Share

Home Stories

Stories 15 Januari 2025

Sama Seperti Indonesia, Thailand Mulai Melarang Impor Sampah Plastik

Negara-negara berkembang menjadi penampung sampah plastik dari negara maju karena bisa dijadikan bahan baku murah untuk industri daur ulang

Sampah plastik yang mencemari lingkungan pesisir/Britannica

Context.id, JAKARTA - Thailand baru-baru ini melarang impor sampah plastik untuk mengurangi polusi berbahaya di negara tersebut. Sejak 2018, Thailand telah menjadi tujuan utama sampah plastik dari negara-negara maju seperti AS dan Jepang.

Pada 2023, Jepang mengirim sekitar 50.000 ton sampah plastik ke Thailand. Sayangnya, banyak sampah tersebut tidak didaur ulang dengan baik, melainkan dibakar.

Praktik ini didorong oleh alasan ekonomi. Negara-negara maju lebih memilih mengekspor sampah plastik karena biaya pengelolaannya lebih murah di negara-negara seperti Thailand, yang memiliki biaya tenaga kerja rendah, seperti dilaporkan Al Jazeera

Hal ini juga memungkinkan negara-negara kaya memenuhi target daur ulang mereka meski tidak mengelola sampahnya sendiri.

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sering dibakar, melepaskan polutan berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Selain itu, mikroplastik atau partikel plastik kecil yang terurai dari barang-barang plastik telah mencemari air, udara, makanan, dan tubuh manusia, yang berisiko bagi kesehatan jangka panjang.

Selain Thailand, negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia juga menerima sampah plastik dari negara Barat.

Sebelumnya, China adalah pasar terbesar untuk sampah plastik, tetapi sejak 2018, negara ini memberlakukan larangan impor, yang menyebabkan lonjakan sampah plastik ke Thailand.

Sama halnya dengan Thailand, Indonesia juga sudah melarang impor sampah plastik mulai 2025 ini. Pelarangan ini tidak berlaku bagi bahan baku daur ulang plastik. Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara pengimpor sampah plastik terbesar di dunia.

Beberapa perusahaan di Indonesia menerima sampah plastik impor karena dianggap sebagai sumber bahan baku yang murah untuk industri daur ulang.

Namun, banyak dari plastik ini berada dalam kondisi yang tidak dapat diolah dengan baik atau bahkan tercampur dengan sampah lain, sehingga tidak semuanya dapat didaur ulang.

Beberapa negara maju, seperti Uni Eropa, berencana melarang ekspor sampah plastik ke negara-negara miskin mulai 2026. Namun, banyak aktivis menganggap solusi ini tidak cukup.

Mereka mendorong pembentukan perjanjian global yang mengatur produksi dan pengelolaan sampah plastik untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.

Pada 2024, meski lebih dari 100 negara mendukung pengurangan sampah plastik, negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia menentang pengurangan tersebut yang menyebabkan negosiasi gagal.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 15 Januari 2025

Sama Seperti Indonesia, Thailand Mulai Melarang Impor Sampah Plastik

Negara-negara berkembang menjadi penampung sampah plastik dari negara maju karena bisa dijadikan bahan baku murah untuk industri daur ulang

Sampah plastik yang mencemari lingkungan pesisir/Britannica

Context.id, JAKARTA - Thailand baru-baru ini melarang impor sampah plastik untuk mengurangi polusi berbahaya di negara tersebut. Sejak 2018, Thailand telah menjadi tujuan utama sampah plastik dari negara-negara maju seperti AS dan Jepang.

Pada 2023, Jepang mengirim sekitar 50.000 ton sampah plastik ke Thailand. Sayangnya, banyak sampah tersebut tidak didaur ulang dengan baik, melainkan dibakar.

Praktik ini didorong oleh alasan ekonomi. Negara-negara maju lebih memilih mengekspor sampah plastik karena biaya pengelolaannya lebih murah di negara-negara seperti Thailand, yang memiliki biaya tenaga kerja rendah, seperti dilaporkan Al Jazeera

Hal ini juga memungkinkan negara-negara kaya memenuhi target daur ulang mereka meski tidak mengelola sampahnya sendiri.

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik sering dibakar, melepaskan polutan berbahaya yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan dan kardiovaskular.

Selain itu, mikroplastik atau partikel plastik kecil yang terurai dari barang-barang plastik telah mencemari air, udara, makanan, dan tubuh manusia, yang berisiko bagi kesehatan jangka panjang.

Selain Thailand, negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, dan Indonesia juga menerima sampah plastik dari negara Barat.

Sebelumnya, China adalah pasar terbesar untuk sampah plastik, tetapi sejak 2018, negara ini memberlakukan larangan impor, yang menyebabkan lonjakan sampah plastik ke Thailand.

Sama halnya dengan Thailand, Indonesia juga sudah melarang impor sampah plastik mulai 2025 ini. Pelarangan ini tidak berlaku bagi bahan baku daur ulang plastik. Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu negara pengimpor sampah plastik terbesar di dunia.

Beberapa perusahaan di Indonesia menerima sampah plastik impor karena dianggap sebagai sumber bahan baku yang murah untuk industri daur ulang.

Namun, banyak dari plastik ini berada dalam kondisi yang tidak dapat diolah dengan baik atau bahkan tercampur dengan sampah lain, sehingga tidak semuanya dapat didaur ulang.

Beberapa negara maju, seperti Uni Eropa, berencana melarang ekspor sampah plastik ke negara-negara miskin mulai 2026. Namun, banyak aktivis menganggap solusi ini tidak cukup.

Mereka mendorong pembentukan perjanjian global yang mengatur produksi dan pengelolaan sampah plastik untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan.

Pada 2024, meski lebih dari 100 negara mendukung pengurangan sampah plastik, negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi dan Rusia menentang pengurangan tersebut yang menyebabkan negosiasi gagal.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025