Share

Stories 04 September 2024

Menyimpan Benih Seluruh Spesies Bumi di Bulan, Apa Mungkin?

Perubahan iklim mengancam keanekaragaman hayati Bumi. Mungkinkah wilayah beku di bulan menjadi tempat terbaik untuk "mendukung " bentuk kehidupan?

Kawah-kawah di Bulan/NIST GOV

Context.id, JAKARTA - Pada musim gugur 2016 lalu, suhu yang memanas menyebabkan lapisan es yang menyelimuti lereng gunung terpencil di Norwegia mencair dan berubah menjadi aliran air yang cukup deras.  

Tumpahan air yang cukup banyak dan deras itu mengakibatkan banjir di Gudang Benih Global Svalbard. Gudang ini berada di kaki gunung dan dibangun sebagai tempat penyimpanan sekaligus perlindungan benih-benih dari seluruh dunia. 

Banjir itu menandakan peringatan yang cukup serius; gudang masa depan bernilai jutaan dolar yang dirancang untuk membentengi pasokan pangan dunia tidak dapat lolos dari dampak perubahan iklim yang semakin membuat suhu bumi memanas. 

Gudang yang dibangun tahun 2008 ini memang diproyeksikan untuk masa depan, dengan harapan bisa menyelamatkan 1,3 juta sampel benih pangan yang dikhawatirkan punah akibat perubahan iklim. 

Bahkan, pilihan kepulauan di sekitar lingkaran Arktik juga dimaksudkan sebagai wilayah yang sedikit terkena dampak pemanasan global. Sialnya, prediksi itu salah. 
Para peneliti malah menemukan kawasan ini mengalami pemanasan enam kali lebih cepat daripada rata-rata global. 

Akibat ancaman itu, para ilmuwan AS seperti dikutip dari climatedesk mencoba sebuah peruntungan dengan mengajukan gagasan membuat brankas atau gudang yang bukan hanya untuk benih tanaman, tapi juga DNA hewan, mikroba bahkan manusia. Dan tempatnya pun bukan di bumi, tapi bulan. 

“Di museum sejarah alam, kami memikirkan jenis bahan apa yang akan kami simpan, dan di mana kami akan menyimpannya, dan bagaimana kami akan menyimpannya?” kata Lynne Parenti dari Museum Sejarah Alam Nasional Smithsonian, salah satu penulis riset yang diterbitkan di jurnal Bio Science. 

Menurut Parenti, jumlah spesies yang menghadapi ancaman kepunahan akibat perubahan iklim dan hilangnya habitat terus bertambah, sehingga sudah saatnya kita mempertimbangkan kembali cara terbaik untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di masa mendatang. 

Sebenaranya selain Svalbard, ada lebih dari 1.750 bank gen di seluruh dunia yang menyimpan sampel spesies yang diawetkan jika mereka perlu dihidupkan kembali di masa mendatang. 

Namun bagi brankas atau bank gen itu sudah tidak bisa lagi menjadi jaminan yang memadai. Solusi paling ideal menurutnya adalah Bulan. "Bulan adalah lokasi yang ideal karena letaknya yang terpencil, dan aman dari bencana-bencana di bumi. Kami rasa ini akan berhasil,” katanya.  

Otomatis, dan tanpa perlu perawatan manusia, biorepositori bulan yang diusulkan akan menampung sel-sel yang dikriopreservasi atau disimpan pada suhu yang sangat dingin sehingga aktivitas biologis terhenti. 

Sel-sel yang dikriopreservasi kemungkinan dapat tetap hidup selama ratusan tahun, dengan tujuan agar benih atau sampel spesies tersebut suatu hari dapat dicairkan dan digunakan untuk memulihkan DNA dan seluruh organisme. 

Sebelumnya tim sudah mengkriopreservasi sel-sel hidup dari ikan goby bintang, dengan harapan bahwa sel-sel kulit ini suatu hari dapat meregenerasi populasi.  

"Saya telah memikirkan tentang cara melindungi spesies dalam biorepositori pasif seperti Svalbard Seed Vault, tempat yang tidak memerlukan orang atau energi untuk memelihara benih," kata Mary Hagedorn, penulis utama makalah tersebut dan kolega Parenti di Smithsonian. 

Tidak ada tempat di Bumi yang cukup dingin untuk memiliki repositori yang harus disimpan pada suhu -196 derajat Celsius atau di bawahnya — prasyarat untuk penyimpanan jangka panjang sel hidup yang dikriopreservasi — jadi dia dan timnya beralih ke kemungkinan bulan, tempat beberapa area mencapai suhu yang jauh lebih dingin dari itu.

