Share

Home Stories

Stories 17 Desember 2024

Mata Uang Asia Loyo di Hadapan Dolar

Mata uang Asia mengalami kelesuan saat berhadapan dengan dolar, bahkan jatuh ke level terendah

Kumpulan mata uang Asia/Asia Fund Managers

Context.id, JAKARTA - Indeks mata uang Asia jatuh ke level terendah di tengah pesimisme atas prospek ekonomi China dan spekulasi pemerintahan Trump yang bertekad mendorong penguatan dolar AS.

Indeks Dolar Asia Bloomberg merosot ke 89,9091, level yang terakhir terlihat pada November 2022. Indeks tersebut telah turun lebih dari 4% sejak akhir September, yang merupakan kinerja kuartalan terburuk dalam lebih dari dua tahun. 

Sentimen terhadap mata uang Asia memburuk karena langkah-langkah kurang bersemangat China untuk memperkuat ekonominya telah membebani yuan yang menjadi jangkar bagi mata uang regional lainnya. 

Ancaman tarif Presiden terpilih Donald Trump, surutnya taruhan untuk pemotongan suku bunga AS dan kekacauan politik di Korea Selatan juga telah merusak kepercayaan pasar. 

"Dampak ganda dari ancaman tarif AS dan kenaikan nilai tukar dolar membuat mata uang Asia terus tertekan untuk menjual, salah satunya Won yang terpengaruh ketidakpastian politik Korsel," kata Ken Cheung, seorang ahli strategi di Mizuho Bank di Hong Kong seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12). 

Data ekonomi China terus menunjukkan pemulihan yang rapuh. Laporan terbaru mengatakan penjualan eceran memperlihatkan perlambatan yang tak terduga pada bulan November. 

Di Korea, won telah terpuruk oleh kisah politik, karena investor memantau dengan saksama kasus pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Rupee India jatuh ke titik terendah sepanjang masa pada hari Selasa.

Di Indonesia, nilai tukar rupiah turun melewati level psikologis utama 16.000 per dolar minggu lalu. 

Mata uang akan menjadi fokus para pembuat kebijakan di kawasan ini, karena para pejabat mempertimbangkan perlunya pemotongan suku bunga untuk menopang pertumbuhan terhadap risiko yang memicu pelemahan lebih lanjut.

Bank sentral di Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina akan memutuskan suku bunga minggu ini. 

Kekuatan Dolar
Dolar telah melonjak sejak kemenangan Trump dalam pemilu karena kebijakan "America First"-nya dianggap akan menghasilkan dolar yang lebih kuat. 

Inflasi yang kuat juga memicu spekulasi Federal Reserve akan memperlambat jalur pelonggaran moneternya. 

Indeks ini melacak sembilan mata uang Asia terhadap dolar AS dengan bobot terberat adalah yuan Tiongkok dan won Korea Selatan. 

"Sentimen memburuk di tengah kondisi dolar yang umumnya menguat," kata Mitul Kotecha, kepala strategi makro valuta asing Asia dan pasar berkembang di Barclays Bank.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 17 Desember 2024

Mata Uang Asia Loyo di Hadapan Dolar

Mata uang Asia mengalami kelesuan saat berhadapan dengan dolar, bahkan jatuh ke level terendah

Kumpulan mata uang Asia/Asia Fund Managers

Context.id, JAKARTA - Indeks mata uang Asia jatuh ke level terendah di tengah pesimisme atas prospek ekonomi China dan spekulasi pemerintahan Trump yang bertekad mendorong penguatan dolar AS.

Indeks Dolar Asia Bloomberg merosot ke 89,9091, level yang terakhir terlihat pada November 2022. Indeks tersebut telah turun lebih dari 4% sejak akhir September, yang merupakan kinerja kuartalan terburuk dalam lebih dari dua tahun. 

Sentimen terhadap mata uang Asia memburuk karena langkah-langkah kurang bersemangat China untuk memperkuat ekonominya telah membebani yuan yang menjadi jangkar bagi mata uang regional lainnya. 

Ancaman tarif Presiden terpilih Donald Trump, surutnya taruhan untuk pemotongan suku bunga AS dan kekacauan politik di Korea Selatan juga telah merusak kepercayaan pasar. 

"Dampak ganda dari ancaman tarif AS dan kenaikan nilai tukar dolar membuat mata uang Asia terus tertekan untuk menjual, salah satunya Won yang terpengaruh ketidakpastian politik Korsel," kata Ken Cheung, seorang ahli strategi di Mizuho Bank di Hong Kong seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/12). 

Data ekonomi China terus menunjukkan pemulihan yang rapuh. Laporan terbaru mengatakan penjualan eceran memperlihatkan perlambatan yang tak terduga pada bulan November. 

Di Korea, won telah terpuruk oleh kisah politik, karena investor memantau dengan saksama kasus pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol. Rupee India jatuh ke titik terendah sepanjang masa pada hari Selasa.

Di Indonesia, nilai tukar rupiah turun melewati level psikologis utama 16.000 per dolar minggu lalu. 

Mata uang akan menjadi fokus para pembuat kebijakan di kawasan ini, karena para pejabat mempertimbangkan perlunya pemotongan suku bunga untuk menopang pertumbuhan terhadap risiko yang memicu pelemahan lebih lanjut.

Bank sentral di Indonesia, Thailand, Taiwan, dan Filipina akan memutuskan suku bunga minggu ini. 

Kekuatan Dolar
Dolar telah melonjak sejak kemenangan Trump dalam pemilu karena kebijakan "America First"-nya dianggap akan menghasilkan dolar yang lebih kuat. 

Inflasi yang kuat juga memicu spekulasi Federal Reserve akan memperlambat jalur pelonggaran moneternya. 

Indeks ini melacak sembilan mata uang Asia terhadap dolar AS dengan bobot terberat adalah yuan Tiongkok dan won Korea Selatan. 

"Sentimen memburuk di tengah kondisi dolar yang umumnya menguat," kata Mitul Kotecha, kepala strategi makro valuta asing Asia dan pasar berkembang di Barclays Bank.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Global March to Gaza, Ribuan Orang Menyeberangi Gurun Demi Palestina

Pawai solidaritas lintas benua yang dimulai dari Tunis, Tunisia menuju Gaza dan berisi warga biasa guru, bukan tentara

Noviarizal Fernandez . 11 June 2025

Perseteruan Trump dan Musk, Bakal Rugikan Amerika?

Ancaman Donald Trump kepada Elon Musk punya dampak sangat besar pada keamanan negara dan juga kedigdayaan Amerika Serikat

Renita Sukma . 09 June 2025

Aplikasi yang Tak Bisa Dilepaskan Para Kreator di 2025

Kira-kira aplikasi apa yang paling penting di ponsel Anda?

Renita Sukma . 05 June 2025

Astronaut, Popok dan Martabat Manusia di Antariksa

Mengapa mengompol di luar angkasa bukanlah aib, tapi keharusan profesional

Renita Sukma . 04 June 2025