Share

Home Unfold

Unfold 11 September 2024

Katanya Pro Iklim, Tapi Roket Elon Musk Malah Merusak Bumi?

Melalui SpaceX, Elon Musk berkontribusi pada penipisan lapisan ozon juga membuat sampah di angkasa semakin banyak

SpaceX Elon Musk/Rizki Ghazali-Context

Context.id, JAKARTA - Sudah dengar tentang dua astronot Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) yakni Butch Wilmore dan Suni Williams yang terpaksa harus berada di stasiun internasional luar angkasa (ISS) karena Starliner, pesawat angkasa mereka yang dibuat oleh Boeing rusak?

Nah, rencananya dua orang astronot ini akan dijemput oleh pesawat Crew-9 milik SpaceX, perusahaan antariksa yang dimiliki taipan teknologi Elon Musk. Tapi karena penjemputan yang memakan waktu itu membuat keduanya harus menunggu hingga Februari 2025 mendatang.  

Bicara soal perusahaan SpaceX itu, tahu nggak sih kalau tahun lalu itu roket Starship milik Elon Musk yang meledak itu sempat membuat atmosfer bumi itu berlubang. Hal ini menjadi kontradiksi tersendiri untuk Elon Musk yang katanya sangat anti perubahan iklim. 

Jadi lubang tersebut tercipta di lapisan ionosfer, batas akhir antara Bumi dengan ruang hampa di luar angkasa. Penjelasannya begini, roket Starship tersebut melaju lebih cepat dari kecepatan suara dan menciptakan gelombang kejut akustik berbentuk kerucut melalui ionosfer. 

Ketika meledak, gelombang suara yang dihasilkan menyebabkan elektron ‘menghilang’, dan menetralkan muatan atom di sekitarnya. Akibatnya, lubang pun terbentuk di langit Bumi, yang untungnya telah pulih dalam 30 hingga 40 menit kemudian. 



Ini adalah pertama kalinya lubang yang terbentuk akibat ledakan roket buatan manusia terdeteksi.  Jadi, bisa saja hal serupa di masa lalu atau di masa mendatang bisa menciptakan lubang-lubang serupa. 

Belum lagi, ada penelitian yang menyatakan bahwa satelit telah berkontribusi terhadap ‘penipisan ozon yang signifikan’.  Saat ini, SpaceX telah meluncurkan hampir 6.000 satelit ke luar angkasa

Bahkan, mereka berencana untuk menambah puluhan ribu satelit lagi. Semakin banyak satelit yang diluncurkan, bisa jadi membuat lapisan ozon kita semakin menipis
dan secara langsung menyebabkan banyak dampak negatif bagi bumi, salah satunya adalah perubahan iklim. 

Ada beberapa dampak penipisan lapisan Ozon yang berada di atmosfer bagi Bumi, yakni sinar langsung matahari yang panas bisa merusak ekologi bumi, lalu membuat bumi rentan ‘ditabrak’ benda luar angkasa dan juga memperparah perubahan iklim. 

Bukan hanya bagi planet, dampak langsung bagi bagi manusia juga ada yakni meningkatkan risiko kanker kulit, meningkatkan risiko katarak dan menurunkan imun tubuh. 

Hasil penelitian ini sepertinya menunjukkan adanya kontradiksi dari klaim Elon Musk yang menyatakan dirinya “Super Pro Climate”.  Dari dalam Bumi, dia getol mempromosikan energi hijau dan  penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon. 

Tapi melalui SpaceX, roket Starship, ataupun roket pendorong satelit miliknya telah berkontribusi pada penipisan lapisan ozon juga membuat sampah di angkasa semakin banyak. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin

Unfold 11 September 2024

Katanya Pro Iklim, Tapi Roket Elon Musk Malah Merusak Bumi?

Melalui SpaceX, Elon Musk berkontribusi pada penipisan lapisan ozon juga membuat sampah di angkasa semakin banyak

SpaceX Elon Musk/Rizki Ghazali-Context

Context.id, JAKARTA - Sudah dengar tentang dua astronot Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) yakni Butch Wilmore dan Suni Williams yang terpaksa harus berada di stasiun internasional luar angkasa (ISS) karena Starliner, pesawat angkasa mereka yang dibuat oleh Boeing rusak?

