Perang dan Konflik Membayangi Pemenang Nobel Perdamaian 2024
Menghentikan pemberian hadiah Nobel Perdamaian dapat dilihat sebagai pengakuan akan kegagalan bagi dunia yang terus berperang.
Context.id, JAKARTA - Pada hari Jumat (11/10), hadiah Nobel Perdamaian 2024 akan diumumkan di tengah situasi global yang diwarnai konflik berkepanjangan dan krisis kemanusiaan, terutama di Timur Tengah.
Saat ini dengan total 286 kandidat, termasuk 197 individu dan 89 organisasi, para pengamat Nobel berspekulasi tentang siapa yang akan dinyatakan sebagai pemenang di tahun yang penuh tantangan ini.
Melansir AP News, di antara nama-nama yang disebut-sebut sebagai favorit adalah dua lembaga yakni Mahkamah Internasional (ICJ), Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dan satu nama orang yaitu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Salah satu kandidat yang kuat, UNRWA, telah bekerja keras memberikan bantuan kepada jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Organisasi ini dipandang sebagai simbol harapan di tengah konflik yang terus berkobar, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memperburuk situasi di kawasan tersebut.
Menurut Norwegian Peace Council, penghargaan kepada UNRWA akan menjadi pengakuan yang kuat terhadap upaya mereka dalam kondisi yang semakin sulit. Namun, penghargaan ini bisa memicu ketegangan dengan otoritas Israel, yang telah menuduh UNRWA berkolusi dengan Hamas.
Jika prediksi ini tepat, mungkin UNRWA akan menerima penghargaan bersama kepala mereka, Philippe Lazzarini, yang telah berjuang di tengah tudingan itu.
Di sisi lain, beberapa pengamat mempertimbangkan ICJ sebagai pemenang potensial. Mahkamah ini berperan dalam menyelesaikan konflik antarnegara dengan pendekatan ketegasan hukum.
Tahun ini, mereka telah mengeluarkan perintah kepada Rusia untuk menghentikan invasinya ke Ukraina dan meminta Israel untuk menghentikan serangan militernya di Rafah. Meskipun perintah tersebut tidak diindahkan, mereka meningkatkan tekanan pada kedua negara untuk menghormati hukum internasional
Asle Sveen, seorang ahli Nobel, berpendapat penghargaan seharusnya diberikan kepada Antonio Guterres. Mengutip AFP, pengakuan ini akan memberikan dorongan penting bagi PBB di saat imbauan mereka diabaikan oleh Israel.
Namun, dalam suasana gelap ini, ada pula pendapat bahwa seharusnya tidak ada pemenang untuk tahun ini. Dan Smith, direktur Stockholm International Peace Research Institute, menyatakan mungkin sudah saatnya untuk mengakui banyak upaya untuk menciptakan perdamaian belum membuahkan hasil yang diharapkan.
Menghentikan pemberian hadiah dapat dilihat sebagai pengakuan akan kegagalan, tetapi juga bisa menjadi sinyal penting bagi dunia.
Setiap tahun, nominasi untuk Hadiah Nobel Perdamaian dirahasiakan selama 50 tahun, tetapi banyak nominator yang mempublikasikan pilihan mereka.
Tahun ini, beberapa organisasi yang terlibat dalam upaya perdamaian di Timur Tengah, seperti EcoPeace dan Women Wage Peace, juga disebut-sebut sebagai kandidat potensial.
Saat kita menunggu pengumuman di Oslo, satu hal yang pasti: hadiah ini akan diberikan dalam konteks dunia yang penuh tantangan, saat konflik, kelaparan, dan perubahan iklim saling berhubungan.
RELATED ARTICLES
Perang dan Konflik Membayangi Pemenang Nobel Perdamaian 2024
Menghentikan pemberian hadiah Nobel Perdamaian dapat dilihat sebagai pengakuan akan kegagalan bagi dunia yang terus berperang.
Context.id, JAKARTA - Pada hari Jumat (11/10), hadiah Nobel Perdamaian 2024 akan diumumkan di tengah situasi global yang diwarnai konflik berkepanjangan dan krisis kemanusiaan, terutama di Timur Tengah.
Saat ini dengan total 286 kandidat, termasuk 197 individu dan 89 organisasi, para pengamat Nobel berspekulasi tentang siapa yang akan dinyatakan sebagai pemenang di tahun yang penuh tantangan ini.
Melansir AP News, di antara nama-nama yang disebut-sebut sebagai favorit adalah dua lembaga yakni Mahkamah Internasional (ICJ), Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dan satu nama orang yaitu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Salah satu kandidat yang kuat, UNRWA, telah bekerja keras memberikan bantuan kepada jutaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Organisasi ini dipandang sebagai simbol harapan di tengah konflik yang terus berkobar, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang memperburuk situasi di kawasan tersebut.
Menurut Norwegian Peace Council, penghargaan kepada UNRWA akan menjadi pengakuan yang kuat terhadap upaya mereka dalam kondisi yang semakin sulit. Namun, penghargaan ini bisa memicu ketegangan dengan otoritas Israel, yang telah menuduh UNRWA berkolusi dengan Hamas.
Jika prediksi ini tepat, mungkin UNRWA akan menerima penghargaan bersama kepala mereka, Philippe Lazzarini, yang telah berjuang di tengah tudingan itu.
Di sisi lain, beberapa pengamat mempertimbangkan ICJ sebagai pemenang potensial. Mahkamah ini berperan dalam menyelesaikan konflik antarnegara dengan pendekatan ketegasan hukum.
Tahun ini, mereka telah mengeluarkan perintah kepada Rusia untuk menghentikan invasinya ke Ukraina dan meminta Israel untuk menghentikan serangan militernya di Rafah. Meskipun perintah tersebut tidak diindahkan, mereka meningkatkan tekanan pada kedua negara untuk menghormati hukum internasional
Asle Sveen, seorang ahli Nobel, berpendapat penghargaan seharusnya diberikan kepada Antonio Guterres. Mengutip AFP, pengakuan ini akan memberikan dorongan penting bagi PBB di saat imbauan mereka diabaikan oleh Israel.
Namun, dalam suasana gelap ini, ada pula pendapat bahwa seharusnya tidak ada pemenang untuk tahun ini. Dan Smith, direktur Stockholm International Peace Research Institute, menyatakan mungkin sudah saatnya untuk mengakui banyak upaya untuk menciptakan perdamaian belum membuahkan hasil yang diharapkan.
Menghentikan pemberian hadiah dapat dilihat sebagai pengakuan akan kegagalan, tetapi juga bisa menjadi sinyal penting bagi dunia.
Setiap tahun, nominasi untuk Hadiah Nobel Perdamaian dirahasiakan selama 50 tahun, tetapi banyak nominator yang mempublikasikan pilihan mereka.
Tahun ini, beberapa organisasi yang terlibat dalam upaya perdamaian di Timur Tengah, seperti EcoPeace dan Women Wage Peace, juga disebut-sebut sebagai kandidat potensial.
Saat kita menunggu pengumuman di Oslo, satu hal yang pasti: hadiah ini akan diberikan dalam konteks dunia yang penuh tantangan, saat konflik, kelaparan, dan perubahan iklim saling berhubungan.
POPULAR
RELATED ARTICLES