Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih
Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung
Context.id, JAKARTA - Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak orang mengalami kelelahan terus-menerus, bangun tidur tidak semangat, dan sangat bergantung pada kafein.
Kondisi itu memunculkan istilah kelelahan adrenal atau adrenal fatigue yang semakin populer, terutama di media sosial dan di kalangan praktisi kesehatan alternatif.
Istilah ini menggambarkan kondisi kelenjar adrenal yang dipercaya terlalu habis-habisan memproduksi hormon stres akibat kelelahan mental, tekanan mental dan stres fisik berkepanjangan.
Namun, bagi James Findling, seorang ahli endokrinologi terkemuka dari Medical College of Wisconsin, adrenal fatigue tak lebih dari sekadar mitos yang kadung dipercaya. “Ini adalah konsep yang tidak logis dan tidak sahih,” ujarnya seperti dikutip Newsweek.
Menurut Findling yang juga bagian dari The Endocrine Society, istilah ini tidak memiliki dasar ilmiah dan bukanlah diagnosis medis yang diakui.
Sayangnya, kepercayaan pada konsep ini tetap berlangsung karena ramai di media sosial dan digaungkan oleh para pendengung yang mendaku sebagai praktisi kesehatan.
Kelenjar stres
Kelenjar adrenal, yang berada di atas ginjal, menghasilkan berbagai hormon, termasuk kortisol dan adrenalin, untuk mengelola stres.
Saat tubuh merasa stres, sinyal dari otak memicu pelepasan hormon dari kelenjar adrenal, membantu tubuh merespons kondisi tersebut.
Namun, tidak seperti dalam konsep adrenal fatigue, kelenjar ini tidak mengalami kelelahan atau kehilangan kemampuan memproduksi hormon karena stres berlebih.
Kelelahan adrenal hanya mungkin terjadi pada kondisi medis tertentu, seperti penyakit Addison atau sindrom Cushing, yang disebabkan oleh autoimun, tumor, atau gangguan medis lain.
Rashmi Mullur, ahli endokrinologi dari UCLA Health, memahami mengapa konsep ini sering dilekatkan oleh pasien. "Gejala seperti kelelahan, makan berlebihan, dan perasaan depresi memang sering dihubungkan dengan kelelahan adrenal," ujarnya.
Namun, semua gejala ini bisa dipicu oleh stres kronis, bukan karena kelenjar adrenal berhenti bekerja.
Studi dari American Journal of Public Health menunjukkan stres kronis berhubungan erat dengan risiko gangguan kesehatan, seperti hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung. Dampak stres memang nyata, tetapi penyebabnya adalah respons tubuh terhadap stres, bukan "kelelahan" pada kelenjar adrenal.
Asal mitos
Sebenarnya mitos ini muncul dari buku Adrenal Fatigue: The 21st Century Stress Syndrome yang diterbitkan pada 2001 oleh James Wilson, seorang praktisi chiropraktik dan naturopati.
Dalam bukunya, Wilson mengklaim banyak orang mengalami kondisi "di antara" fungsi adrenal yang normal dan gangguan adrenal berat.
Walaupun konsep ini ditolak oleh medis arus utama, Wilson percaya ada “kesenjangan” dalam metode pengujian fungsi adrenal yang membuat kondisi ini terabaikan.
Pendekatan Wilson mendapat kritik keras dari endokrinologis. Tes air liur, yang sering direkomendasikan untuk menilai fungsi kortisol, dianggap tidak sahih karena hasilnya tidak konsisten jika dibandingkan dengan tes darah.
Penelitian dari National Institutes of Health (NIH) mendukung tes darah sebagai metode pengujian yang akurat untuk menilai fungsi adrenal.
Sayangnya, kepercayaan pada "adrenal fatigue" membuat sebagian pasien mengonsumsi suplemen tanpa pengawasan medis. Padahal beberapa suplemen justru mengandung steroid yang dapat merusak kelenjar adrenal.
Ini kebalikan dari harapan mereka untuk memulihkan diri.
