Share

Stories 12 November 2024

Dari Taylor Swift hingga Beyoncé, Seleb yang Jadi Subjek Kajian Akademis

Para bintang seperti Taylor Swift dan Beyonc bukan ikon dunia hiburan, tetapi juga menjadi subjek menarik bagi penelitian dan studi akademis.

The Eras Tour Taylor Swift/MAK Realty

Context.id, JAKARTA - Dunia akademis semakin menunjukkan keterbukaannya terhadap pengaruh besar budaya pop, terutama dalam bidang musik dan media. 

Para bintang seperti Taylor Swift dan Beyoncé kini tak hanya menjadi ikon di panggung hiburan, tetapi juga menjadi subjek yang menarik bagi penelitian dan studi akademis. 

Dari kursus yang membahas strategi pemasaran mereka hingga analisis mendalam tentang aktivisme sosial yang mereka gunakan, selebritas-selebritas ini telah menemukan tempat di ruang kuliah universitas-universitas ternama.

Taylor Swift: Fenomena Bisnis hingga Media Sosial 
Taylor Swift, dengan perjalanannya yang penuh liku, telah menjelma menjadi simbol sukses di dunia musik dan bisnis. 

Tidak hanya dikenal dengan musiknya yang ikonik, tetapi cara dia mengelola karir dan membangun merek pribadi juga menjadi bagian penting dari studi akademis, terutama di bidang pemasaran, media sosial dan strategi bisnis.



Ada beberapa universitas dunia, terutama di Amerika Serikat yang menjadikan Taylor Swift sebagai objek kajian akademis. 

1. Universitas Miami adalah salah satu kampus yang menawarkan kursus berjudul “Mastermind Taylor Swift Brand" , yang mengeksplorasi bagaimana Swift menggunakan media sosial dan narasi pribadi untuk menciptakan citra merek yang kuat. 

Mahasiswa di sini belajar tentang pemasaran digital, cara menghadapi kontroversi, serta strategi pengelolaan krisis yang dipraktikkan oleh Swift, terutama dalam isu pertempuran hak cipta atas album-album lamanya.

2. Universitas New York (NYU) juga menawarkan kursus yang membahas Taylor Swift dalam konteks pemasaran merek. 

Dalam program “Pemasaran Digital” mahasiswa mendalami pengaruh media sosial dalam memperkuat hubungan dengan penggemar dan bagaimana Swift memanfaatkannya untuk memperluas audiensnya, memperkenalkan album-album baru dan bahkan mengelola citra pribadinya.

3. Harvard Business School (HBS) mengajak mahasiswa untuk mengkaji keputusan Swift dalam dunia bisnis, seperti merekam ulang album untuk mempertahankan hak atas karyanya, serta bagaimana keputusan-keputusan tersebut memberikan pelajaran penting tentang manajemen kekayaan intelektual di industri hiburan.

4. Di Universitas Stanford, dalam program Analisis Media Sosial dan Pemasaran Digital, Taylor Swift seringkali menjadi contoh penting tentang bagaimana selebritas menggunakan media sosial untuk mempengaruhi publik dan mengendalikan narasi mereka di dunia maya.

Kursus ini juga membahas bagaimana Swift memanfaatkan platform seperti Instagram dan Twitter untuk terhubung langsung dengan penggemar, mengelola brand-nya, dan membangun loyalitas pengikut yang kuat.

Beyoncé: Aktivisme Sosial dan Politik Musik
Sementara Taylor Swift terkenal dengan strategi bisnisnya, Beyoncé lebih dikenal karena penggunaan seni dan musiknya untuk mengangkat isu sosial dan politik, khususnya yang berkaitan dengan ras, gender, dan seksualitas. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Beyoncé menjadi subjek studi yang semakin populer di universitas-universitas terkemuka, dengan banyak kursus yang mengkaji cara dia menggabungkan aktivisme feminisme kulit hitam dengan musik pop.

