Share

Stories 09 Oktober 2024

Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024

Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tentang fisika

Peraih Nobel Fisika 2024/Nobel Prize

Context.id, JAKARTA - Pada Selasa pagi yang cerah di bulan Oktober 2024, komunitas ilmiah di seluruh dunia merayakan momen bersejarah. Dua tokoh terkemuka dalam dunia penelitian, John Hopfield dan Geoffrey Hinton, diumumkan sebagai penerima Nobel Fisika tahun ini. 

Penghargaan ini bukan hanya sebuah pengakuan atas kontribusi luar biasa mereka dalam pengembangan jaringan saraf, tetapi juga sebuah penegasan akan peran penting teknologi dalam transformasi sosial dan ekonomi saat ini.

John Hopfield, seorang profesor emeritus di Universitas Princeton, sudah lebih dulu dikenal luas dengan "jaringan Hopfield" yang ia ciptakan pada tahun 1982. Konsep ini, yang berfungsi sebagai model matematis untuk pemrosesan informasi, membuka jalan bagi pengembangan kecerdasan buatan yang lebih kompleks. 

"Ketika saya pertama kali mempresentasikan ide ini, banyak orang skeptis," ungkap Hopfield. "Namun, melihat bagaimana konsep itu berkembang dan diterapkan saat ini adalah sesuatu yang sangat memuaskan seperti dikutip dari laporan ABC News, Rabu (9/10)

Geoffrey Hinton, yang sering disebut sebagai Bapak "Deep Learning," memiliki kisah yang serupa. Dengan latar belakang akademis yang kuat, Hinton menggabungkan ilmu komputer dan neuroscience untuk menjawab pertanyaan mendalam tentang bagaimana mesin dapat belajar dan beradaptasi. 



"Kami menghadapi banyak tantangan dan keraguan di awal. Namun, keyakinan jaringan saraf dapat menyelesaikan masalah yang kompleks memotivasi kami untuk terus maju," jelasnya. 

Penemuan Hinton mengenai algoritma backpropagation pada tahun 1986, yang memungkinkan pelatihan jaringan saraf lebih efisien, menjadi batu loncatan bagi kemajuan AI yang kita saksikan sekarang.

Penghargaan Nobel ini mencerminkan perubahan paradigma yang telah terjadi di bidang fisika dan komputer.

Seperti yang diuraikan dalam laporan ABC News, kontribusi Hopfield dan Hinton telah membuka jalan bagi perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI yang kini mengubah cara kita hidup. 

Dari pengenalan wajah di media sosial hingga kendaraan otonom yang semuanya dinaungi AI, jaringan saraf telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Menurut laporan The New York Times, kemajuan yang dicapai dalam bidang AI tidak lepas dari penemuan-penemuan mereka justru membuat keduanya jadi semakin kritis.

"Ada kebanggaan, tapi juga ada kekhawatiran. Banyak tantangan etis dan sosial yang muncul akibat perkembangan ini dan itu juga perlu diperhatikan," kata keduanya. 

Dengan semakin berkembangnya teknologi, Hinton dan Hopfield sepakat bahwa kita perlu memperhatikan dampak sosial dari AI.

Melansir The Conversation, keduanya menekankan perlunya pendekatan yang etis dan bertanggung jawab dalam pengembangan teknologi ini. 

"Kami ingin memastikan bahwa kecerdasan buatan digunakan untuk kebaikan," kata Hopfield. "Risiko penyalahgunaan teknologi ini harus diminimalisir, dan kolaborasi antar ilmuwan, industri, dan pembuat kebijakan sangat penting."

Hinton menambahkan, bagaimana semua orang harus bertanya: Bagaimana teknologi ini akan mempengaruhi masyarakat? Apa saja konsekuensinya?" Pemikiran kritis ini menunjukkan kesadaran mereka akan peran yang mereka mainkan dalam membentuk masa depan.

Mewariskan semangat eksplorasi
Dengan penghargaan ini, Hopfield dan Hinton tidak hanya mendapatkan pengakuan atas inovasi mereka, tetapi juga mewariskan semangat eksplorasi kepada generasi ilmuwan muda. 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kontribusi mereka akan terus menjadi sumber inspirasi. "Saya berharap penghargaan ini akan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam sains dan teknologi," ungkap Hinton. "Inovasi tidak pernah berhenti, dan kita perlu terus mengeksplorasi batasan-batasan baru."

Kepada publik keduanya sepakat masa depan kecerdasan buatan dipenuhi dengan potensi yang belum terungkap. "Dengan riset yang berkelanjutan dan kolaborasi global, kita dapat menciptakan solusi yang akan mengubah kehidupan manusia," tutup Hopfield, dengan pandangan penuh harapan.