Mengelola stres
Bagi mereka yang merasa mengalami "adrenal fatigue," Mullur memiliki rekomendasi penting: fokus pada pengelolaan stres, bukan pada asumsi kerusakan kelenjar adrenal.
Studi di Psychoneuroendocrinology pada 2021 menunjukkan kelenjar adrenal pada individu sehat tetap bisa memproduksi kortisol dengan stabil, bahkan saat mereka menghadapi stres tinggi.
Ini menegaskan kelenjar adrenal tidak "kelelahan," meskipun stres dapat berdampak nyata pada kesehatan.
Jurnal Current Biology juga mengungkapkan stres kronis mengganggu ritme sirkadian tubuh yang mengatur tidur, energi, dan keseimbangan hormon.
Efek ini berisiko menyebabkan masalah kesehatan yang nyata, seperti gangguan tidur dan pencernaan. Oleh karena itu, pakar menyarankan untuk mengelola stres secara langsung, daripada terjebak pada konsep "adrenal fatigue."
Pendekatan yang sederhana, seperti olahraga, diet seimbang, dan mindfulness terbukti efektif dalam mengurangi stres. Mindfulness dipercaya dapat menurunkan level kortisol serta meningkatkan suasana hati.
Praktik mindfulness, seperti pernapasan dalam dan meditasi singkat, dapat membantu mengatur respons tubuh terhadap stres, sehingga tidak selalu berada dalam "mode waspada."
Sistem tubuh kita harus diakui sangat kompleks. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi response tubuh kita terhadap sesuatu, mulai dari gaya hidup, pola pikir, dan respons fisik terhadap stres punya pengaruh besar.
Namun, mengapa begitu banyak orang tetap percaya pada "adrenal fatigue"?
“Ketika seseorang merasa lelah dan stres, mereka mencari jawaban yang masuk akal, dan konsep ‘adrenal fatigue’ menawarkan penjelasan yang sederhana,” jelas Mullur.
Ketika seseorang mengidentifikasi kondisi yang bisa dijelaskan dengan istilah populer, ini memberikan rasa kelegaan. Bahkan, bisa juga memengaruhi cara orang mengatasi stres, meskipun metodenya belum tentu benar.
Pengaruh medsos
Di era digital, konsep kesehatan sering kali dikendalikan oleh kekuatan pemasaran dan tren media sosial, yang cenderung menyederhanakan informasi kesehatan menjadi sesuatu yang mudah dicerna, tetapi berpotensi menyesatkan.
Banyak produk dan suplemen di pasaran yang dipasarkan dengan label "mengatasi adrenal fatigue," mengklaim manfaat yang tidak berdasar dari perspektif ilmiah.
Beberapa merek bahkan menggunakan influencer atau pendengung untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap konsep ini, meskipun klaim mereka tidak diakui oleh pakar medis.
Mengandalkan diagnosis yang salah, seperti "adrenal fatigue," bisa berakibat serius. Banyak orang yang akhirnya mengabaikan kondisi medis yang sebenarnya, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau masalah kesehatan parah yang butuh penanganan medis tepat.
Mengelola stres dan kelelahan kronis bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan pendekatan instan.
Bagi Anda yang merasa lelah berkepanjangan untuk terlebih dahulu mengkaji ulang pola hidup, termasuk rutinitas tidur, pola makan, dan aktivitas fisik.
Studi terbaru di Journal of Behavioral Medicine menunjukkan intervensi gaya hidup sederhana, seperti konsistensi waktu tidur dan meditasi, dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres dan mengurangi kelelahan.
Olahraga teratur, bahkan dalam bentuk ringan seperti berjalan kaki 20-30 menit sehari, terbukti meningkatkan produksi hormon endorfin, yang membantu keseimbangan emosional dan menambah energi.
Selain itu, diet yang kaya protein, serat, dan nutrisi mikro penting seperti vitamin B dan magnesium juga terbukti membantu mengatur energi dan suasana hati
RELATED ARTICLES
Konsep Adrenal Fatigue Hanyalah Mitos dan Bukan Diagnosis yang Sahih
Konsep adrenal fatigue adalah mitos tanpa dasar ilmiah dan bukan diagnosis medis sah yang hanyalah trik marketing dari pendengung
Context.id, JAKARTA - Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, banyak orang mengalami kelelahan terus-menerus, bangun tidur tidak semangat, dan sangat bergantung pada kafein.
