Share

Home Stories

Stories 02 Desember 2024

Belajar dari Suriname dan Guyana, Membagi Hasil Jualan Migas ke Rakyatnya

Dua negara kecil di Amerika Selatan yakni Suriname dan Guyana akan menyalurkan keuntungan uang tunai dari ladang migas langsung ke rakyatnya

Ilustrasi ladang migas Suriname-Guyana/International Banker

Context.id, JAKARTA  - Negara kecil di Amerika Selatan, Suriname, memiliki rencana ambisius untuk memastikan seluruh penduduknya merasakan manfaat dari kekayaan minyak dan gas yang baru ditemukan di lepas pantainya. 

Memiliki cadangan minyak yang diperkirakan menghasilkan US$10 miliar dalam 10 hingga 20 tahun mendatang, Suriname memperkenalkan inisiatif Royalty for All Initiative (RVI). 

Melalui program ini, setiap warga Suriname akan menerima tabungan senilai US$750 dengan bunga tahunan 7 persen yang akan dibayarkan setelah produksi minyak dimulai pada 2028.

Melansir Al  Jazeera, cadangan minyak baru ditemukan di Blok 58, proyek minyak dan gas laut dalam senilai US$10,5 miliar yang berlokasi 150 km dari pantai Suriname. 

Proyek ini dioperasikan oleh TotalEnergies, perusahaan energi asal Prancis, bersama Apache Corporation (APA Corp) dari Amerika Serikat. 



Diperkirakan ladang ini mampu menghasilkan 220.000 barel minyak mentah per hari.

Meskipun eksplorasi minyak di Suriname telah berlangsung sejak 1930-an, penemuan signifikan baru terjadi pada 1965 dengan ladang minyak Calcutta di Saramacca. 

Eksplorasi lebih intensif dimulai pada 2000-an, dan TotalEnergies memulai operasinya di Blok 58 pada 2019.

Dua negara tetangga
Guyana, tetangga Suriname, juga menghadapi lonjakan kekayaan minyak. Pada Mei 2015, ExxonMobil menemukan cadangan besar di Blok Stabroek, 193 km dari pantai Guyana. 

Penemuan ini memicu inisiatif serupa dengan Suriname, pemerintah Guyana menjanjikan pembayaran tunai sebesar 100.000 dolar Guyana (US$480) kepada setiap warga berusia 18 tahun ke atas.

Namun, Guyana masih bergulat dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Sekitar 48,4 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, meskipun negara ini memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di dunia.

Presiden Suriname, Chan Santokhi, menyadari risiko kutukan sumber daya alam atau Dutch Disease, yakni kekayaan minyak tidak selalu berujung pada kemakmuran ekonomi. 

Suriname belajar dari negara seperti Norwegia, yang berhasil mengelola kekayaan minyak melalui dana kekayaan negara (sovereign wealth fund).

Suriname telah mendirikan dana serupa untuk memastikan pendapatan minyak dimanfaatkan secara berkelanjutan, menghindari ketergantungan berlebihan pada minyak, dan mengelola fluktuasi harga komoditas.

Belajar dari negara lain
Pengelolaan kekayaan sumber daya alam yang baik tidak hanya terlihat di Norwegia, tetapi juga di beberapa negara lain:

Mongolia menggunakan pendapatan tambangnya melalui Human Development Fund untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, meski program ini kemudian digantikan oleh dana stabilisasi ekonomi.

Botswana mendirikan Pula Fund untuk mengelola pendapatan dari berlian, mengamankan perekonomian dari guncangan finansial.

Amerika Serikat memiliki berbagai inisiatif, seperti Dana Dividen Alaska yang membagikan hasil pendapatan minyak kepada warganya dan Dana Perbaikan Modal Alabama yang mendanai proyek infrastruktur.

Cadangan minyak yang melimpah menawarkan peluang besar bagi Suriname dan Guyana untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup warganya. 

Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, kekayaan ini dapat menjadi pedang bermata dua. 