Berikut ini universitas yang menjadikan Beyonce sebagai subjek kajian:

1. Universitas Yale mengadakan kursus bertajuk "Beyoncé Membuat Sejarah: Tradisi, Budaya, Teori & Politik Radikal Kulit Hitam Melalui Musik", yang dipimpin oleh Profesor Daphne Brooks. 

Seperti dilansir AP, kursus ini memokuskan perhatian pada bagaimana Beyoncé menggunakan album-album monumental seperti Lemonade dan Formation untuk membahas masalah rasisme, seksisme, dan feminisme kulit hitam dalam masyarakat Amerika. 

Mahasiswa belajar bagaimana Beyoncé menggabungkan sejarah politik kulit hitam dengan karya seni kontemporer yang bersifat transformatif.

2. Di Universitas Princeton, Profesor Angela Davis, seorang tokoh feminis dan aktivis yang terkenal, mengajarkan tentang peran perempuan dalam musik pop, dengan Beyoncé sebagai contoh utama. 

Di sini, mahasiswa menganalisis bagaimana Beyoncé memanfaatkan panggung global untuk berbicara tentang keadilan sosial, hak-hak perempuan, dan kemerdekaan ekspresi dalam menghadapi tantangan sosial yang lebih besar.

3. Universitas Columbia menawarkan kursus dalam program Studi Budaya Populer, di mana Beyoncé menjadi subjek utama dalam pembahasan tentang media,representasi rasial, dan aktivisme sosial. 

Salah satu aspek yang diteliti adalah bagaimana dia menggunakan musik untuk menciptakan narasi baru tentang identitas kulit hitam dan bagaimana karya-karyanya berperan dalam memperjuangkan hak-hak minoritas.

4. Universitas Brown juga menyelenggarakan kursus "The Politics of Black Music", yang mengkaji bagaimana musik seperti milik Beyoncé dapat menjadi kekuatan penting dalam memengaruhi kebijakan sosial dan merambah ke dalam diskursus politik. 

Selebritas lain di dunia akademis
Sebenarnya selain Taylor Swift dan Beyoncé, banyak selebritas lain yang juga menjadi bagian dari wacana akademis di berbagai universitas di seluruh dunia. 

Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh budaya pop dalam mempengaruhi pendidikan dan pemikiran kritis mahasiswa.

1. Bob Dylan, dengan kontribusinya terhadap musik dan budaya politik Amerika, telah menjadi subjek dalam banyak kursus di Universitas Princeton dan Universitas Syracuse. 

Kursus-kursus ini menganalisis peran lirik-lirik Dylan dalam perubahan sosial dan politik, serta bagaimana dia mengubah cara orang melihat musik sebagai alat untuk perubahan sosial.

2. Lady Gaga, yang dikenal karena pesan-pesan inklusifnya tentang gender dan seksualitas, juga menjadi objek studi di kampus-kampus seperti Universitas Harvard dan NYU. 

Di sini, Gaga dijelaskan dalam konteks identitas gender dan perannya dalam aktivisme LGBTQ+, yang sering kali beririsan dengan karya-karyanya yang memadukan pop, seni, dan pernyataan sosial.

3. Kanye West, dengan kehadirannya yang aneh di dunia musik dan media, telah menjadi subjek mata kuliah di Universitas Georgetown dan Universitas Columbia. 

Mahasiswa kedua universitas mempelajari tentang inovasi musikal Kanye, serta bagaimana kontroversinya membentuk diskusi mengenai kesehatan mental dan media sosial.

4. The Beatles, yang memiliki pengaruh mendalam terhadap musik dan budaya global, juga tetap menjadi subjek utama di Universitas Liverpool. 

Kursus-kursus di sini menganalisis pengaruh Beatles dalam konteks sejarah musik dan bagaimana mereka menjadi simbol budaya generasi 60-an dan 70-an.

Mengapa Selebritas Menarik?
Kehadiran selebritas seperti Taylor Swift dan Beyoncé dalam kurikulum akademik menggambarkan pengaruh besar yang mereka miliki terhadap masyarakat dan budaya. 