Kondisi itu memunculkan istilah kelelahan adrenal atau adrenal fatigue yang semakin populer, terutama di media sosial dan di kalangan praktisi kesehatan alternatif.
Istilah ini menggambarkan kondisi kelenjar adrenal yang dipercaya terlalu habis-habisan memproduksi hormon stres akibat kelelahan mental, tekanan mental dan stres fisik berkepanjangan.
Namun, bagi James Findling, seorang ahli endokrinologi terkemuka dari Medical College of Wisconsin, adrenal fatigue tak lebih dari sekadar mitos yang kadung dipercaya. “Ini adalah konsep yang tidak logis dan tidak sahih,” ujarnya seperti dikutip Newsweek.
Menurut Findling yang juga bagian dari The Endocrine Society, istilah ini tidak memiliki dasar ilmiah dan bukanlah diagnosis medis yang diakui.
Sayangnya, kepercayaan pada konsep ini tetap berlangsung karena ramai di media sosial dan digaungkan oleh para pendengung yang mendaku sebagai praktisi kesehatan.
Kelenjar stres
Kelenjar adrenal, yang berada di atas ginjal, menghasilkan berbagai hormon, termasuk kortisol dan adrenalin, untuk mengelola stres.
Saat tubuh merasa stres, sinyal dari otak memicu pelepasan hormon dari kelenjar adrenal, membantu tubuh merespons kondisi tersebut.
Namun, tidak seperti dalam konsep adrenal fatigue, kelenjar ini tidak mengalami kelelahan atau kehilangan kemampuan memproduksi hormon karena stres berlebih.
Kelelahan adrenal hanya mungkin terjadi pada kondisi medis tertentu, seperti penyakit Addison atau sindrom Cushing, yang disebabkan oleh autoimun, tumor, atau gangguan medis lain.
Rashmi Mullur, ahli endokrinologi dari UCLA Health, memahami mengapa konsep ini sering dilekatkan oleh pasien. "Gejala seperti kelelahan, makan berlebihan, dan perasaan depresi memang sering dihubungkan dengan kelelahan adrenal," ujarnya.
Namun, semua gejala ini bisa dipicu oleh stres kronis, bukan karena kelenjar adrenal berhenti bekerja.
Studi dari American Journal of Public Health menunjukkan stres kronis berhubungan erat dengan risiko gangguan kesehatan, seperti hipertensi, obesitas, dan penyakit jantung. Dampak stres memang nyata, tetapi penyebabnya adalah respons tubuh terhadap stres, bukan "kelelahan" pada kelenjar adrenal.
Asal mitos
Sebenarnya mitos ini muncul dari buku Adrenal Fatigue: The 21st Century Stress Syndrome yang diterbitkan pada 2001 oleh James Wilson, seorang praktisi chiropraktik dan naturopati.
Dalam bukunya, Wilson mengklaim banyak orang mengalami kondisi "di antara" fungsi adrenal yang normal dan gangguan adrenal berat.
Walaupun konsep ini ditolak oleh medis arus utama, Wilson percaya ada “kesenjangan” dalam metode pengujian fungsi adrenal yang membuat kondisi ini terabaikan.
Pendekatan Wilson mendapat kritik keras dari endokrinologis. Tes air liur, yang sering direkomendasikan untuk menilai fungsi kortisol, dianggap tidak sahih karena hasilnya tidak konsisten jika dibandingkan dengan tes darah.
Penelitian dari National Institutes of Health (NIH) mendukung tes darah sebagai metode pengujian yang akurat untuk menilai fungsi adrenal.
Sayangnya, kepercayaan pada "adrenal fatigue" membuat sebagian pasien mengonsumsi suplemen tanpa pengawasan medis. Padahal beberapa suplemen justru mengandung steroid yang dapat merusak kelenjar adrenal.
Ini kebalikan dari harapan mereka untuk memulihkan diri.
