Ternyata DNA Pengaruhi Keberhasilan Anak di Sekolah
Selain DNA, faktor lingkungan dan latar belakang tetap berpengaruh besar. Anak-anak dari keluarga kaya mendapatkan privelese atau hak istimewa
Context.id, JAKARTA - Selama ini yang kita ketahui, faktor ketekunan belajar menjadi salah satu ukuran keberhasilan seorang peserta didik dalam meraih prestasi di sekolah atau kampusnya. Tapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar.
Para peneliti di University of York Inggris belum lama melakukan serangkaian penelitian tentang peran DNA dalam memprediksi hasil pendidikan. DNA merupakan molekul yang menyimpan informasi genetik dalam sel-sel makhluk hidup, termasuk manusia.
Dalam temuannya yang dipublikasikan di jurnal Educational Psychology Review, para peneliti menjelaskan tentang genetika sebagai salah satu faktor terkuat tentang seberapa jauh seseorang akan menempuh pendidikan dan nilai yang akan mereka peroleh.
Mereka menemukan perbedaan nilai sekolah antar individu hingga 25% dapat dikaitkan dengan perbedaan genetik. Ini angka yang lebih besar daripada latar belakang sosial ekonomi keluarga seseorang yang hanya mencapai 10% atau sekolah/kampusnya dengan hanya 4%.
Penelitian ini tentunya akan bermanfaat karena suatu saat pengujian genetik atau DNA bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan mendukung anak-anak yang mungkin mengalami kesulitan di sekolah.
BACA JUGA
Namun, Profesor Sophie von Stumm pemimpin penelitian ini mewanti-wanti seandainya pengujian DNA dilakukan, harus tetap memperhatikan nilai etik dan pertimbangan sosial.
"Dapat dipahami bahwa banyak orang takut pengujian genetik dapat mengakibatkan diskriminasi atau pandangan negatif latar belakang seseorang. Itulah sebabnya kita perlu memastikan perlindungan data dan kerahasiaannya," ujar Sophie.
Melalui pengujian genetik, tentunya akan dapat membantu orang tua maupun lembaga pendidikan untuk turun tangan dan memberi anak-anak dukungan ekstra dalam mengatasi hambatan pendidikannya.
Privelese
Kendati begitu, kecenderungan genetik anak untuk pendidikan tidak berarti sifat atau kemampuan mereka sudah pasti. Tetap saja lingkungan rumah dan sekolah yang positif secara signifikan memengaruhi hasil dari kegiatan belajar mereka.
Untuk mengidentifikasi varian yang terkait dengan tingkat pendidikan, peneliti membandingkan DNA orang-orang dengan berbagai kualifikasi pendidikan, dari mereka yang tidak menyelesaikan pendidikan wajib hingga mereka yang memiliki gelar doktor.
Selain DNA, peneliti juga menggarisbawahi faktor lingkungan tetap berpengaruh besar. Tentunya hal ini tidak bisa dipungkiri dan berlaku di semua negara, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga kaya mendapatkan privelese atau hak istimewa utamanya untuk akses pendidikan.
Hal ini sempat diulas dalam film dokumenter Varsity Blues 2019 yang memperlihatkan orang tua kaya dan terkenal menggunakan uang, status, dan hak istimewa mereka untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas terkenal secara ilegal alias menyuap.
Penelitian di Universitas Northwestern baru-baru ini juga menunjukkan orang tua dengan status sosial ekonomi kaya mengumpulkan keuntungan, yang sering kali merugikan keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
Di beberapa negara berkembang, keluarga-keluarga kaya atau baron ini biasanya berkongsi dengan cara menikahkan putra-putri mereka sekaligus masuk dalam ruang-ruang politik agar tetap bisa menjaga akses sumber daya baik itu ekonomi, sosial dan politik bagi keturunannya.
RELATED ARTICLES
Ternyata DNA Pengaruhi Keberhasilan Anak di Sekolah
Selain DNA, faktor lingkungan dan latar belakang tetap berpengaruh besar. Anak-anak dari keluarga kaya mendapatkan privelese atau hak istimewa
Context.id, JAKARTA - Selama ini yang kita ketahui, faktor ketekunan belajar menjadi salah satu ukuran keberhasilan seorang peserta didik dalam meraih prestasi di sekolah atau kampusnya. Tapi ternyata hal itu tidak sepenuhnya benar.
Para peneliti di University of York Inggris belum lama melakukan serangkaian penelitian tentang peran DNA dalam memprediksi hasil pendidikan. DNA merupakan molekul yang menyimpan informasi genetik dalam sel-sel makhluk hidup, termasuk manusia.
Dalam temuannya yang dipublikasikan di jurnal Educational Psychology Review, para peneliti menjelaskan tentang genetika sebagai salah satu faktor terkuat tentang seberapa jauh seseorang akan menempuh pendidikan dan nilai yang akan mereka peroleh.
Mereka menemukan perbedaan nilai sekolah antar individu hingga 25% dapat dikaitkan dengan perbedaan genetik. Ini angka yang lebih besar daripada latar belakang sosial ekonomi keluarga seseorang yang hanya mencapai 10% atau sekolah/kampusnya dengan hanya 4%.
Penelitian ini tentunya akan bermanfaat karena suatu saat pengujian genetik atau DNA bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan mendukung anak-anak yang mungkin mengalami kesulitan di sekolah.
BACA JUGA
Namun, Profesor Sophie von Stumm pemimpin penelitian ini mewanti-wanti seandainya pengujian DNA dilakukan, harus tetap memperhatikan nilai etik dan pertimbangan sosial.
"Dapat dipahami bahwa banyak orang takut pengujian genetik dapat mengakibatkan diskriminasi atau pandangan negatif latar belakang seseorang. Itulah sebabnya kita perlu memastikan perlindungan data dan kerahasiaannya," ujar Sophie.
Melalui pengujian genetik, tentunya akan dapat membantu orang tua maupun lembaga pendidikan untuk turun tangan dan memberi anak-anak dukungan ekstra dalam mengatasi hambatan pendidikannya.
Privelese
Kendati begitu, kecenderungan genetik anak untuk pendidikan tidak berarti sifat atau kemampuan mereka sudah pasti. Tetap saja lingkungan rumah dan sekolah yang positif secara signifikan memengaruhi hasil dari kegiatan belajar mereka.
Untuk mengidentifikasi varian yang terkait dengan tingkat pendidikan, peneliti membandingkan DNA orang-orang dengan berbagai kualifikasi pendidikan, dari mereka yang tidak menyelesaikan pendidikan wajib hingga mereka yang memiliki gelar doktor.
Selain DNA, peneliti juga menggarisbawahi faktor lingkungan tetap berpengaruh besar. Tentunya hal ini tidak bisa dipungkiri dan berlaku di semua negara, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga kaya mendapatkan privelese atau hak istimewa utamanya untuk akses pendidikan.
Hal ini sempat diulas dalam film dokumenter Varsity Blues 2019 yang memperlihatkan orang tua kaya dan terkenal menggunakan uang, status, dan hak istimewa mereka untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas terkenal secara ilegal alias menyuap.
Penelitian di Universitas Northwestern baru-baru ini juga menunjukkan orang tua dengan status sosial ekonomi kaya mengumpulkan keuntungan, yang sering kali merugikan keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.
Di beberapa negara berkembang, keluarga-keluarga kaya atau baron ini biasanya berkongsi dengan cara menikahkan putra-putri mereka sekaligus masuk dalam ruang-ruang politik agar tetap bisa menjaga akses sumber daya baik itu ekonomi, sosial dan politik bagi keturunannya.
POPULAR
RELATED ARTICLES