Musik mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menciptakan ruang untuk diskusi tentang isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas. 

Oleh karena itu, banyak universitas yang kini menyadari pentingnya mempelajari para selebritis ini tidak hanya dari perspektif hiburan, tetapi juga dalam konteks analisis budaya, politik dan perubahan sosial.

Misalnya, Taylor Swift bukan hanya seorang penyanyi, tetapi seorang pengusaha cerdas yang telah mengubah cara kita memahami peran media sosial dalam membangun identitas pribadi dan merek. 

Sementara itu, Beyoncé adalah ikon feminis yang menggunakan musik dan visual untuk mewakili perjuangan kulit hitam, kesetaraan gender, dan aktivisme sosial, serta menginspirasi gerakan sosial yang lebih luas.

Dengan semakin banyaknya universitas yang menawarkan kursus terkait selebritas-selebritas ini, dunia pendidikan nampaknya semakin membuka diri terhadap pengaruh budaya pop yang terus berkembang. 

Fenomena ini tidak hanya merayakan karya-karya artis-artis terkenal, tetapi juga membuka peluang baru untuk mendalami bagaimana seni dan hiburan dapat menjadi kekuatan untuk perubahan sosial dan pemikiran kritis di dunia modern.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 12 November 2024

Dari Taylor Swift hingga Beyoncé, Seleb yang Jadi Subjek Kajian Akademis

Para bintang seperti Taylor Swift dan Beyonc bukan ikon dunia hiburan, tetapi juga menjadi subjek menarik bagi penelitian dan studi akademis.

The Eras Tour Taylor Swift/MAK Realty

Context.id, JAKARTA - Dunia akademis semakin menunjukkan keterbukaannya terhadap pengaruh besar budaya pop, terutama dalam bidang musik dan media. 

Para bintang seperti Taylor Swift dan Beyoncé kini tak hanya menjadi ikon di panggung hiburan, tetapi juga menjadi subjek yang menarik bagi penelitian dan studi akademis. 

Dari kursus yang membahas strategi pemasaran mereka hingga analisis mendalam tentang aktivisme sosial yang mereka gunakan, selebritas-selebritas ini telah menemukan tempat di ruang kuliah universitas-universitas ternama.

Taylor Swift: Fenomena Bisnis hingga Media Sosial 
Taylor Swift, dengan perjalanannya yang penuh liku, telah menjelma menjadi simbol sukses di dunia musik dan bisnis. 

Tidak hanya dikenal dengan musiknya yang ikonik, tetapi cara dia mengelola karir dan membangun merek pribadi juga menjadi bagian penting dari studi akademis, terutama di bidang pemasaran, media sosial dan strategi bisnis.



Ada beberapa universitas dunia, terutama di Amerika Serikat yang menjadikan Taylor Swift sebagai objek kajian akademis. 

1. Universitas Miami adalah salah satu kampus yang menawarkan kursus berjudul “Mastermind Taylor Swift Brand" , yang mengeksplorasi bagaimana Swift menggunakan media sosial dan narasi pribadi untuk menciptakan citra merek yang kuat. 

Mahasiswa di sini belajar tentang pemasaran digital, cara menghadapi kontroversi, serta strategi pengelolaan krisis yang dipraktikkan oleh Swift, terutama dalam isu pertempuran hak cipta atas album-album lamanya.

2. Universitas New York (NYU) juga menawarkan kursus yang membahas Taylor Swift dalam konteks pemasaran merek. 

Dalam program “Pemasaran Digital” mahasiswa mendalami pengaruh media sosial dalam memperkuat hubungan dengan penggemar dan bagaimana Swift memanfaatkannya untuk memperluas audiensnya, memperkenalkan album-album baru dan bahkan mengelola citra pribadinya.

3. Harvard Business School (HBS) mengajak mahasiswa untuk mengkaji keputusan Swift dalam dunia bisnis, seperti merekam ulang album untuk mempertahankan hak atas karyanya, serta bagaimana keputusan-keputusan tersebut memberikan pelajaran penting tentang manajemen kekayaan intelektual di industri hiburan.

4. Di Universitas Stanford, dalam program Analisis Media Sosial dan Pemasaran Digital, Taylor Swift seringkali menjadi contoh penting tentang bagaimana selebritas menggunakan media sosial untuk mempengaruhi publik dan mengendalikan narasi mereka di dunia maya.

Kursus ini juga membahas bagaimana Swift memanfaatkan platform seperti Instagram dan Twitter untuk terhubung langsung dengan penggemar, mengelola brand-nya, dan membangun loyalitas pengikut yang kuat.

Beyoncé: Aktivisme Sosial dan Politik Musik
Sementara Taylor Swift terkenal dengan strategi bisnisnya, Beyoncé lebih dikenal karena penggunaan seni dan musiknya untuk mengangkat isu sosial dan politik, khususnya yang berkaitan dengan ras, gender, dan seksualitas. 

Dalam beberapa tahun terakhir, Beyoncé menjadi subjek studi yang semakin populer di universitas-universitas terkemuka, dengan banyak kursus yang mengkaji cara dia menggabungkan aktivisme feminisme kulit hitam dengan musik pop.

Berikut ini universitas yang menjadikan Beyonce sebagai subjek kajian:

1. Universitas Yale mengadakan kursus bertajuk "Beyoncé Membuat Sejarah: Tradisi, Budaya, Teori & Politik Radikal Kulit Hitam Melalui Musik", yang dipimpin oleh Profesor Daphne Brooks. 

Seperti dilansir AP, kursus ini memokuskan perhatian pada bagaimana Beyoncé menggunakan album-album monumental seperti Lemonade dan Formation untuk membahas masalah rasisme, seksisme, dan feminisme kulit hitam dalam masyarakat Amerika. 

Mahasiswa belajar bagaimana Beyoncé menggabungkan sejarah politik kulit hitam dengan karya seni kontemporer yang bersifat transformatif.

2. Di Universitas Princeton, Profesor Angela Davis, seorang tokoh feminis dan aktivis yang terkenal, mengajarkan tentang peran perempuan dalam musik pop, dengan Beyoncé sebagai contoh utama. 

Di sini, mahasiswa menganalisis bagaimana Beyoncé memanfaatkan panggung global untuk berbicara tentang keadilan sosial, hak-hak perempuan, dan kemerdekaan ekspresi dalam menghadapi tantangan sosial yang lebih besar.

3. Universitas Columbia menawarkan kursus dalam program Studi Budaya Populer, di mana Beyoncé menjadi subjek utama dalam pembahasan tentang media,representasi rasial, dan aktivisme sosial. 

Salah satu aspek yang diteliti adalah bagaimana dia menggunakan musik untuk menciptakan narasi baru tentang identitas kulit hitam dan bagaimana karya-karyanya berperan dalam memperjuangkan hak-hak minoritas.

4. Universitas Brown juga menyelenggarakan kursus "The Politics of Black Music", yang mengkaji bagaimana musik seperti milik Beyoncé dapat menjadi kekuatan penting dalam memengaruhi kebijakan sosial dan merambah ke dalam diskursus politik. 

Selebritas lain di dunia akademis
Sebenarnya selain Taylor Swift dan Beyoncé, banyak selebritas lain yang juga menjadi bagian dari wacana akademis di berbagai universitas di seluruh dunia. 

Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh budaya pop dalam mempengaruhi pendidikan dan pemikiran kritis mahasiswa.

1. Bob Dylan, dengan kontribusinya terhadap musik dan budaya politik Amerika, telah menjadi subjek dalam banyak kursus di Universitas Princeton dan Universitas Syracuse. 

Kursus-kursus ini menganalisis peran lirik-lirik Dylan dalam perubahan sosial dan politik, serta bagaimana dia mengubah cara orang melihat musik sebagai alat untuk perubahan sosial.

