Merriam-Webster Umumkan ‘Polarisation’ sebagai Kata Terpopuler 2024
Kata polarisasi sangat lekat dengan konteks politik, terutama dalam pemilihan presidenrnrn
Context.id, JAKARTA - Polarisasi atau polarisation, sebuah kata yang menggambarkan perpecahan antara dua pihak yang sangat berbeda, dinobatkan sebagai Word of the Year 2024 oleh kamus Merriam-Webster.
Menurut Peter Sokolowski, editor senior Merriam-Webster, "Polarisation berarti perpecahan yang sangat spesifik kecenderungan menuju ekstrem daripada mencari jalan tengah."
Pemilihan kata ini sepertinya terkait dengan kontek politik dunia, terutama di AS. Melansir Al Jazeera, pemilihan presiden AS 2024, yang mengantarkan Donald Trump kembali ke Gedung Putih, menjadi momen yang sangat memecah belah.
Survei AP VoteCast mencatat sekitar 80% pemilih Kamala Harris menganggap pandangan Trump terlalu ekstrem, sementara 70% pemilih Trump merasa hal yang sama tentang Harris.
Jika ditarik ke konteks Indonesia, itu bisa jadi lebih jauh lagi, tepatnya di Pilpres 2014 saat Jokowi bertarung dengan Prabowo Subianto.
Polarisasi masyarakat terjadi, sehingga melahirkan istilah yang terkadang masih terdengar hingga saat ini, yakni Cebong dan Kampret.
Dalam kamus, "polarisation" memiliki makna ilmiah terkait radiasi dan magnetisme, serta definisi metaforis yang merujuk pada ketidaksepakatan yang kuat antara kelompok yang berlawanan.
Sokolowski menekankan meskipun "polarisation" sering digunakan dalam konteks politik, maknanya melampaui dunia politik, mencakup budaya pop, teknologi, dan dunia akademis.
“Meskipun ada perpecahan yang besar dalam banyak hal, menarik semua pihak sepakat untuk menggunakan kata ini,” ujarnya.
RELATED ARTICLES
Merriam-Webster Umumkan ‘Polarisation’ sebagai Kata Terpopuler 2024
Kata polarisasi sangat lekat dengan konteks politik, terutama dalam pemilihan presidenrnrn
Context.id, JAKARTA - Polarisasi atau polarisation, sebuah kata yang menggambarkan perpecahan antara dua pihak yang sangat berbeda, dinobatkan sebagai Word of the Year 2024 oleh kamus Merriam-Webster.
Menurut Peter Sokolowski, editor senior Merriam-Webster, "Polarisation berarti perpecahan yang sangat spesifik kecenderungan menuju ekstrem daripada mencari jalan tengah."
Pemilihan kata ini sepertinya terkait dengan kontek politik dunia, terutama di AS. Melansir Al Jazeera, pemilihan presiden AS 2024, yang mengantarkan Donald Trump kembali ke Gedung Putih, menjadi momen yang sangat memecah belah.
Survei AP VoteCast mencatat sekitar 80% pemilih Kamala Harris menganggap pandangan Trump terlalu ekstrem, sementara 70% pemilih Trump merasa hal yang sama tentang Harris.
Jika ditarik ke konteks Indonesia, itu bisa jadi lebih jauh lagi, tepatnya di Pilpres 2014 saat Jokowi bertarung dengan Prabowo Subianto.
Polarisasi masyarakat terjadi, sehingga melahirkan istilah yang terkadang masih terdengar hingga saat ini, yakni Cebong dan Kampret.
Dalam kamus, "polarisation" memiliki makna ilmiah terkait radiasi dan magnetisme, serta definisi metaforis yang merujuk pada ketidaksepakatan yang kuat antara kelompok yang berlawanan.
Sokolowski menekankan meskipun "polarisation" sering digunakan dalam konteks politik, maknanya melampaui dunia politik, mencakup budaya pop, teknologi, dan dunia akademis.
“Meskipun ada perpecahan yang besar dalam banyak hal, menarik semua pihak sepakat untuk menggunakan kata ini,” ujarnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES