Kesederhanaan Paus Fransiskus Jadi Kritik bagi Pejabat Indonesia?
Baru beberapa hari Paus Fransiskus datang ke Indonesia, namun setiap langkahnya menjadi perbincangan dan ditafsirkan sebagai sebuah kritik sosial.
Context.id, JAKARTA - Baru beberapa hari Paus Fransiskus datang ke Indonesia, namun setiap langkahnya telah menjadi perbincangan banyak masyarakat Indonesia. Bahkan setiap langkahnya itu banyak ditafsirkan dengan pelbagai fenonema sosial, ekonomi dan politik yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Bukan menjadi sebuah rahasia pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia ini memang terkenal dengan kesederhanaannya. Paus Fransiskus juga terkenal karena selalu berpihak kepada kaum marjinal dan terpinggirkan.
Hal ini dia ungkapkan dalam Evangelii Gaudium tahun 2013, tak lama setelah Jorge Mario Bergoglio (nama Paus Fransiskus) terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.
Berikut petikannya:
"Sangat perlu memberi perhatian dan mendekatkan diri kepada bentuk-bentuk baru kemiskinan dan kerentanan, di mana Kristus yang menderita ada di dalamnya dan kita dipanggil untuk mengenali-Nya, bahkan jika upaya untuk mengenali-Nya tampaknya tidak memberi kita manfaat nyata dan langsung."
Jadi tak heran, sifat kesederhanaan dan sikap keberpihakan Paus Fransiskus kepada kaum papa ini menjadi sorotan masyarakat Indonesia yang membanding-bandingkannya dengan situasi atau fenomena di masyarakat.
Pesawat Komersil dan Mobil Sipil
Pada perjalanannya dari Roma ke Indonesia, Paus Fransiskus menggunakan penerbangan komersil, ITA Airways dan menolak menggunakan jet pribadi.
Paus dan rombongannya mendarat di Jakarta pada Selasa (03/09), setelah menempuh penerbangan selama 13 jam.
Langkah Paus Fransiskus ini ditafsirkan oleh media massa dan masyarakat Indonesia sebagai sebuah tamparan bagi mereka, orang kaya dan para pejabat di Indonesia yang gemar hidup mewah dan menggunakan jet pribadi.
Selama kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus menolak untuk memakai kendaraan roda empat mewah sebagai alat transportasinya untuk berkeliling Jakarta.
Dia dikabarkan hanya meminta memakai jenis mobil yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia. Pilihan ini jatuh pada mobil jenama asal Jepang yaitu, Toyota Kijang Innova Zenix.
Saat di Jakarta, Paus Fransiskus juga memilih menginap di Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan, yang berada di daerah Gambir, tepat di depan patung Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Langkah ini pun ditafsirkan lagi oleh media massa dan masyarakat Indonesia sebagai sebuah tamparan pada mereka pejabat yang sering bepergian menggunakan mobil-mobil mewah dan menginap di hotel bintang lima.
Jam Tangan Murah
Paus Fransiskus juga terlihat hanya memakai jam tangan biasa yaitu Swatch Twice Again dengan perkiraan harga senilai Rp1.1 juta.
Lagi-lagi, kepribadian Paus Fransiskus ini juga dibandingkan dengan mereka para pejabat yang sering memakai aksesoris jam tengan mewah.
Tentu, setiap orang berhak menafsirkan pandangannya masing-masing namun ketika penafsiran tersebut terjadi secara massif maka besar kemungkinan itu merupakan pengalaman emosional kolektif yang dirasakan masyarakat Indonesia saat ini.
Terlepas dari itu, Paus Fransiskus merupakan sosok yang dapat menjadi suri teladan baik bagi seluruh umat beragama di Indonesia.
RELATED ARTICLES
Kesederhanaan Paus Fransiskus Jadi Kritik bagi Pejabat Indonesia?
Baru beberapa hari Paus Fransiskus datang ke Indonesia, namun setiap langkahnya menjadi perbincangan dan ditafsirkan sebagai sebuah kritik sosial.
Context.id, JAKARTA - Baru beberapa hari Paus Fransiskus datang ke Indonesia, namun setiap langkahnya telah menjadi perbincangan banyak masyarakat Indonesia. Bahkan setiap langkahnya itu banyak ditafsirkan dengan pelbagai fenonema sosial, ekonomi dan politik yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Bukan menjadi sebuah rahasia pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia ini memang terkenal dengan kesederhanaannya. Paus Fransiskus juga terkenal karena selalu berpihak kepada kaum marjinal dan terpinggirkan.
Hal ini dia ungkapkan dalam Evangelii Gaudium tahun 2013, tak lama setelah Jorge Mario Bergoglio (nama Paus Fransiskus) terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.
Berikut petikannya:
"Sangat perlu memberi perhatian dan mendekatkan diri kepada bentuk-bentuk baru kemiskinan dan kerentanan, di mana Kristus yang menderita ada di dalamnya dan kita dipanggil untuk mengenali-Nya, bahkan jika upaya untuk mengenali-Nya tampaknya tidak memberi kita manfaat nyata dan langsung."
Jadi tak heran, sifat kesederhanaan dan sikap keberpihakan Paus Fransiskus kepada kaum papa ini menjadi sorotan masyarakat Indonesia yang membanding-bandingkannya dengan situasi atau fenomena di masyarakat.
Pesawat Komersil dan Mobil Sipil
Pada perjalanannya dari Roma ke Indonesia, Paus Fransiskus menggunakan penerbangan komersil, ITA Airways dan menolak menggunakan jet pribadi.
Paus dan rombongannya mendarat di Jakarta pada Selasa (03/09), setelah menempuh penerbangan selama 13 jam.
Langkah Paus Fransiskus ini ditafsirkan oleh media massa dan masyarakat Indonesia sebagai sebuah tamparan bagi mereka, orang kaya dan para pejabat di Indonesia yang gemar hidup mewah dan menggunakan jet pribadi.
Selama kunjungannya ke Indonesia, Paus Fransiskus menolak untuk memakai kendaraan roda empat mewah sebagai alat transportasinya untuk berkeliling Jakarta.
Dia dikabarkan hanya meminta memakai jenis mobil yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia. Pilihan ini jatuh pada mobil jenama asal Jepang yaitu, Toyota Kijang Innova Zenix.
Saat di Jakarta, Paus Fransiskus juga memilih menginap di Kedutaan Besar Tahta Suci Vatikan, yang berada di daerah Gambir, tepat di depan patung Tugu Tani, Jakarta Pusat.
Langkah ini pun ditafsirkan lagi oleh media massa dan masyarakat Indonesia sebagai sebuah tamparan pada mereka pejabat yang sering bepergian menggunakan mobil-mobil mewah dan menginap di hotel bintang lima.
Jam Tangan Murah
Paus Fransiskus juga terlihat hanya memakai jam tangan biasa yaitu Swatch Twice Again dengan perkiraan harga senilai Rp1.1 juta.
Lagi-lagi, kepribadian Paus Fransiskus ini juga dibandingkan dengan mereka para pejabat yang sering memakai aksesoris jam tengan mewah.
Tentu, setiap orang berhak menafsirkan pandangannya masing-masing namun ketika penafsiran tersebut terjadi secara massif maka besar kemungkinan itu merupakan pengalaman emosional kolektif yang dirasakan masyarakat Indonesia saat ini.
Terlepas dari itu, Paus Fransiskus merupakan sosok yang dapat menjadi suri teladan baik bagi seluruh umat beragama di Indonesia.
POPULAR
RELATED ARTICLES