Mengelola stres
Bagi mereka yang merasa mengalami "adrenal fatigue," Mullur memiliki rekomendasi penting: fokus pada pengelolaan stres, bukan pada asumsi kerusakan kelenjar adrenal.
Studi di Psychoneuroendocrinology pada 2021 menunjukkan kelenjar adrenal pada individu sehat tetap bisa memproduksi kortisol dengan stabil, bahkan saat mereka menghadapi stres tinggi.
Ini menegaskan kelenjar adrenal tidak "kelelahan," meskipun stres dapat berdampak nyata pada kesehatan.
Jurnal Current Biology juga mengungkapkan stres kronis mengganggu ritme sirkadian tubuh yang mengatur tidur, energi, dan keseimbangan hormon.
Efek ini berisiko menyebabkan masalah kesehatan yang nyata, seperti gangguan tidur dan pencernaan. Oleh karena itu, pakar menyarankan untuk mengelola stres secara langsung, daripada terjebak pada konsep "adrenal fatigue."
Pendekatan yang sederhana, seperti olahraga, diet seimbang, dan mindfulness terbukti efektif dalam mengurangi stres. Mindfulness dipercaya dapat menurunkan level kortisol serta meningkatkan suasana hati.
Praktik mindfulness, seperti pernapasan dalam dan meditasi singkat, dapat membantu mengatur respons tubuh terhadap stres, sehingga tidak selalu berada dalam "mode waspada."
Sistem tubuh kita harus diakui sangat kompleks. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi response tubuh kita terhadap sesuatu, mulai dari gaya hidup, pola pikir, dan respons fisik terhadap stres punya pengaruh besar.
Namun, mengapa begitu banyak orang tetap percaya pada "adrenal fatigue"?
“Ketika seseorang merasa lelah dan stres, mereka mencari jawaban yang masuk akal, dan konsep ‘adrenal fatigue’ menawarkan penjelasan yang sederhana,” jelas Mullur.
Ketika seseorang mengidentifikasi kondisi yang bisa dijelaskan dengan istilah populer, ini memberikan rasa kelegaan. Bahkan, bisa juga memengaruhi cara orang mengatasi stres, meskipun metodenya belum tentu benar.
Pengaruh medsos
Di era digital, konsep kesehatan sering kali dikendalikan oleh kekuatan pemasaran dan tren media sosial, yang cenderung menyederhanakan informasi kesehatan menjadi sesuatu yang mudah dicerna, tetapi berpotensi menyesatkan.
Banyak produk dan suplemen di pasaran yang dipasarkan dengan label "mengatasi adrenal fatigue," mengklaim manfaat yang tidak berdasar dari perspektif ilmiah.
Beberapa merek bahkan menggunakan influencer atau pendengung untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap konsep ini, meskipun klaim mereka tidak diakui oleh pakar medis.
Mengandalkan diagnosis yang salah, seperti "adrenal fatigue," bisa berakibat serius. Banyak orang yang akhirnya mengabaikan kondisi medis yang sebenarnya, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau masalah kesehatan parah yang butuh penanganan medis tepat.
Mengelola stres dan kelelahan kronis bukanlah sesuatu yang bisa diatasi dengan pendekatan instan.
Bagi Anda yang merasa lelah berkepanjangan untuk terlebih dahulu mengkaji ulang pola hidup, termasuk rutinitas tidur, pola makan, dan aktivitas fisik.
Studi terbaru di Journal of Behavioral Medicine menunjukkan intervensi gaya hidup sederhana, seperti konsistensi waktu tidur dan meditasi, dapat meningkatkan ketahanan terhadap stres dan mengurangi kelelahan.
Olahraga teratur, bahkan dalam bentuk ringan seperti berjalan kaki 20-30 menit sehari, terbukti meningkatkan produksi hormon endorfin, yang membantu keseimbangan emosional dan menambah energi.
Selain itu, diet yang kaya protein, serat, dan nutrisi mikro penting seperti vitamin B dan magnesium juga terbukti membantu mengatur energi dan suasana hati
POPULAR
RELATED ARTICLES