Share

Home Stories

Stories 13 September 2024

India, Nigeria dan Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Dunia

Indonesia disebut sebagai salah satu dari tiga negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia.

Polusi Manusia di Pantai/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini, Indonesia disebut sebagai salah satu dari tiga negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia. Informasi ini terungkap dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature pada hari Senin (09/09/2024). 

Laporan tersebut ditulis oleh tiga peneliti dari University of Leeds, Inggris, yaitu Joshua W. Cottom, Ed Cook, dan Costas A. Velis.

Secara global, sekitar 52,1 juta metrik ton sampah plastik dibuang setiap tahun, mencemari lingkungan mulai dari sekitar tempat tinggal hingga ke lautan terdalam, bahkan mikroplastik masuk ke tubuh manusia.

Menurut penelitian tersebut, India berada di posisi teratas dalam produksi polusi plastik, dengan menghasilkan 10,2 juta metrik ton per tahun. 

Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibanding Nigeria dengan 3,5 juta metrik ton dan Indonesia dengan 3,4 juta metrik ton per tahun. China berada di posisi keempat dengan 2,8 juta metrik ton per tahun. 

Negara lain seperti Pakistan, Bangladesh, Rusia, dan Brasil juga termasuk dalam delapan negara yang bertanggung jawab atas lebih dari separuh polusi plastik dunia.

Menariknya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat berada di peringkat ke-90 dengan 47.600 metrik ton sampah plastik, dan Inggris berada di peringkat ke-135 dengan 4.600 metrik ton.

Masalah Sampah Tidak Terkelola 

Penelitian ini memperkirakan ada sekitar 251 juta metrik ton sampah plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, cukup untuk mengisi sekitar 200.000 kolam renang ukuran Olimpiade. 

Sekitar 52,1 juta metrik ton dari jumlah ini tetap tidak terkelola, artinya tidak dikumpulkan atau didaur ulang oleh otoritas setempat dan berakhir mencemari lingkungan.

Sampah plastik yang tidak terkelola biasanya dibakar dalam api terbuka yang tidak terkendali, melepaskan gas beracun yang bisa menyebabkan penyakit seperti jantung dan gangguan pernapasan. 

Sisanya berakhir sebagai puing-puing yang tersebar di lingkungan, baik itu di daratan maupun lautan.

Perbedaan Bumi Bagian Utara-Selatan 

Penelitian ini juga menyoroti perbedaan antara Bumi Bagian Utara dan Selatan dalam hal polusi plastik. 

Negara-negara di Asia Selatan, Sub-Sahara Afrika, dan Asia Tenggara memiliki tingkat emisi sampah plastik tertinggi, sekitar 69% polusi plastik dunia berasal dari 20 negara yang tergolong miskin dan menengah. 

Meskipun negara-negara berpenghasilan tinggi di Bumi Bagian Utara menghasilkan lebih banyak sampah plastik per kapita, mereka memiliki sistem pengolahan yang baik sehingga mencegah mereka masuk ke daftar negara pencemar terbesar. 

Sebaliknya, pembakaran terbuka dan kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah di wilayah Selatan menjadi penyebab utama tingginya tingkat polusi.

Namun, peneliti Costas Velis menekankan bahwa kita tidak boleh menyalahkan negara selatan untuk masalah ini karena ini juga terkait dengan kemampuan pemerintah menyediakan layanan pembuangan sampah yang baik. 



Penulis : Fahri N. Muharom

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 13 September 2024

India, Nigeria dan Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Dunia

Indonesia disebut sebagai salah satu dari tiga negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia.

Polusi Manusia di Pantai/Istimewa

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini, Indonesia disebut sebagai salah satu dari tiga negara penyumbang polusi plastik terbesar di dunia. Informasi ini terungkap dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Nature pada hari Senin (09/09/2024). 

Laporan tersebut ditulis oleh tiga peneliti dari University of Leeds, Inggris, yaitu Joshua W. Cottom, Ed Cook, dan Costas A. Velis.

Secara global, sekitar 52,1 juta metrik ton sampah plastik dibuang setiap tahun, mencemari lingkungan mulai dari sekitar tempat tinggal hingga ke lautan terdalam, bahkan mikroplastik masuk ke tubuh manusia.

Menurut penelitian tersebut, India berada di posisi teratas dalam produksi polusi plastik, dengan menghasilkan 10,2 juta metrik ton per tahun. 

Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibanding Nigeria dengan 3,5 juta metrik ton dan Indonesia dengan 3,4 juta metrik ton per tahun. China berada di posisi keempat dengan 2,8 juta metrik ton per tahun. 

Negara lain seperti Pakistan, Bangladesh, Rusia, dan Brasil juga termasuk dalam delapan negara yang bertanggung jawab atas lebih dari separuh polusi plastik dunia.

Menariknya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat berada di peringkat ke-90 dengan 47.600 metrik ton sampah plastik, dan Inggris berada di peringkat ke-135 dengan 4.600 metrik ton.

Masalah Sampah Tidak Terkelola 

Penelitian ini memperkirakan ada sekitar 251 juta metrik ton sampah plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia, cukup untuk mengisi sekitar 200.000 kolam renang ukuran Olimpiade. 

Sekitar 52,1 juta metrik ton dari jumlah ini tetap tidak terkelola, artinya tidak dikumpulkan atau didaur ulang oleh otoritas setempat dan berakhir mencemari lingkungan.

Sampah plastik yang tidak terkelola biasanya dibakar dalam api terbuka yang tidak terkendali, melepaskan gas beracun yang bisa menyebabkan penyakit seperti jantung dan gangguan pernapasan. 

Sisanya berakhir sebagai puing-puing yang tersebar di lingkungan, baik itu di daratan maupun lautan.

Perbedaan Bumi Bagian Utara-Selatan 

Penelitian ini juga menyoroti perbedaan antara Bumi Bagian Utara dan Selatan dalam hal polusi plastik. 

Negara-negara di Asia Selatan, Sub-Sahara Afrika, dan Asia Tenggara memiliki tingkat emisi sampah plastik tertinggi, sekitar 69% polusi plastik dunia berasal dari 20 negara yang tergolong miskin dan menengah. 

Meskipun negara-negara berpenghasilan tinggi di Bumi Bagian Utara menghasilkan lebih banyak sampah plastik per kapita, mereka memiliki sistem pengolahan yang baik sehingga mencegah mereka masuk ke daftar negara pencemar terbesar. 

Sebaliknya, pembakaran terbuka dan kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah di wilayah Selatan menjadi penyebab utama tingginya tingkat polusi.

Namun, peneliti Costas Velis menekankan bahwa kita tidak boleh menyalahkan negara selatan untuk masalah ini karena ini juga terkait dengan kemampuan pemerintah menyediakan layanan pembuangan sampah yang baik. 



Penulis : Fahri N. Muharom

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025