Asia Lebih Maju Soal Transaksi Digital, Tinggalkan Eropa dan Amerika
Konsumen di seluruh dunia mulai beralih ke pembayaran digital dengan volume transaksi non-tunai mencapai US 1,65 triliun tahun ini.
Context.id, JAKARTA - Konsumen di kawasan Asia-Pasifik memimpin transaksi nontunai di seluruh dunia. Secara total, transaksi nontunai dari Asia-Pasifik itu tercatat sebesar US$777,5 miliar diikuti Eropa sebesar US$417,3 miliar dan Amerika Utara sebesar US$338,3 miliar.
Mengutip laporan World Payments Report 2025 dari Capgemini Research Institute, kawasan Asia-Pasifik juga diperkirakan mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi kedua sebesar 20,4% tahun ini, melampaui Eropa dengan 15,5% dan Amerika Utara dengan 6,4%.
Ketiga wilayah ini tidak bisa menyaingi Amerika Latin yang berada di posisi puncak dengan tingkat pertumbuhan global dengan 23,2%.
Laporan Capgemini Research Institute ini juga memperlihatkan total transaksi non-tunai di seluruh dunia mencapai US$1,41 triliun pada 2023 dan akan naik menjadi US$1,65 triliun tahun ini dan diperkirakan hampir US$2,84 triliun pada 2028.
Penelitian Capgemini ini didasarkan dari survei korporasi global dan wawancara dengan eksekutif perbankan serta perusahaan pembayaran yang dilakukan pada tahun 2024.
Penelitian ini mencakup 15 negara termasuk Singapura, Australia, Jerman, Italia, Swedia, dan Inggris.
Survei korporasi global tersebut melibatkan 600 bendahara perusahaan dari sektor asuransi, ritel, dan otomotif.
Laporan ini juga mewawancarai lebih dari 200 eksekutif senior dari lembaga keuangan, termasuk bank sentral, operator pembayaran, dan asosiasi industri.
Studi ini memproyeksikan pembayaran instan akan mencakup 22% dari semua transaksi non-tunai pada tahun 2028, naik dari 16% pada tahun 2023.
Secara khusus, transfer pembayaran instan dari akun ke akun muncul sebagai cara yang lebih cepat dan hemat biaya, melewati jaringan kartu yang mahal, kata Capgemini.
"Kenaikan popularitas mereka dapat mengancam dominasi pembayaran konvensional melalui kartu, dengan perkiraan bahwa mereka dapat mengimbangi 15% hingga 25% dari pertumbuhan volume transaksi kartu di masa depan," catat studi ini.
Hasil temuan Capgemini ini membuat perbankan harus berjuang untuk mengikuti tren ini, salah satunya soal gap infrastruktur teknologi.
Capgemini menyoroti "kesenjangan kematangan teknologi yang mengkhawatirkan" antara pasar dalam kesiapan mereka untuk mendukung pembayaran instan.
Capgemini mencatat ada sekitar 67% bank yang dikategorikan teknologinya masih dalam standar menengah untuk menunjang pembayaran instan nontunai.
Hal yang sangat mengherankan, Eropa yang dikenal maju dalam hal teknologi termasuk perbankan tertinggal di belakang Asia dalam hal pembayaran instan termasuk nontunai.
Mengutip matriks penilaian Capgemini Financial Services, perusahaan konsultan ini memperkirakan hanya 13% bank di Eropa yang dapat mengklaim memiliki fondasi teknologi yang kuat untuk mendukung pembayaran instan.
Hanya 5% bank yang dianggap telah memperoleh skor bisnis dan teknologi tinggi untuk mengamankan posisi mereka sebagai pemimpin pembayaran instan.
Angka ini di belakang rekan-rekan mereka di Asia yang memimpin dengan 30%, diikuti oleh Amerika dengan 26%.
Namun, bagi eksekutif di Eropa alasan mereka soal keterlambatan ini karena perbankan di kawasan ini lebih mengutamakan keamanan. Mereka masih khawatir tentang penipuan dalam pembayaran instan.
Salah satunya soal kasus di Inggris yang menemukan penipuan instan yang hampir mencapai US$505 juta pada tahun 2022, kasus ini tertulis dalam laporan di riset Capgemini itu.
