Mata Uang Asia Loyo di Hadapan Dolar
Mata uang Asia mengalami kelesuan saat berhadapan dengan dolar, bahkan jatuh ke level terendah

Context.id, JAKARTA - Indeks mata uang Asia jatuh ke level terendah di tengah pesimisme atas prospek ekonomi China dan spekulasi pemerintahan Trump yang bertekad mendorong penguatan dolar AS.
Indeks Dolar Asia Bloomberg merosot ke 89,9091, level yang terakhir terlihat pada November 2022. Indeks tersebut telah turun lebih dari 4% sejak akhir September, yang merupakan kinerja kuartalan terburuk dalam lebih dari dua tahun.
Sentimen terhadap mata uang Asia memburuk karena langkah-langkah kurang bersemangat China untuk memperkuat ekonominya telah membebani yuan yang menjadi jangkar bagi mata uang regional lainnya.
Ancaman tarif Presiden terpilih Donald Trump, surutnya taruhan untuk pemotongan suku bunga AS dan kekacauan politik di Korea Selatan juga telah merusak kepercayaan pasar.
"Dampak ganda dari ancaman tarif AS dan kenaikan nilai tukar dolar membuat mata uang Asia terus tertekan untuk menjual, salah satunya Won yang terpengaruh ketidakpastian politik Korsel," kata Ken Cheung, seorang ahli strategi di Mizuho Bank di Hong Kong seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12).
Data ekonomi China terus menunjukkan pemulihan yang rapuh. Laporan terbaru mengatakan penjualan eceran memperlihatkan perlambatan yang tak terduga pada bulan November.
Di Korea, won telah terpuruk oleh kisah politik, karena investor memantau dengan saksama kasus pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Rupee India jatuh ke titik terendah sepanjang masa pada hari Selasa.
Di Indonesia, nilai tukar rupiah turun melewati level psikologis utama 16.000 per dolar minggu lalu.
Mata uang akan menjadi fokus para pembuat kebijakan di kawasan ini, karena para pejabat mempertimbangkan perlunya pemotongan suku bunga untuk menopang pertumbuhan terhadap risiko yang memicu pelemahan lebih lanjut.
Bank sentral di Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina akan memutuskan suku bunga minggu ini.
Kekuatan Dolar
Dolar telah melonjak sejak kemenangan Trump dalam pemilu karena kebijakan "America First"-nya dianggap akan menghasilkan dolar yang lebih kuat.
Inflasi yang kuat juga memicu spekulasi Federal Reserve akan memperlambat jalur pelonggaran moneternya.
Indeks ini melacak sembilan mata uang Asia terhadap dolar AS dengan bobot terberat adalah yuan Tiongkok dan won Korea Selatan.
"Sentimen memburuk di tengah kondisi dolar yang umumnya menguat," kata Mitul Kotecha, kepala strategi makro valuta asing Asia dan pasar berkembang di Barclays Bank.
RELATED ARTICLES
Mata Uang Asia Loyo di Hadapan Dolar
Mata uang Asia mengalami kelesuan saat berhadapan dengan dolar, bahkan jatuh ke level terendah

Context.id, JAKARTA - Indeks mata uang Asia jatuh ke level terendah di tengah pesimisme atas prospek ekonomi China dan spekulasi pemerintahan Trump yang bertekad mendorong penguatan dolar AS.
Indeks Dolar Asia Bloomberg merosot ke 89,9091, level yang terakhir terlihat pada November 2022. Indeks tersebut telah turun lebih dari 4% sejak akhir September, yang merupakan kinerja kuartalan terburuk dalam lebih dari dua tahun.
Sentimen terhadap mata uang Asia memburuk karena langkah-langkah kurang bersemangat China untuk memperkuat ekonominya telah membebani yuan yang menjadi jangkar bagi mata uang regional lainnya.
Ancaman tarif Presiden terpilih Donald Trump, surutnya taruhan untuk pemotongan suku bunga AS dan kekacauan politik di Korea Selatan juga telah merusak kepercayaan pasar.
"Dampak ganda dari ancaman tarif AS dan kenaikan nilai tukar dolar membuat mata uang Asia terus tertekan untuk menjual, salah satunya Won yang terpengaruh ketidakpastian politik Korsel," kata Ken Cheung, seorang ahli strategi di Mizuho Bank di Hong Kong seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12).
Data ekonomi China terus menunjukkan pemulihan yang rapuh. Laporan terbaru mengatakan penjualan eceran memperlihatkan perlambatan yang tak terduga pada bulan November.
Di Korea, won telah terpuruk oleh kisah politik, karena investor memantau dengan saksama kasus pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Rupee India jatuh ke titik terendah sepanjang masa pada hari Selasa.
Di Indonesia, nilai tukar rupiah turun melewati level psikologis utama 16.000 per dolar minggu lalu.
Mata uang akan menjadi fokus para pembuat kebijakan di kawasan ini, karena para pejabat mempertimbangkan perlunya pemotongan suku bunga untuk menopang pertumbuhan terhadap risiko yang memicu pelemahan lebih lanjut.
Bank sentral di Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina akan memutuskan suku bunga minggu ini.
Kekuatan Dolar
Dolar telah melonjak sejak kemenangan Trump dalam pemilu karena kebijakan "America First"-nya dianggap akan menghasilkan dolar yang lebih kuat.
Inflasi yang kuat juga memicu spekulasi Federal Reserve akan memperlambat jalur pelonggaran moneternya.
Indeks ini melacak sembilan mata uang Asia terhadap dolar AS dengan bobot terberat adalah yuan Tiongkok dan won Korea Selatan.
"Sentimen memburuk di tengah kondisi dolar yang umumnya menguat," kata Mitul Kotecha, kepala strategi makro valuta asing Asia dan pasar berkembang di Barclays Bank.
POPULAR
RELATED ARTICLES