Tapi paling tidak dengan strategi berbagi kekayaan langsung kepada warga dan pengelolaan dana yang transparan, kedua negara ini memiliki kesempatan untuk mengubah masa depan rakyatnya.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 02 Desember 2024

Belajar dari Suriname dan Guyana, Membagi Hasil Jualan Migas ke Rakyatnya

Dua negara kecil di Amerika Selatan yakni Suriname dan Guyana akan menyalurkan keuntungan uang tunai dari ladang migas langsung ke rakyatnya

Ilustrasi ladang migas Suriname-Guyana/International Banker

Context.id, JAKARTA  - Negara kecil di Amerika Selatan, Suriname, memiliki rencana ambisius untuk memastikan seluruh penduduknya merasakan manfaat dari kekayaan minyak dan gas yang baru ditemukan di lepas pantainya. 

Memiliki cadangan minyak yang diperkirakan menghasilkan US$10 miliar dalam 10 hingga 20 tahun mendatang, Suriname memperkenalkan inisiatif Royalty for All Initiative (RVI). 

Melalui program ini, setiap warga Suriname akan menerima tabungan senilai US$750 dengan bunga tahunan 7 persen yang akan dibayarkan setelah produksi minyak dimulai pada 2028.

Melansir Al  Jazeera, cadangan minyak baru ditemukan di Blok 58, proyek minyak dan gas laut dalam senilai US$10,5 miliar yang berlokasi 150 km dari pantai Suriname. 

Proyek ini dioperasikan oleh TotalEnergies, perusahaan energi asal Prancis, bersama Apache Corporation (APA Corp) dari Amerika Serikat. 



Diperkirakan ladang ini mampu menghasilkan 220.000 barel minyak mentah per hari.

Meskipun eksplorasi minyak di Suriname telah berlangsung sejak 1930-an, penemuan signifikan baru terjadi pada 1965 dengan ladang minyak Calcutta di Saramacca. 

Eksplorasi lebih intensif dimulai pada 2000-an, dan TotalEnergies memulai operasinya di Blok 58 pada 2019.

Dua negara tetangga
Guyana, tetangga Suriname, juga menghadapi lonjakan kekayaan minyak. Pada Mei 2015, ExxonMobil menemukan cadangan besar di Blok Stabroek, 193 km dari pantai Guyana. 

Penemuan ini memicu inisiatif serupa dengan Suriname, pemerintah Guyana menjanjikan pembayaran tunai sebesar 100.000 dolar Guyana (US$480) kepada setiap warga berusia 18 tahun ke atas.

Namun, Guyana masih bergulat dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Sekitar 48,4 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan, meskipun negara ini memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di dunia.

Presiden Suriname, Chan Santokhi, menyadari risiko kutukan sumber daya alam atau Dutch Disease, yakni kekayaan minyak tidak selalu berujung pada kemakmuran ekonomi. 

Suriname belajar dari negara seperti Norwegia, yang berhasil mengelola kekayaan minyak melalui dana kekayaan negara (sovereign wealth fund).

Suriname telah mendirikan dana serupa untuk memastikan pendapatan minyak dimanfaatkan secara berkelanjutan, menghindari ketergantungan berlebihan pada minyak, dan mengelola fluktuasi harga komoditas.

Belajar dari negara lain
Pengelolaan kekayaan sumber daya alam yang baik tidak hanya terlihat di Norwegia, tetapi juga di beberapa negara lain:

Mongolia menggunakan pendapatan tambangnya melalui Human Development Fund untuk membiayai pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, meski program ini kemudian digantikan oleh dana stabilisasi ekonomi.

Botswana mendirikan Pula Fund untuk mengelola pendapatan dari berlian, mengamankan perekonomian dari guncangan finansial.

Amerika Serikat memiliki berbagai inisiatif, seperti Dana Dividen Alaska yang membagikan hasil pendapatan minyak kepada warganya dan Dana Perbaikan Modal Alabama yang mendanai proyek infrastruktur.

Cadangan minyak yang melimpah menawarkan peluang besar bagi Suriname dan Guyana untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup warganya. 

Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, kekayaan ini dapat menjadi pedang bermata dua. 

Tapi paling tidak dengan strategi berbagi kekayaan langsung kepada warga dan pengelolaan dana yang transparan, kedua negara ini memiliki kesempatan untuk mengubah masa depan rakyatnya.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025