Share

Home Stories

Stories 23 Juni 2022

Garuda Indonesia Utang pada 15 BUMN, Berapa Banyak?

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memiliki utang dengan total Rp17,73 triliun pada 15 BUMN.

Pesawat Garuda Indonesia terlihat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta pada (17/6/2022). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memiliki utang dengan total Rp17,73 triliun pada 15 BUMN. Adapun semua hutang ini akan jatuh tempo 22 tahun lagi yang merupakan hasil  perpanjangan karena adanya proposal perdamaian antara Garuda Indonesia dengan BUMN.

Namun, bunga yang diberikan hanyalah 0,1 persen per tahun. Oleh karena itu, bunga itu termasuk sedikit karena pastinya total bunga ini tidak mampu mengalahkan inflasi.

Adapun perusahaan plat merah yang menjadi kreditur adalah Pertamina (Rp7,5 triliun), Bank Mandiri (Rp4,3 triliun), Bank BRI (Rp4,6 triliun), serta beberapa BUMN lain (Rp1,33 triliun). Dengan demikian, total utang GIAA kepada BUMN mencapai Rp17,33 triliun dengan tambahan bunga sebesar Rp17,73 miliar. Maka dari itu, per tahunnya GIAA harus membayar sejumlah Rp788,5 miliar.

Nyatanya, GIAA tidak hanya berutang ke BUMN, melainkan juga beberapa kreditur lainnya, pemegang sukuk, dan lessor. Maka dari itu, pembayaran ini akan terbagi atas dua klasifikasi lainnya, sesuai yang ada di dalam proposal perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang telah disepakati.

Pertama, bagi kreditur yang nominal di bawah Rp255 juta, perseroan akan membayarkan langsung yang bersumber dari arus kas perusahaan. Lalu, untuk para kreditur yang meminjamkan dana lebih dari Rp255 juta, yakni pemegang sukuk dan lessor akan memperoleh kupon utang sebesar US$825 juta dan saham senilai US$330 juta.

Lebih lanjut, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan bahwa dalam waktu dekat juga akan diadakan aksi korporasi right issue. Namun, ia juga menegaskan bahwa hal ini akan dilakukan setelah kinerja perseroan menunjukan progres yang lebih baik.

“Right issue pertama dulu terhadap pemerintah setelah itu kinerjanya harus bagus kita lihat,” ujar Irfan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 23 Juni 2022

Garuda Indonesia Utang pada 15 BUMN, Berapa Banyak?

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memiliki utang dengan total Rp17,73 triliun pada 15 BUMN.

Pesawat Garuda Indonesia terlihat di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta pada (17/6/2022). - Bisnis Indonesia -

Context.id, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memiliki utang dengan total Rp17,73 triliun pada 15 BUMN. Adapun semua hutang ini akan jatuh tempo 22 tahun lagi yang merupakan hasil  perpanjangan karena adanya proposal perdamaian antara Garuda Indonesia dengan BUMN.

Namun, bunga yang diberikan hanyalah 0,1 persen per tahun. Oleh karena itu, bunga itu termasuk sedikit karena pastinya total bunga ini tidak mampu mengalahkan inflasi.

Adapun perusahaan plat merah yang menjadi kreditur adalah Pertamina (Rp7,5 triliun), Bank Mandiri (Rp4,3 triliun), Bank BRI (Rp4,6 triliun), serta beberapa BUMN lain (Rp1,33 triliun). Dengan demikian, total utang GIAA kepada BUMN mencapai Rp17,33 triliun dengan tambahan bunga sebesar Rp17,73 miliar. Maka dari itu, per tahunnya GIAA harus membayar sejumlah Rp788,5 miliar.

Nyatanya, GIAA tidak hanya berutang ke BUMN, melainkan juga beberapa kreditur lainnya, pemegang sukuk, dan lessor. Maka dari itu, pembayaran ini akan terbagi atas dua klasifikasi lainnya, sesuai yang ada di dalam proposal perdamaian Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang telah disepakati.

Pertama, bagi kreditur yang nominal di bawah Rp255 juta, perseroan akan membayarkan langsung yang bersumber dari arus kas perusahaan. Lalu, untuk para kreditur yang meminjamkan dana lebih dari Rp255 juta, yakni pemegang sukuk dan lessor akan memperoleh kupon utang sebesar US$825 juta dan saham senilai US$330 juta.

Lebih lanjut, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan bahwa dalam waktu dekat juga akan diadakan aksi korporasi right issue. Namun, ia juga menegaskan bahwa hal ini akan dilakukan setelah kinerja perseroan menunjukan progres yang lebih baik.

“Right issue pertama dulu terhadap pemerintah setelah itu kinerjanya harus bagus kita lihat,” ujar Irfan.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025