Share

Home Stories

Stories 04 Desember 2024

Mengapa Maskapai Penerbangan di Seluruh Dunia Gagal Mencapai Target Emisi?

Maskapai penerbangan tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk membeli bahan bakar pesawat berkelanjutan karena harganya yang cukup mahal.

Ilustrasi pesawat dengan bahan bakar berkelanjutan/Rosan Aviation

Context.id, JAKARTA - Sebagian besar maskapai penerbangan dunia tidak melakukan upaya yang cukup untuk beralih ke bahan bakar jet yang berkelanjutan. Alhasil, mereka gagal untuk mencapai target emisi yang sudah ditetapkan. 

Dalam temuan kelompok advokasi emisi penerbangan Transport and Environment yang berpusat di Brussels, maskapai dunia dan produsen bahan bakar fosil memberikan anggaran yang sedikit untuk berinvestasi dalam bahan bakar berkelanjutan

Seharusnya industri penerbangan menekan produsen bahan bakar fosil untuk meningkatkan produksi bahan bakar yang dapat dibuat dari bahan-bahan bekas seperti serpihan kayu dan minyak goreng bekas.

"Sayangnya, maskapai penerbangan saat ini tidak berada di jalur yang tepat untuk melakukan pengurangan emisi yang berarti karena mereka tidak membeli cukup bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan," kata manajer kebijakan penerbangan Transportasi dan Lingkungan, Francesco Catte seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/12)

Melansir Reuters, saat ini Sustainable Aviation Fuel (SAF) menyumbang sekitar 1% dari penggunaan bahan bakar penerbangan di pasar global. Ini perlu ditingkatkan agar maskapai penerbangan dapat memenuhi target pengurangan emisi karbon. 



Persoalannya, bahan bakar ini harganya bisa dua hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet biasa.

Kurangnya investasi oleh pemain minyak besar, yang memiliki modal untuk membangun fasilitas pemrosesan SAF, menghambat pertumbuhan pasar, kata studi tersebut.

Dalam pemeringkatannya, Transport and Environment menunjuk Air France-KLM, United Airlines dan Norwegian sebagai beberapa maskapai penerbangan yang telah mengambil langkah nyata untuk membeli bahan bakar jet berkelanjutan, khususnya versi sintetisnya yang pembakarannya lebih bersih.

Namun, 87% gagal melakukan upaya yang berarti, peringkat tersebut menunjukkan dan bahkan mereka yang mencoba pun bisa saja kehilangan target mereka sendiri jika tidak berinvestasi lebih banyak.

Peringkat tersebut menunjukkan, maskapai penerbangan seperti ITA Airways dari Italia, penerus maskapai Alitalia yang bangkrut, dan TAP dari Portugal hanya melakukan sedikit upaya untuk mengamankan SAF di tahun-tahun mendatang.

Juru bicara TAP mengatakan maskapai itu adalah maskapai pertama yang terbang di Portugal dengan SAF pada Juli 2022, dan berkomitmen untuk terbang dengan 10% SAF pada 2030.

"Meskipun kami ingin meningkatkan investasi kami di SAF, ketersediaan yang rendah dan biaya yang tinggi telah membatasi kemampuan kami untuk melakukannya, mengingat juga kondisi awal kami," kata seorang juru bicara ITA.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 Desember 2024

Mengapa Maskapai Penerbangan di Seluruh Dunia Gagal Mencapai Target Emisi?

Maskapai penerbangan tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk membeli bahan bakar pesawat berkelanjutan karena harganya yang cukup mahal.

Ilustrasi pesawat dengan bahan bakar berkelanjutan/Rosan Aviation

Context.id, JAKARTA - Sebagian besar maskapai penerbangan dunia tidak melakukan upaya yang cukup untuk beralih ke bahan bakar jet yang berkelanjutan. Alhasil, mereka gagal untuk mencapai target emisi yang sudah ditetapkan. 

Dalam temuan kelompok advokasi emisi penerbangan Transport and Environment yang berpusat di Brussels, maskapai dunia dan produsen bahan bakar fosil memberikan anggaran yang sedikit untuk berinvestasi dalam bahan bakar berkelanjutan

Seharusnya industri penerbangan menekan produsen bahan bakar fosil untuk meningkatkan produksi bahan bakar yang dapat dibuat dari bahan-bahan bekas seperti serpihan kayu dan minyak goreng bekas.

"Sayangnya, maskapai penerbangan saat ini tidak berada di jalur yang tepat untuk melakukan pengurangan emisi yang berarti karena mereka tidak membeli cukup bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan," kata manajer kebijakan penerbangan Transportasi dan Lingkungan, Francesco Catte seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/12)

Melansir Reuters, saat ini Sustainable Aviation Fuel (SAF) menyumbang sekitar 1% dari penggunaan bahan bakar penerbangan di pasar global. Ini perlu ditingkatkan agar maskapai penerbangan dapat memenuhi target pengurangan emisi karbon. 



Persoalannya, bahan bakar ini harganya bisa dua hingga lima kali lebih mahal daripada bahan bakar jet biasa.

Kurangnya investasi oleh pemain minyak besar, yang memiliki modal untuk membangun fasilitas pemrosesan SAF, menghambat pertumbuhan pasar, kata studi tersebut.

Dalam pemeringkatannya, Transport and Environment menunjuk Air France-KLM, United Airlines dan Norwegian sebagai beberapa maskapai penerbangan yang telah mengambil langkah nyata untuk membeli bahan bakar jet berkelanjutan, khususnya versi sintetisnya yang pembakarannya lebih bersih.

Namun, 87% gagal melakukan upaya yang berarti, peringkat tersebut menunjukkan dan bahkan mereka yang mencoba pun bisa saja kehilangan target mereka sendiri jika tidak berinvestasi lebih banyak.

Peringkat tersebut menunjukkan, maskapai penerbangan seperti ITA Airways dari Italia, penerus maskapai Alitalia yang bangkrut, dan TAP dari Portugal hanya melakukan sedikit upaya untuk mengamankan SAF di tahun-tahun mendatang.

Juru bicara TAP mengatakan maskapai itu adalah maskapai pertama yang terbang di Portugal dengan SAF pada Juli 2022, dan berkomitmen untuk terbang dengan 10% SAF pada 2030.

"Meskipun kami ingin meningkatkan investasi kami di SAF, ketersediaan yang rendah dan biaya yang tinggi telah membatasi kemampuan kami untuk melakukannya, mengingat juga kondisi awal kami," kata seorang juru bicara ITA.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025