Seiring dengan terobosan yang telah mereka buat, Hopfield dan Hinton tidak hanya meraih penghargaan tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga meninggalkan jejak yang mendalam bagi generasi mendatang. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 09 Oktober 2024

Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024

Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tentang fisika

Peraih Nobel Fisika 2024/Nobel Prize

Context.id, JAKARTA - Pada Selasa pagi yang cerah di bulan Oktober 2024, komunitas ilmiah di seluruh dunia merayakan momen bersejarah. Dua tokoh terkemuka dalam dunia penelitian, John Hopfield dan Geoffrey Hinton, diumumkan sebagai penerima Nobel Fisika tahun ini. 

Penghargaan ini bukan hanya sebuah pengakuan atas kontribusi luar biasa mereka dalam pengembangan jaringan saraf, tetapi juga sebuah penegasan akan peran penting teknologi dalam transformasi sosial dan ekonomi saat ini.

John Hopfield, seorang profesor emeritus di Universitas Princeton, sudah lebih dulu dikenal luas dengan "jaringan Hopfield" yang ia ciptakan pada tahun 1982. Konsep ini, yang berfungsi sebagai model matematis untuk pemrosesan informasi, membuka jalan bagi pengembangan kecerdasan buatan yang lebih kompleks. 

"Ketika saya pertama kali mempresentasikan ide ini, banyak orang skeptis," ungkap Hopfield. "Namun, melihat bagaimana konsep itu berkembang dan diterapkan saat ini adalah sesuatu yang sangat memuaskan seperti dikutip dari laporan ABC News, Rabu (9/10)

Geoffrey Hinton, yang sering disebut sebagai Bapak "Deep Learning," memiliki kisah yang serupa. Dengan latar belakang akademis yang kuat, Hinton menggabungkan ilmu komputer dan neuroscience untuk menjawab pertanyaan mendalam tentang bagaimana mesin dapat belajar dan beradaptasi. 



"Kami menghadapi banyak tantangan dan keraguan di awal. Namun, keyakinan jaringan saraf dapat menyelesaikan masalah yang kompleks memotivasi kami untuk terus maju," jelasnya. 

Penemuan Hinton mengenai algoritma backpropagation pada tahun 1986, yang memungkinkan pelatihan jaringan saraf lebih efisien, menjadi batu loncatan bagi kemajuan AI yang kita saksikan sekarang.

Penghargaan Nobel ini mencerminkan perubahan paradigma yang telah terjadi di bidang fisika dan komputer.

Seperti yang diuraikan dalam laporan ABC News, kontribusi Hopfield dan Hinton telah membuka jalan bagi perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI yang kini mengubah cara kita hidup. 

Dari pengenalan wajah di media sosial hingga kendaraan otonom yang semuanya dinaungi AI, jaringan saraf telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Menurut laporan The New York Times, kemajuan yang dicapai dalam bidang AI tidak lepas dari penemuan-penemuan mereka justru membuat keduanya jadi semakin kritis.

"Ada kebanggaan, tapi juga ada kekhawatiran. Banyak tantangan etis dan sosial yang muncul akibat perkembangan ini dan itu juga perlu diperhatikan," kata keduanya. 

Dengan semakin berkembangnya teknologi, Hinton dan Hopfield sepakat bahwa kita perlu memperhatikan dampak sosial dari AI.

Melansir The Conversation, keduanya menekankan perlunya pendekatan yang etis dan bertanggung jawab dalam pengembangan teknologi ini. 

"Kami ingin memastikan bahwa kecerdasan buatan digunakan untuk kebaikan," kata Hopfield. "Risiko penyalahgunaan teknologi ini harus diminimalisir, dan kolaborasi antar ilmuwan, industri, dan pembuat kebijakan sangat penting."

Hinton menambahkan, bagaimana semua orang harus bertanya: Bagaimana teknologi ini akan mempengaruhi masyarakat? Apa saja konsekuensinya?" Pemikiran kritis ini menunjukkan kesadaran mereka akan peran yang mereka mainkan dalam membentuk masa depan.

Mewariskan semangat eksplorasi
Dengan penghargaan ini, Hopfield dan Hinton tidak hanya mendapatkan pengakuan atas inovasi mereka, tetapi juga mewariskan semangat eksplorasi kepada generasi ilmuwan muda. 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kontribusi mereka akan terus menjadi sumber inspirasi. "Saya berharap penghargaan ini akan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam sains dan teknologi," ungkap Hinton. "Inovasi tidak pernah berhenti, dan kita perlu terus mengeksplorasi batasan-batasan baru."

Kepada publik keduanya sepakat masa depan kecerdasan buatan dipenuhi dengan potensi yang belum terungkap. "Dengan riset yang berkelanjutan dan kolaborasi global, kita dapat menciptakan solusi yang akan mengubah kehidupan manusia," tutup Hopfield, dengan pandangan penuh harapan.

Seiring dengan terobosan yang telah mereka buat, Hopfield dan Hinton tidak hanya meraih penghargaan tertinggi dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga meninggalkan jejak yang mendalam bagi generasi mendatang. 



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024