Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?
Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Context.id, JAKARTA - Tarif timbal balik atau resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa menjadi batu sandungan bagi banyak negara. Jika kebijakan itu dijalankan, banyak negara yang harus mengeluarkan uang lebih untuk memasukkan barang dari negara mereka ke Amerika Serikat.
Masalahnya, dampaknya bukan hanya bagi pengusaha saja tapi juga para pekerja muda.
Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), M. Zulfikar Rakhmat, menjelaskan tarif Trump dalam pandangan pekerja muda dapat dilihat sebagai ancaman sekaligus peluang.
Seperti dua sisi mata uang, selain bisa memicu efisiensi perusahaan melalui pemutusan hubungan kerja (PHK), tarif Trump punya potensi membuka lapangan kerja.
Lho, kok bisa?
Zulfikar menjelaskan panasnya perang dagang China-Amerika Serikat dan ketidakpastian penerapan tarif trump dapat mendorong banyak perusahaan global merelokasi pabriknya di China ke negara lain yang tarifnya lebih kecil, semisal Indonesia.
“Banyak pabrik global di China. Jika benar diberlakukan tarif tinggi, tentunya mereka akan mencari tempat dan pasar baru. Indonesia sebagai negara yang paling besar di Asean bisa menjadi destinasi [perusahaan untuk relokasi],” ujar Zulfikar kepada Bisnis, Senin (14/4/2025).
Meskipun, saat ini Trump menjeda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari, efeknya masih menghantui para pelaku usaha serta pekerja muda.
Tidak hanya mengancam karir pekerja muda, dalam jangka panjang tarif Trump bisa berefek pada pasar domestik yang malah dibanjiri barang impor.
Zulfikar menyarankan pekerja muda untuk menabung atau menyimpan uang kes dan mengutamakan produk lokal.
“Jadi selain saving, kalau misalnya mau purchasing (belanja) perlu prioritaskan produk domestik untuk membantu industri lokal,” pungkas Zulfikar.
RELATED ARTICLES
Bagaimana Efek Tarif Trump ke Pekerja Muda?
Tarif resiprokal atau tarif Trump tidak hanya berdampak pada pengusaha, namun juga pekerja muda. Seperti apa?

Context.id, JAKARTA - Tarif timbal balik atau resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump bisa menjadi batu sandungan bagi banyak negara. Jika kebijakan itu dijalankan, banyak negara yang harus mengeluarkan uang lebih untuk memasukkan barang dari negara mereka ke Amerika Serikat.
Masalahnya, dampaknya bukan hanya bagi pengusaha saja tapi juga para pekerja muda.
Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), M. Zulfikar Rakhmat, menjelaskan tarif Trump dalam pandangan pekerja muda dapat dilihat sebagai ancaman sekaligus peluang.
Seperti dua sisi mata uang, selain bisa memicu efisiensi perusahaan melalui pemutusan hubungan kerja (PHK), tarif Trump punya potensi membuka lapangan kerja.
Lho, kok bisa?
Zulfikar menjelaskan panasnya perang dagang China-Amerika Serikat dan ketidakpastian penerapan tarif trump dapat mendorong banyak perusahaan global merelokasi pabriknya di China ke negara lain yang tarifnya lebih kecil, semisal Indonesia.
“Banyak pabrik global di China. Jika benar diberlakukan tarif tinggi, tentunya mereka akan mencari tempat dan pasar baru. Indonesia sebagai negara yang paling besar di Asean bisa menjadi destinasi [perusahaan untuk relokasi],” ujar Zulfikar kepada Bisnis, Senin (14/4/2025).
Meskipun, saat ini Trump menjeda penerapan tarif resiprokal selama 90 hari, efeknya masih menghantui para pelaku usaha serta pekerja muda.
Tidak hanya mengancam karir pekerja muda, dalam jangka panjang tarif Trump bisa berefek pada pasar domestik yang malah dibanjiri barang impor.
Zulfikar menyarankan pekerja muda untuk menabung atau menyimpan uang kes dan mengutamakan produk lokal.
“Jadi selain saving, kalau misalnya mau purchasing (belanja) perlu prioritaskan produk domestik untuk membantu industri lokal,” pungkas Zulfikar.
POPULAR
RELATED ARTICLES