Jika misi itu terwujud, bukan tidak mungkin akan membantu mengamankan keanekaragaman hayati ekosistem dunia jika terjadi bencana di bumi.

Memang ini tidak mudah, bahkan seperti fiksi. Pasalnya, semua itu sangat sulit, mulai dari mengumpulkan sampel genetik seluruh makhluk hidup di planet ini hingga 
biaya yang sangat mahal yang diperlukan untuk memulainya. 

Namun, beberapa minggu lalu, tim melangkah lebih jauh menuju perwujudan visi ini dengan memperluas jajaran mereka hingga mencakup Garret Fitzpatrick dan teknisi lain dari Harvard & Smithsonian Center for Astrophysics. 

Sebelumnya dalam kariernya, Fitzpatrick bekerja untuk NASA yang pernah memimpin proyek perancangan sistem pengangkutan sampel biologis ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

Fitzpatrick punya pertanyaan yang penting; 

"Dapatkah kita mempertahankan kisaran suhu yang cukup, tidak hanya di lokasi pendaratan, tetapi di seluruh fase misi? Lalu dari integrasi dalam wahana peluncur hingga peluncuran, transit ke bulan, pendaratan, kemungkinan penyimpanan, sebelum akhirnya tiba di tujuan akhirnya?"

Sementara itu, cara mengkriopreservasi sel spesies Bumi di bulan bukanlah problem. Sekelompok peneliti di Universitas Arizona telah merancang sebuah sistem untuk menyimpan sampel biologis di bulan. 

Sistem itu dirancang di laboratorium SpaceTREx milik profesor kedirgantaraan Jekan Thanga sebagai proyek mahasiswa yang mengeksplorasi kasus penggunaan potensial untuk tabung lava yang ditemukan di bulan pada awal tahun 2010-an. 

Tabung ini dapat menyediakan tempat berlindung yang sangat dibutuhkan bagi keberadaan manusia di bulan — termasuk biorepositori seperti yang diusulkan Hagedorn dan rekan-rekannya, atau " bahtera bulan " sebagaimana tim Thanga menyebutnya.

Tabung lava terbentuk ketika bagian luar magma yang mengalir mengeras sementara bagian dalam terus melanjutkan perjalanannya, meninggalkan tabung kosong di belakang. 

Tabung lava ditemukan di seluruh Bumi dan diyakini menghiasi bagian bawah permukaan benda-benda angkasa lain yang juga pernah mengalami periode aktivitas vulkanik, kategori yang mencakup bulan. 

Sisa-sisa masa lalu bulan yang meleleh ini akan menjadi sumber perlindungan alami terhadap banyak ancaman yang dihadapi astronot di permukaan — melindungi mereka, peralatan mereka, dan sampel yang dibawa mulai dari radiasi matahari, hingga meteorit yang bisa menghantam. 

Thanga dan timnya bahkan telah membuat sketsa sistem yang akan menggunakan panel surya dan baterai untuk menyediakan daya guna mendorong suhu di dalam tabung lava hingga mencapai titik beku yang dibutuhkan untuk membuat bahtera bulan mereka. 

Untuk mempertahankan pembekuan yang dalam secara pasif, mereka mengusulkan pembangunan tempat penyimpanan di kutub selatan bulan yang terdapat banyak kawah dan kebetulan geometri langit telah sejajar untuk menciptakan area bayangan permanen, dan suhunya dapat mencapai -196 derajat celcius. 

Kondisi tersebut berarti bahwa sampel dapat disimpan tanpa perlu awak, dan sampel dapat dipertahankan hanya dengan penjelajah dan robot. 

Persoalannya, itu semua masih dalam tahap teori. Persoalannya, banyak ekspedisi ke luar angkasa termasuk bulan yang mengalami kegagalan. Kasus Starliner belum lama ini menjadi contoh. 

"Ini salah satu hal yang ironis. Tempat itu dekat Bumi, tetapi mungkin merupakan salah satu tempat paling ekstrem di seluruh tata surya," kata Thanga. 

Bagaimanapun, biaya menjadi tantangan paling sulit. Toh, bagi para pengkritiknya, di Svalbard Global Seed Vault, setelah banjir tahun 2016, itu tidak ada satu pun sampel yang rusak. Namun, tindakan pencegahan bernilai jutaan dolar telah diambil sejak saat itu. 

Menanggapi kritik itu, baik Hagedorn maupun Thanga yakin yang dibutuhkan agar versi gudang atau brankas tersebut menjadi kenyataan hanyalah komitmen yang jelas dan ambisius dari pemerintah.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 04 September 2024

Menyimpan Benih Seluruh Spesies Bumi di Bulan, Apa Mungkin?

Perubahan iklim mengancam keanekaragaman hayati Bumi. Mungkinkah wilayah beku di bulan menjadi tempat terbaik untuk "mendukung " bentuk kehidupan?

Kawah-kawah di Bulan/NIST GOV

Context.id, JAKARTA - Pada musim gugur 2016 lalu, suhu yang memanas menyebabkan lapisan es yang menyelimuti lereng gunung terpencil di Norwegia mencair dan berubah menjadi aliran air yang cukup deras.  

Tumpahan air yang cukup banyak dan deras itu mengakibatkan banjir di Gudang Benih Global Svalbard. Gudang ini berada di kaki gunung dan dibangun sebagai tempat penyimpanan sekaligus perlindungan benih-benih dari seluruh dunia. 

Banjir itu menandakan peringatan yang cukup serius; gudang masa depan bernilai jutaan dolar yang dirancang untuk membentengi pasokan pangan dunia tidak dapat lolos dari dampak perubahan iklim yang semakin membuat suhu bumi memanas. 

Gudang yang dibangun tahun 2008 ini memang diproyeksikan untuk masa depan, dengan harapan bisa menyelamatkan 1,3 juta sampel benih pangan yang dikhawatirkan punah akibat perubahan iklim. 

Bahkan, pilihan kepulauan di sekitar lingkaran Arktik juga dimaksudkan sebagai wilayah yang sedikit terkena dampak pemanasan global. Sialnya, prediksi itu salah. 
Para peneliti malah menemukan kawasan ini mengalami pemanasan enam kali lebih cepat daripada rata-rata global. 

Akibat ancaman itu, para ilmuwan AS seperti dikutip dari climatedesk mencoba sebuah peruntungan dengan mengajukan gagasan membuat brankas atau gudang yang bukan hanya untuk benih tanaman, tapi juga DNA hewan, mikroba bahkan manusia. Dan tempatnya pun bukan di bumi, tapi bulan. 

“Di museum sejarah alam, kami memikirkan jenis bahan apa yang akan kami simpan, dan di mana kami akan menyimpannya, dan bagaimana kami akan menyimpannya?” kata Lynne Parenti dari Museum Sejarah Alam Nasional Smithsonian, salah satu penulis riset yang diterbitkan di jurnal Bio Science. 

Menurut Parenti, jumlah spesies yang menghadapi ancaman kepunahan akibat perubahan iklim dan hilangnya habitat terus bertambah, sehingga sudah saatnya kita mempertimbangkan kembali cara terbaik untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di masa mendatang. 

Sebenaranya selain Svalbard, ada lebih dari 1.750 bank gen di seluruh dunia yang menyimpan sampel spesies yang diawetkan jika mereka perlu dihidupkan kembali di masa mendatang. 

Namun bagi brankas atau bank gen itu sudah tidak bisa lagi menjadi jaminan yang memadai. Solusi paling ideal menurutnya adalah Bulan. "Bulan adalah lokasi yang ideal karena letaknya yang terpencil, dan aman dari bencana-bencana di bumi. Kami rasa ini akan berhasil,” katanya.  

Otomatis, dan tanpa perlu perawatan manusia, biorepositori bulan yang diusulkan akan menampung sel-sel yang dikriopreservasi atau disimpan pada suhu yang sangat dingin sehingga aktivitas biologis terhenti. 

Sel-sel yang dikriopreservasi kemungkinan dapat tetap hidup selama ratusan tahun, dengan tujuan agar benih atau sampel spesies tersebut suatu hari dapat dicairkan dan digunakan untuk memulihkan DNA dan seluruh organisme. 

Sebelumnya tim sudah mengkriopreservasi sel-sel hidup dari ikan goby bintang, dengan harapan bahwa sel-sel kulit ini suatu hari dapat meregenerasi populasi.  

"Saya telah memikirkan tentang cara melindungi spesies dalam biorepositori pasif seperti Svalbard Seed Vault, tempat yang tidak memerlukan orang atau energi untuk memelihara benih," kata Mary Hagedorn, penulis utama makalah tersebut dan kolega Parenti di Smithsonian. 

Tidak ada tempat di Bumi yang cukup dingin untuk memiliki repositori yang harus disimpan pada suhu -196 derajat Celsius atau di bawahnya — prasyarat untuk penyimpanan jangka panjang sel hidup yang dikriopreservasi — jadi dia dan timnya beralih ke kemungkinan bulan, tempat beberapa area mencapai suhu yang jauh lebih dingin dari itu.

Jika misi itu terwujud, bukan tidak mungkin akan membantu mengamankan keanekaragaman hayati ekosistem dunia jika terjadi bencana di bumi.

Memang ini tidak mudah, bahkan seperti fiksi. Pasalnya, semua itu sangat sulit, mulai dari mengumpulkan sampel genetik seluruh makhluk hidup di planet ini hingga 
biaya yang sangat mahal yang diperlukan untuk memulainya. 

Namun, beberapa minggu lalu, tim melangkah lebih jauh menuju perwujudan visi ini dengan memperluas jajaran mereka hingga mencakup Garret Fitzpatrick dan teknisi lain dari Harvard & Smithsonian Center for Astrophysics. 

Sebelumnya dalam kariernya, Fitzpatrick bekerja untuk NASA yang pernah memimpin proyek perancangan sistem pengangkutan sampel biologis ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). 

Fitzpatrick punya pertanyaan yang penting; 

"Dapatkah kita mempertahankan kisaran suhu yang cukup, tidak hanya di lokasi pendaratan, tetapi di seluruh fase misi? Lalu dari integrasi dalam wahana peluncur hingga peluncuran, transit ke bulan, pendaratan, kemungkinan penyimpanan, sebelum akhirnya tiba di tujuan akhirnya?"

Sementara itu, cara mengkriopreservasi sel spesies Bumi di bulan bukanlah problem. Sekelompok peneliti di Universitas Arizona telah merancang sebuah sistem untuk menyimpan sampel biologis di bulan. 

Sistem itu dirancang di laboratorium SpaceTREx milik profesor kedirgantaraan Jekan Thanga sebagai proyek mahasiswa yang mengeksplorasi kasus penggunaan potensial untuk tabung lava yang ditemukan di bulan pada awal tahun 2010-an. 

Tabung ini dapat menyediakan tempat berlindung yang sangat dibutuhkan bagi keberadaan manusia di bulan — termasuk biorepositori seperti yang diusulkan Hagedorn dan rekan-rekannya, atau " bahtera bulan " sebagaimana tim Thanga menyebutnya.

Tabung lava terbentuk ketika bagian luar magma yang mengalir mengeras sementara bagian dalam terus melanjutkan perjalanannya, meninggalkan tabung kosong di belakang. 

Tabung lava ditemukan di seluruh Bumi dan diyakini menghiasi bagian bawah permukaan benda-benda angkasa lain yang juga pernah mengalami periode aktivitas vulkanik, kategori yang mencakup bulan. 

Sisa-sisa masa lalu bulan yang meleleh ini akan menjadi sumber perlindungan alami terhadap banyak ancaman yang dihadapi astronot di permukaan — melindungi mereka, peralatan mereka, dan sampel yang dibawa mulai dari radiasi matahari, hingga meteorit yang bisa menghantam. 

Thanga dan timnya bahkan telah membuat sketsa sistem yang akan menggunakan panel surya dan baterai untuk menyediakan daya guna mendorong suhu di dalam tabung lava hingga mencapai titik beku yang dibutuhkan untuk membuat bahtera bulan mereka. 

Untuk mempertahankan pembekuan yang dalam secara pasif, mereka mengusulkan pembangunan tempat penyimpanan di kutub selatan bulan yang terdapat banyak kawah dan kebetulan geometri langit telah sejajar untuk menciptakan area bayangan permanen, dan suhunya dapat mencapai -196 derajat celcius. 

Kondisi tersebut berarti bahwa sampel dapat disimpan tanpa perlu awak, dan sampel dapat dipertahankan hanya dengan penjelajah dan robot. 

Persoalannya, itu semua masih dalam tahap teori. Persoalannya, banyak ekspedisi ke luar angkasa termasuk bulan yang mengalami kegagalan. Kasus Starliner belum lama ini menjadi contoh. 

"Ini salah satu hal yang ironis. Tempat itu dekat Bumi, tetapi mungkin merupakan salah satu tempat paling ekstrem di seluruh tata surya," kata Thanga. 

Bagaimanapun, biaya menjadi tantangan paling sulit. Toh, bagi para pengkritiknya, di Svalbard Global Seed Vault, setelah banjir tahun 2016, itu tidak ada satu pun sampel yang rusak. Namun, tindakan pencegahan bernilai jutaan dolar telah diambil sejak saat itu. 

Menanggapi kritik itu, baik Hagedorn maupun Thanga yakin yang dibutuhkan agar versi gudang atau brankas tersebut menjadi kenyataan hanyalah komitmen yang jelas dan ambisius dari pemerintah.



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024