Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang kompleks dan berbahaya.
Context.id, JAKARTA - Setelah bertahun-tahun terkurung dalam penjara Amerika Serikat, Viktor Bout, dealer senjata yang terkenal dengan julukan "Merchant of Death," kini kembali menjadi sorotan.
Bout dibebaskan pada Desember 2022 dalam sebuah pertukaran tahanan yang menimbulkan kontroversi. Saat itu Bout ditukar dengan pebasket perempuan AS, Brittney Griner yang ditahan otoritas Rusia pada Februari 2022 dengan tuduhan menyelundupkan ganja.
Bout meringkuk di penjara Amerika Serikat selama 10 tahun dari 25 tahun masa hukuman yang harus ditempuhnya. Dia ditangkap di Bangkok oleh interpol pada 2008 dan diekstradisi ke AS pada 2010.
Sebelum ditangkap, Bout telah melakukan penjualan senjata selama perang saudara di Angola, Liberia, Sierra Leone, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Libya, Bosnia, dan Irak.
Termasuk menjual senjata kepada kelompok pemberontak Kolombia FARC, Taliban, dan Hizbullah selama Perang Lebanon Kedua tahun 2006. Dia diyakini tinggal dengan berpindah-pindah di banyak negara, seperti Belgia, Rwanda, Afrika Selatan, Suriah, Lebanon, Uni Emirat Arab, dan Rusia
BACA JUGA
Menurut laporan dari Al Jazeera, Bout, mantan perwira militer AU dan KGB era Soviet ini kembali melanjutkan aktivitasnya di dunia perdagangan senjata internasional. Bahkan dirinya kini terlibat dalam transaksi senjata dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran, termasuk Houthi yang beroperasi di Yaman.
Kini, setelah kebebasannya, Bout telah kembali beroperasi, menawarkan senjata dan perlengkapan militer kepada kelompok Houthi Yaman. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan analis keamanan internasional, yang melihat potensi peningkatan kekuatan militer Houthi sebagai ancaman bagi stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Soal perdagangan senjata Bout dengan Houthi ini merujuk dari laporan Wall Street Journal, Senin (7/10) yang menuliskan negosiasi itu dilakukan saat perwakilan Houthi mengunjungi Moskow Agustus lalu untuk membeli senjata ringan senilai US$10 juta.
"Meskipun pengiriman belum dilakukan, tetapi kesepakatan penjualan senjata yang dilakukan Bout dengan Houthi sebagai kelompok teroris yang ditetapkan AS, merupakan upaya meningkatkan ketegangan di Timur Tengah."
Pelatihan militer
Media-media internasional menyebut langkah yang dilakukan Bout dengan melakukan kesepakatan penjualan senjata bagi Houthi, sebagai balasan terhadap Amerika Serikat yang memberi bantuan senjata kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Steve Zissou, seorang pengacara asal New York yang mewakili Bout di AS, membandingkan rumor kesepakatan senjata itu dengan pengiriman senjata Amerika ke seluruh dunia.
"Viktor Bout sudah tidak berkecimpung dalam bisnis senjata. Namun, jika pemerintah Rusia mengizinkannya memfasilitasi pengiriman senjata ke salah satu musuh Amerika, itu tidak berbeda dengan pemerintah AS yang mengirimkan senjata bahkan senjata pemusnah massal ke musuh Rusia, yaitu Ukraina," kata Zissou kepada Wall Street Journal.
Kembali aktifnya Bout dalam perdagangan senjata membawa serta tantangan baru bagi komunitas internasional. Pengalaman bertahun-tahun dalam jaringan perdagangan senjata tentu membuatnya terkenal dan pastinya memiliki koneksi luas untuk mendapatkan atau menyuplai senjata canggih.
Menurut laporan Economic Times, Bout tidak hanya menjual senjata, tetapi juga memberikan dukungan logistik dan pelatihan kepada kelompok-kelompok bersenjata, termasuk Houthi.
Tentu hal ini tidaklah mengherankan. Bagaimanapun Bout mantan perwira militer di era Soviet yang pastinya terlatih dan mempunyai kemampuan tempur atau intelijen.
Keberadaan Bout di tengah situasi ini menjadi lebih kompleks dengan dukungan Iran terhadap Houthi. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah meningkatkan pasokan senjata dan dukungan militernya kepada kelompok tersebut, yang menambah ketegangan di kawasan yang sudah penuh gejolak.
Keterlibatan Bout bisa menjadi titik balik, yang memungkinkan Houthi untuk mendapatkan akses yang lebih besar terhadap senjata canggih dan strategi militer, yang pada gilirannya dapat memperpanjang konflik yang sudah memakan banyak korban.
Bagi banyak pihak, kisah Viktor Bout bukan hanya tentang satu individu, tetapi juga mencerminkan dinamika yang lebih luas dalam perdagangan senjata internasional.
Bahkan saking ngerinya, kisah Bout sempat dibuatkan film berjudul Lord of War yang rilis pada 2005 dan dibintangi aktor kawakan Nicolas Cage.
Kembalinya Bout ke bisnis senjata mengingatkan kita pada kekuatan individu dalam memengaruhi jalannya konflik dan bagaimana mereka dapat dengan mudah beroperasi di luar batasan hukum internasional.
Pertanyaan yang muncul kini adalah: bagaimana komunitas internasional akan menanggapi kembalinya seorang dealer senjata yang sudah terkenal?
Kembalinya Viktor Bout tidak hanya menjadi peringatan bagi komunitas internasional tentang bahaya perdagangan senjata dan bagaimana peran individu seperti Bout dapat menjadi penentu dalam menentukan masa depan konflik di Timur Tengah.
RELATED ARTICLES
Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global
Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang kompleks dan berbahaya.