RELATED ARTICLES
Asia Lebih Maju Soal Transaksi Digital, Tinggalkan Eropa dan Amerika
Konsumen di seluruh dunia mulai beralih ke pembayaran digital dengan volume transaksi non-tunai mencapai US 1,65 triliun tahun ini.
Context.id, JAKARTA - Konsumen di kawasan Asia-Pasifik memimpin transaksi nontunai di seluruh dunia. Secara total, transaksi nontunai dari Asia-Pasifik itu tercatat sebesar US$777,5 miliar diikuti Eropa sebesar US$417,3 miliar dan Amerika Utara sebesar US$338,3 miliar.
Mengutip laporan World Payments Report 2025 dari Capgemini Research Institute, kawasan Asia-Pasifik juga diperkirakan mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi kedua sebesar 20,4% tahun ini, melampaui Eropa dengan 15,5% dan Amerika Utara dengan 6,4%.
Ketiga wilayah ini tidak bisa menyaingi Amerika Latin yang berada di posisi puncak dengan tingkat pertumbuhan global dengan 23,2%.
Laporan Capgemini Research Institute ini juga memperlihatkan total transaksi non-tunai di seluruh dunia mencapai US$1,41 triliun pada 2023 dan akan naik menjadi US$1,65 triliun tahun ini dan diperkirakan hampir US$2,84 triliun pada 2028.
Penelitian Capgemini ini didasarkan dari survei korporasi global dan wawancara dengan eksekutif perbankan serta perusahaan pembayaran yang dilakukan pada tahun 2024.
Penelitian ini mencakup 15 negara termasuk Singapura, Australia, Jerman, Italia, Swedia, dan Inggris.
Survei korporasi global tersebut melibatkan 600 bendahara perusahaan dari sektor asuransi, ritel, dan otomotif.
Laporan ini juga mewawancarai lebih dari 200 eksekutif senior dari lembaga keuangan, termasuk bank sentral, operator pembayaran, dan asosiasi industri.
Studi ini memproyeksikan pembayaran instan akan mencakup 22% dari semua transaksi non-tunai pada tahun 2028, naik dari 16% pada tahun 2023.
Secara khusus, transfer pembayaran instan dari akun ke akun muncul sebagai cara yang lebih cepat dan hemat biaya, melewati jaringan kartu yang mahal, kata Capgemini.
"Kenaikan popularitas mereka dapat mengancam dominasi pembayaran konvensional melalui kartu, dengan perkiraan bahwa mereka dapat mengimbangi 15% hingga 25% dari pertumbuhan volume transaksi kartu di masa depan," catat studi ini.
Hasil temuan Capgemini ini membuat perbankan harus berjuang untuk mengikuti tren ini, salah satunya soal gap infrastruktur teknologi.
Capgemini menyoroti "kesenjangan kematangan teknologi yang mengkhawatirkan" antara pasar dalam kesiapan mereka untuk mendukung pembayaran instan.
Capgemini mencatat ada sekitar 67% bank yang dikategorikan teknologinya masih dalam standar menengah untuk menunjang pembayaran instan nontunai.
Hal yang sangat mengherankan, Eropa yang dikenal maju dalam hal teknologi termasuk perbankan tertinggal di belakang Asia dalam hal pembayaran instan termasuk nontunai.
Mengutip matriks penilaian Capgemini Financial Services, perusahaan konsultan ini memperkirakan hanya 13% bank di Eropa yang dapat mengklaim memiliki fondasi teknologi yang kuat untuk mendukung pembayaran instan.
Hanya 5% bank yang dianggap telah memperoleh skor bisnis dan teknologi tinggi untuk mengamankan posisi mereka sebagai pemimpin pembayaran instan.
Angka ini di belakang rekan-rekan mereka di Asia yang memimpin dengan 30%, diikuti oleh Amerika dengan 26%.
Namun, bagi eksekutif di Eropa alasan mereka soal keterlambatan ini karena perbankan di kawasan ini lebih mengutamakan keamanan. Mereka masih khawatir tentang penipuan dalam pembayaran instan.
Salah satunya soal kasus di Inggris yang menemukan penipuan instan yang hampir mencapai US$505 juta pada tahun 2022, kasus ini tertulis dalam laporan di riset Capgemini itu.
POPULAR
RELATED ARTICLES