2. Lady Gaga, yang dikenal karena pesan-pesan inklusifnya tentang gender dan seksualitas, juga menjadi objek studi di kampus-kampus seperti Universitas Harvard dan NYU. 

Di sini, Gaga dijelaskan dalam konteks identitas gender dan perannya dalam aktivisme LGBTQ+, yang sering kali beririsan dengan karya-karyanya yang memadukan pop, seni, dan pernyataan sosial.

3. Kanye West, dengan kehadirannya yang aneh di dunia musik dan media, telah menjadi subjek mata kuliah di Universitas Georgetown dan Universitas Columbia. 

Mahasiswa kedua universitas mempelajari tentang inovasi musikal Kanye, serta bagaimana kontroversinya membentuk diskusi mengenai kesehatan mental dan media sosial.

4. The Beatles, yang memiliki pengaruh mendalam terhadap musik dan budaya global, juga tetap menjadi subjek utama di Universitas Liverpool. 

Kursus-kursus di sini menganalisis pengaruh Beatles dalam konteks sejarah musik dan bagaimana mereka menjadi simbol budaya generasi 60-an dan 70-an.

Mengapa Selebritas Menarik?
Kehadiran selebritas seperti Taylor Swift dan Beyoncé dalam kurikulum akademik menggambarkan pengaruh besar yang mereka miliki terhadap masyarakat dan budaya. 

Musik mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menciptakan ruang untuk diskusi tentang isu-isu sosial, politik, dan ekonomi yang lebih luas. 

Oleh karena itu, banyak universitas yang kini menyadari pentingnya mempelajari para selebritis ini tidak hanya dari perspektif hiburan, tetapi juga dalam konteks analisis budaya, politik dan perubahan sosial.

Misalnya, Taylor Swift bukan hanya seorang penyanyi, tetapi seorang pengusaha cerdas yang telah mengubah cara kita memahami peran media sosial dalam membangun identitas pribadi dan merek. 

Sementara itu, Beyoncé adalah ikon feminis yang menggunakan musik dan visual untuk mewakili perjuangan kulit hitam, kesetaraan gender, dan aktivisme sosial, serta menginspirasi gerakan sosial yang lebih luas.

Dengan semakin banyaknya universitas yang menawarkan kursus terkait selebritas-selebritas ini, dunia pendidikan nampaknya semakin membuka diri terhadap pengaruh budaya pop yang terus berkembang. 

Fenomena ini tidak hanya merayakan karya-karya artis-artis terkenal, tetapi juga membuka peluang baru untuk mendalami bagaimana seni dan hiburan dapat menjadi kekuatan untuk perubahan sosial dan pemikiran kritis di dunia modern.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Ini 15 Kota di Dunia yang Punya Miliarder Terbanyak

Hampir sepertiga miliarder dunia tinggal di hanya 15 kota, menurut studi baru Altrata dan New York merupakan rumah bagi populasi orang superkaya t ...

Context.id . 21 November 2024

Triliunan Dolar Dihabiskan untuk Perang, Mengapa Tidak untuk Iklim?

Tuntutan negara berkembang agar Barat menyumbangkan dana US$1 triliun untuk anggaran iklim bukanlah hal yang mustahil, karena mereka sanggup habis ...

Context.id . 21 November 2024

China dan India Negara Maju dan Harus Berkontribusi di Pendanaan Iklim

Delegasi dari negara-negara miskin mengatakan klasifikasi yang sudah ada sejak tahun 1992 sudah tidak berlaku lagi dan kedua negara \'harus berkon ...

Context.id . 20 November 2024

Aktivis Demokrasi Hong Kong Dipenjara: Siapa Mereka dan Apa Kasusnya?

Aktivis Hong Kong 47 pertama kali ditangkap pada tahun 2021 karena menyelenggarakan pemilu tidak resmi yang oleh pihak berwenang disamakan dengan ...

Context.id . 20 November 2024