Context.id, JAKARTA - Setelah bertahun-tahun terkurung dalam penjara Amerika Serikat, Viktor Bout, dealer senjata yang terkenal dengan julukan "Merchant of Death," kini kembali menjadi sorotan.
Bout dibebaskan pada Desember 2022 dalam sebuah pertukaran tahanan yang menimbulkan kontroversi. Saat itu Bout ditukar dengan pebasket perempuan AS, Brittney Griner yang ditahan otoritas Rusia pada Februari 2022 dengan tuduhan menyelundupkan ganja.
Bout meringkuk di penjara Amerika Serikat selama 10 tahun dari 25 tahun masa hukuman yang harus ditempuhnya. Dia ditangkap di Bangkok oleh interpol pada 2008 dan diekstradisi ke AS pada 2010.
Sebelum ditangkap, Bout telah melakukan penjualan senjata selama perang saudara di Angola, Liberia, Sierra Leone, Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Libya, Bosnia, dan Irak.
Termasuk menjual senjata kepada kelompok pemberontak Kolombia FARC, Taliban, dan Hizbullah selama Perang Lebanon Kedua tahun 2006. Dia diyakini tinggal dengan berpindah-pindah di banyak negara, seperti Belgia, Rwanda, Afrika Selatan, Suriah, Lebanon, Uni Emirat Arab, dan Rusia
BACA JUGA
Menurut laporan dari Al Jazeera, Bout, mantan perwira militer AU dan KGB era Soviet ini kembali melanjutkan aktivitasnya di dunia perdagangan senjata internasional. Bahkan dirinya kini terlibat dalam transaksi senjata dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran, termasuk Houthi yang beroperasi di Yaman.
Kini, setelah kebebasannya, Bout telah kembali beroperasi, menawarkan senjata dan perlengkapan militer kepada kelompok Houthi Yaman. Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru di kalangan analis keamanan internasional, yang melihat potensi peningkatan kekuatan militer Houthi sebagai ancaman bagi stabilitas di kawasan Timur Tengah.
Soal perdagangan senjata Bout dengan Houthi ini merujuk dari laporan Wall Street Journal, Senin (7/10) yang menuliskan negosiasi itu dilakukan saat perwakilan Houthi mengunjungi Moskow Agustus lalu untuk membeli senjata ringan senilai US$10 juta.
"Meskipun pengiriman belum dilakukan, tetapi kesepakatan penjualan senjata yang dilakukan Bout dengan Houthi sebagai kelompok teroris yang ditetapkan AS, merupakan upaya meningkatkan ketegangan di Timur Tengah."
Pelatihan militer
Media-media internasional menyebut langkah yang dilakukan Bout dengan melakukan kesepakatan penjualan senjata bagi Houthi, sebagai balasan terhadap Amerika Serikat yang memberi bantuan senjata kepada Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Steve Zissou, seorang pengacara asal New York yang mewakili Bout di AS, membandingkan rumor kesepakatan senjata itu dengan pengiriman senjata Amerika ke seluruh dunia.
"Viktor Bout sudah tidak berkecimpung dalam bisnis senjata. Namun, jika pemerintah Rusia mengizinkannya memfasilitasi pengiriman senjata ke salah satu musuh Amerika, itu tidak berbeda dengan pemerintah AS yang mengirimkan senjata bahkan senjata pemusnah massal ke musuh Rusia, yaitu Ukraina," kata Zissou kepada Wall Street Journal.
Kembali aktifnya Bout dalam perdagangan senjata membawa serta tantangan baru bagi komunitas internasional. Pengalaman bertahun-tahun dalam jaringan perdagangan senjata tentu membuatnya terkenal dan pastinya memiliki koneksi luas untuk mendapatkan atau menyuplai senjata canggih.
Menurut laporan Economic Times, Bout tidak hanya menjual senjata, tetapi juga memberikan dukungan logistik dan pelatihan kepada kelompok-kelompok bersenjata, termasuk Houthi.
Tentu hal ini tidaklah mengherankan. Bagaimanapun Bout mantan perwira militer di era Soviet yang pastinya terlatih dan mempunyai kemampuan tempur atau intelijen.
Keberadaan Bout di tengah situasi ini menjadi lebih kompleks dengan dukungan Iran terhadap Houthi. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah meningkatkan pasokan senjata dan dukungan militernya kepada kelompok tersebut, yang menambah ketegangan di kawasan yang sudah penuh gejolak.
Keterlibatan Bout bisa menjadi titik balik, yang memungkinkan Houthi untuk mendapatkan akses yang lebih besar terhadap senjata canggih dan strategi militer, yang pada gilirannya dapat memperpanjang konflik yang sudah memakan banyak korban.
Bagi banyak pihak, kisah Viktor Bout bukan hanya tentang satu individu, tetapi juga mencerminkan dinamika yang lebih luas dalam perdagangan senjata internasional.
Bahkan saking ngerinya, kisah Bout sempat dibuatkan film berjudul Lord of War yang rilis pada 2005 dan dibintangi aktor kawakan Nicolas Cage.
Kembalinya Bout ke bisnis senjata mengingatkan kita pada kekuatan individu dalam memengaruhi jalannya konflik dan bagaimana mereka dapat dengan mudah beroperasi di luar batasan hukum internasional.
Pertanyaan yang muncul kini adalah: bagaimana komunitas internasional akan menanggapi kembalinya seorang dealer senjata yang sudah terkenal?
Kembalinya Viktor Bout tidak hanya menjadi peringatan bagi komunitas internasional tentang bahaya perdagangan senjata dan bagaimana peran individu seperti Bout dapat menjadi penentu dalam menentukan masa depan konflik di Timur Tengah.
POPULAR
RELATED ARTICLES