Share

Home Stories

Stories 20 Desember 2024

Jepang dan India Kembangkan Satelit Laser Atasi Sampah Luar Angkasa

Sistem laser akan menghentikan perputaran sampah antariksa dan mengecilkannya sehingga pesawat perbaikan bisa menangkapnya

Satelit laser/Electro Optic Systems

Context.id, JAKARTA - Perusahaanrintisan luar angkasadari Jepang dan India mengumumkan untuk mengembangkan satelit berteknologi laser. 

Satelit ini nantinya digunakan untuk mengatasi sampah luar angkasa yang menyebabkan kemacetan orbit yang semakin serius.

Orbital Lasers, yang berbasis di Tokyo, dan perusahaan robotika India InspeCity akan menjajaki potensi bisnis dalam layanan luar angkasa, termasuk deorbiting satelit yang rusak dan memperpanjang masa pakai pesawat ruang angkasa.

InspeCity, yang didirikan pada tahun 2022, berhasil mengumpulkan dana sebesar US$1,5 juta tahun lalu, sementara Orbital Lasers mengumpulkan 900 juta yen (US$5,8 juta) sejak diluncurkan pada Januari 2024. 

Orbital Lasers mengembangkan sistem laser yang dapat menghentikan perputaran sampah antariksa dengan menguapkan bagian kecil dari permukaannya. 

Setelah mengecil, servis pesawat ruang angkasa akan lebih mudah untuk menangkapnya. Sistem ini direncanakan akan berfungsi pada tahun 2027, dengan target menyediakan layanan bagi operator satelit global.

Jika persyaratan memenuhi regulasi di India dan Jepang, teknologi ini juga dapat dipasang pada satelit buatan InspeCity, tulis laporan Reuters. 

Kolaborasi Jepang-India
Proyek ini mencerminkan hubungan kerja sama luar angkasa yang semakin erat antara Jepang dan India. 

Kedua negara juga terlibat dalam misi bersama Eksplorasi Kutub Bulan (LUPEX) yang diluncurkan paling cepat pada tahun 2026.

Selain itu, perusahaan roket India Skyroot dan pembuat satelit HEX20 juga bekerja sama dengan perusahaan eksplorasi bulan Jepang iSpace dalam misi pengorbit bulan mendatang.

Masayasu Ishida, CEO SPACETIDE, organisasi nirlaba berbasis di Tokyo, mencatat kolaborasi komersial Jepang-India yang dipicu oleh penggunaan data satelit Jepang dalam manajemen bencana dan pertanian India.

Potensi kerja yang sama ini dapat mencakup sektor manufaktur dan industri lainnya.

"Kuncinya adalah menemukan cara untuk membangun hubungan yang saling melengkapi yang sesuai dengan kebijakan nasional seperti 'Make in India' yang bertujuan meningkatkan produksi lokal," kata Ishida.

Pada Oktober 2024, PBB memperingatkan perlunya tindakan segera untuk melacak dan mengelola objek di orbit rendah bumi karena meningkatnya jumlah satelit dan sampah antariksa.

Lebih dari 100 perusahaan kini beroperasi di pasar layanan antariksa, termasuk Astroscale dari Jepang, yang telah memimpin upaya mitigasi sampah antariksa



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 20 Desember 2024

Jepang dan India Kembangkan Satelit Laser Atasi Sampah Luar Angkasa

Sistem laser akan menghentikan perputaran sampah antariksa dan mengecilkannya sehingga pesawat perbaikan bisa menangkapnya

Satelit laser/Electro Optic Systems

Context.id, JAKARTA - Perusahaanrintisan luar angkasadari Jepang dan India mengumumkan untuk mengembangkan satelit berteknologi laser. 

Satelit ini nantinya digunakan untuk mengatasi sampah luar angkasa yang menyebabkan kemacetan orbit yang semakin serius.

Orbital Lasers, yang berbasis di Tokyo, dan perusahaan robotika India InspeCity akan menjajaki potensi bisnis dalam layanan luar angkasa, termasuk deorbiting satelit yang rusak dan memperpanjang masa pakai pesawat ruang angkasa.

InspeCity, yang didirikan pada tahun 2022, berhasil mengumpulkan dana sebesar US$1,5 juta tahun lalu, sementara Orbital Lasers mengumpulkan 900 juta yen (US$5,8 juta) sejak diluncurkan pada Januari 2024. 

Orbital Lasers mengembangkan sistem laser yang dapat menghentikan perputaran sampah antariksa dengan menguapkan bagian kecil dari permukaannya. 

Setelah mengecil, servis pesawat ruang angkasa akan lebih mudah untuk menangkapnya. Sistem ini direncanakan akan berfungsi pada tahun 2027, dengan target menyediakan layanan bagi operator satelit global.

Jika persyaratan memenuhi regulasi di India dan Jepang, teknologi ini juga dapat dipasang pada satelit buatan InspeCity, tulis laporan Reuters. 

Kolaborasi Jepang-India
Proyek ini mencerminkan hubungan kerja sama luar angkasa yang semakin erat antara Jepang dan India. 

Kedua negara juga terlibat dalam misi bersama Eksplorasi Kutub Bulan (LUPEX) yang diluncurkan paling cepat pada tahun 2026.

Selain itu, perusahaan roket India Skyroot dan pembuat satelit HEX20 juga bekerja sama dengan perusahaan eksplorasi bulan Jepang iSpace dalam misi pengorbit bulan mendatang.

Masayasu Ishida, CEO SPACETIDE, organisasi nirlaba berbasis di Tokyo, mencatat kolaborasi komersial Jepang-India yang dipicu oleh penggunaan data satelit Jepang dalam manajemen bencana dan pertanian India.

Potensi kerja yang sama ini dapat mencakup sektor manufaktur dan industri lainnya.

"Kuncinya adalah menemukan cara untuk membangun hubungan yang saling melengkapi yang sesuai dengan kebijakan nasional seperti 'Make in India' yang bertujuan meningkatkan produksi lokal," kata Ishida.

Pada Oktober 2024, PBB memperingatkan perlunya tindakan segera untuk melacak dan mengelola objek di orbit rendah bumi karena meningkatnya jumlah satelit dan sampah antariksa.

Lebih dari 100 perusahaan kini beroperasi di pasar layanan antariksa, termasuk Astroscale dari Jepang, yang telah memimpin upaya mitigasi sampah antariksa



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Aplikasi yang Tak Bisa Dilepaskan Para Kreator di 2025

Kira-kira aplikasi apa yang paling penting di ponsel Anda?

Renita Sukma . 05 June 2025

Astronaut, Popok dan Martabat Manusia di Antariksa

Mengapa mengompol di luar angkasa bukanlah aib, tapi keharusan profesional

Renita Sukma . 04 June 2025

Vietnam Blokir Telegram, Antara Keamanan Negara dan Sensor Digital

Pemerintah Vietnam kembali menjadi sorotan setelah memerintahkan pemblokiran Telegram yang sangat populer di negara komunis itu

Renita Sukma . 03 June 2025

Gara-gara Konklaf UMKM Roma Raih Keuntungan Besar

Peziarah dan turis habiskan dana sampai 600 Juta Euro saat berkunjung ke Roma

Noviarizal Fernandez . 03 June 2025