Nah, rencananya dua orang astronot ini akan dijemput oleh pesawat Crew-9 milik SpaceX, perusahaan antariksa yang dimiliki taipan teknologi Elon Musk. Tapi karena penjemputan yang memakan waktu itu membuat keduanya harus menunggu hingga Februari 2025 mendatang.  

Bicara soal perusahaan SpaceX itu, tahu nggak sih kalau tahun lalu itu roket Starship milik Elon Musk yang meledak itu sempat membuat atmosfer bumi itu berlubang. Hal ini menjadi kontradiksi tersendiri untuk Elon Musk yang katanya sangat anti perubahan iklim. 

Jadi lubang tersebut tercipta di lapisan ionosfer, batas akhir antara Bumi dengan ruang hampa di luar angkasa. Penjelasannya begini, roket Starship tersebut melaju lebih cepat dari kecepatan suara dan menciptakan gelombang kejut akustik berbentuk kerucut melalui ionosfer. 

Ketika meledak, gelombang suara yang dihasilkan menyebabkan elektron ‘menghilang’, dan menetralkan muatan atom di sekitarnya. Akibatnya, lubang pun terbentuk di langit Bumi, yang untungnya telah pulih dalam 30 hingga 40 menit kemudian. 



Ini adalah pertama kalinya lubang yang terbentuk akibat ledakan roket buatan manusia terdeteksi.  Jadi, bisa saja hal serupa di masa lalu atau di masa mendatang bisa menciptakan lubang-lubang serupa. 

Belum lagi, ada penelitian yang menyatakan bahwa satelit telah berkontribusi terhadap ‘penipisan ozon yang signifikan’.  Saat ini, SpaceX telah meluncurkan hampir 6.000 satelit ke luar angkasa

Bahkan, mereka berencana untuk menambah puluhan ribu satelit lagi. Semakin banyak satelit yang diluncurkan, bisa jadi membuat lapisan ozon kita semakin menipis
dan secara langsung menyebabkan banyak dampak negatif bagi bumi, salah satunya adalah perubahan iklim. 

Ada beberapa dampak penipisan lapisan Ozon yang berada di atmosfer bagi Bumi, yakni sinar langsung matahari yang panas bisa merusak ekologi bumi, lalu membuat bumi rentan ‘ditabrak’ benda luar angkasa dan juga memperparah perubahan iklim. 

Bukan hanya bagi planet, dampak langsung bagi bagi manusia juga ada yakni meningkatkan risiko kanker kulit, meningkatkan risiko katarak dan menurunkan imun tubuh. 

Hasil penelitian ini sepertinya menunjukkan adanya kontradiksi dari klaim Elon Musk yang menyatakan dirinya “Super Pro Climate”.  Dari dalam Bumi, dia getol mempromosikan energi hijau dan  penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon. 

Tapi melalui SpaceX, roket Starship, ataupun roket pendorong satelit miliknya telah berkontribusi pada penipisan lapisan ozon juga membuat sampah di angkasa semakin banyak. 



Penulis : Naufal Jauhar Nazhif

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dari Matematika ke Machine Learning, Saatnya Belajar AI di Sekolah

Materi AI dan coding akan masuk ke sistem pendidikan nasional mulai dari SD hingga SMK

Naufal Jauhar Nazhif . 23 May 2025

Krisis Iklim Dilawan dengan Tumbler, Apa Bisa?

\r\nBagi banyak anak muda hari ini, kerusakan alam bisa menjadi pemicu kesadaran iklim dan tumbler menjadi simbol perlawanan mereka.

Renita Sukma . 14 May 2025

Etika Manusia vs Logika Mesin, Saat Sopan Santun Jadi Beban Data Center

Kenapa mengucapkan “tolong” dan “terima kasih” ke AI bisa merugikan jutaan dolar?

Naufal Jauhar Nazhif . 02 May 2025

Hari Perempuan Internasional Berawal dari Perjuangan Buruh!

Tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Perempuan Internasional. Kok bisa? Sepenting apa sampai dijadikan hari spesial?

Renita Sukma . 14 March 2025