguna.

Meskipun demikian, terdapat peningkatan dorongan dari pengguna TikTok yang meminta agar larangan terhadap aplikasi ini tidak diteruskan. 

Meski demikian, beberapa anggota parlemen di AS masih mengkhawatirkan dampak dari potensi akses terhadap data pengguna, mengingat ketatnya regulasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah China terhadap perusahaan-perusahaan dalam negeri. 

Di sisi lain, TikTok juga menunjukkan bagaimana sebuah platform media sosial dapat mempengaruhi politik dan kekuatan politik tertentu.

TikTok bukan hanya aplikasi hiburan; ia juga berperan dalam memberi wawasan lebih dalam tentang perilaku pengguna yang dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025