Mengapa Maskapai Penerbangan di Seluruh Dunia Gagal Mencapai Target Emisi?
Maskapai penerbangan tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk membeli bahan bakar pesawat berkelanjutan karena harganya yang cukup mahal.
Context.id, JAKARTA - Sebagian besar maskapai penerbangan dunia tidak melakukan upaya yang cukup untuk beralih ke bahan bakar jet yang berkelanjutan. Alhasil, mereka gagal untuk mencapai target emisi yang sudah ditetapkan.
Dalam temuan kelompok advokasi emisi penerbangan Transport and Environment yang berpusat di Brussels, maskapai dunia dan produsen bahan bakar fosil memberikan anggaran yang sedikit untuk berinvestasi dalam bahan bakar berkelanjutan.
Seharusnya industri penerbangan menekan produsen bahan bakar fosil untuk meningkatkan produksi bahan bakar yang dapat dibuat dari bahan-bahan bekas seperti serpihan kayu dan minyak goreng bekas.
"Sayangnya, maskapai penerbangan saat ini tidak berada di jalur yang tepat untuk melakukan pengurangan emisi yang berarti karena mereka tidak membeli cukup bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan," kata manajer kebijakan penerbangan Transportasi dan Lingkungan, Francesco Catte seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/12)
Melansir Reuters, saat ini Sustainable Aviation Fuel (SAF) menyumbang sekitar 1% dari penggunaan bahan bakar penerbangan di pasar global. Ini perlu ditingkatkan agar maskapai penerbangan dapat memenuhi target pengurangan emisi karbon.
BACA JUGA
Persoalannya, bahan bakar ini harganya bisa dua hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet biasa.
Kurangnya investasi oleh pemain minyak besar, yang memiliki modal untuk membangun fasilitas pemrosesan SAF, menghambat pertumbuhan pasar, kata studi tersebut.
Dalam pemeringkatannya, Transport and Environment menunjuk Air France-KLM, United Airlines dan Norwegian sebagai beberapa maskapai penerbangan yang telah mengambil langkah nyata untuk membeli bahan bakar jet berkelanjutan, khususnya versi sintetisnya yang pembakarannya lebih bersih.
Namun, 87% gagal melakukan upaya yang berarti, peringkat tersebut menunjukkan dan bahkan mereka yang mencoba pun bisa saja kehilangan target mereka sendiri jika tidak berinvestasi lebih banyak.
Peringkat tersebut menunjukkan, maskapai penerbangan seperti ITA Airways dari Italia, penerus maskapai Alitalia yang bangkrut, dan TAP dari Portugal hanya melakukan sedikit upaya untuk mengamankan SAF di tahun-tahun mendatang.
Juru bicara TAP mengatakan maskapai itu adalah maskapai pertama yang terbang di Portugal dengan SAF pada Juli 2022, dan berkomitmen untuk terbang dengan 10% SAF pada 2030.
"Meskipun kami ingin meningkatkan investasi kami di SAF, ketersediaan yang rendah dan biaya yang tinggi telah membatasi kemampuan kami untuk melakukannya, mengingat juga kondisi awal kami," kata seorang juru bicara ITA.
RELATED ARTICLES
Mengapa Maskapai Penerbangan di Seluruh Dunia Gagal Mencapai Target Emisi?
Maskapai penerbangan tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk membeli bahan bakar pesawat berkelanjutan karena harganya yang cukup mahal.
Context.id, JAKARTA - Sebagian besar maskapai penerbangan dunia tidak melakukan upaya yang cukup untuk beralih ke bahan bakar jet yang berkelanjutan. Alhasil, mereka gagal untuk mencapai target emisi yang sudah ditetapkan.
Dalam temuan kelompok advokasi emisi penerbangan Transport and Environment yang berpusat di Brussels, maskapai dunia dan produsen bahan bakar fosil memberikan anggaran yang sedikit untuk berinvestasi dalam bahan bakar berkelanjutan.
Seharusnya industri penerbangan menekan produsen bahan bakar fosil untuk meningkatkan produksi bahan bakar yang dapat dibuat dari bahan-bahan bekas seperti serpihan kayu dan minyak goreng bekas.
"Sayangnya, maskapai penerbangan saat ini tidak berada di jalur yang tepat untuk melakukan pengurangan emisi yang berarti karena mereka tidak membeli cukup bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan," kata manajer kebijakan penerbangan Transportasi dan Lingkungan, Francesco Catte seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/12)
Melansir Reuters, saat ini Sustainable Aviation Fuel (SAF) menyumbang sekitar 1% dari penggunaan bahan bakar penerbangan di pasar global. Ini perlu ditingkatkan agar maskapai penerbangan dapat memenuhi target pengurangan emisi karbon.
BACA JUGA
Persoalannya, bahan bakar ini harganya bisa dua hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet biasa.
Kurangnya investasi oleh pemain minyak besar, yang memiliki modal untuk membangun fasilitas pemrosesan SAF, menghambat pertumbuhan pasar, kata studi tersebut.
Dalam pemeringkatannya, Transport and Environment menunjuk Air France-KLM, United Airlines dan Norwegian sebagai beberapa maskapai penerbangan yang telah mengambil langkah nyata untuk membeli bahan bakar jet berkelanjutan, khususnya versi sintetisnya yang pembakarannya lebih bersih.
Namun, 87% gagal melakukan upaya yang berarti, peringkat tersebut menunjukkan dan bahkan mereka yang mencoba pun bisa saja kehilangan target mereka sendiri jika tidak berinvestasi lebih banyak.
Peringkat tersebut menunjukkan, maskapai penerbangan seperti ITA Airways dari Italia, penerus maskapai Alitalia yang bangkrut, dan TAP dari Portugal hanya melakukan sedikit upaya untuk mengamankan SAF di tahun-tahun mendatang.
Juru bicara TAP mengatakan maskapai itu adalah maskapai pertama yang terbang di Portugal dengan SAF pada Juli 2022, dan berkomitmen untuk terbang dengan 10% SAF pada 2030.
"Meskipun kami ingin meningkatkan investasi kami di SAF, ketersediaan yang rendah dan biaya yang tinggi telah membatasi kemampuan kami untuk melakukannya, mengingat juga kondisi awal kami," kata seorang juru bicara ITA.
POPULAR
RELATED ARTICLES