Whittier, Sebuah Kota dalam Gedung di Dekat Kutub Utara
Penduduk Whittier hidup di dalam satu gedung yang mempunyai 14 lantai
Context.id, JAKARTA - Umumnya, sebuah kota terletak di dalam satu wilayah dengan luas tertentu. Fasilitas di dalam kota seperti gedung, rumah, dan sekolah biasanya terpisah antara satu dengan yang lain. Selain itu, sebuah kota hendaknya mudah untuk dijangkau dengan berbagai rute dan transportasi.
Namun realitas soal bentuk kota yang lazim tampaknya tidak terjadi di salah satu kota di wilayah Alaska ini. Kota ini bernama Whittier, sebuah kota kecil di bagian barat Prince William Sound, Alaska, Amerika Serikat. Kota ini berjarak sekitar 906 mil dari Ibu Kota negara bagian Alaska, Juneau.
Tak seperti penduduk di sebuah kota yang tinggal terpisah dengan penduduk lainnya, penduduk Whittier hidup di dalam satu gedung. Gedung tersebut bernama Begich Tower yang mempunyai 14 lantai.
Melansir USA Today, sekitar 255 dari 300 penduduk Kota Whittier tinggal di Begich Tower. Dalam gedung tersebut terdapat kantor pos, rumah sakit, sekolah, toko kelontong, kantor polisi, bahkan gereja.
Jika mempunyai keperluan dengan polisi atau surat-menyurat, warga Whittier hanya tinggal turun naik lift. Sedangkan gereja terletak di ruang bawah tanah. Mayoritas penduduk usia sekolah mengenyam pendidikan di Whittier Community School.
BACA JUGA
Siswa di sana hanya tinggal berjalan kaki di dalam gedung untuk sampai ke ruang kelasnya.
Kehidupan warga Whittier yang seluruhnya terpusat di satu gedung bukan tanpa alasan. Seperti yang ditulis The Economic Times, cuaca di wilayah Alaska selalu berubah-ubah dengan kecepatan angin mencapai 60 mph atau 96 km/jam.
Selain itu, wilayah ini juga diguyur hujan salju dengan ketebalan sekitar 250 – 400 inci (6–10 meter).
Tak ayal jika penduduk Whittier hanya tinggal di satu gedung saja. Warga setempat tidak dapat bepergian akibat akses jalan yang terhambat akibat cuaca buruk. Jikapun penduduk di sana memaksakan diri untuk bepergian, mereka akan kesulitan untuk kembali ke Whittier karena lokasinya sulit diakses.
Kota Whittier sendiri dapat diakses melalui beberapa cara. Whittier bisa dijangkau menggunakan kapal saat musim dingin dan dapat juga diakses melalui bus, mobil, dan kereta api.
Whittier juga mempunyai sebuah terowongan yang membentang di bawah gletser sepanjang 2,5 mil (4 km). Terowongan ini dibuka pada pukul 7 pagi dan ditutup pukul 10 malam. Terowongan ini dibangun pada masa perang dunia kedua dan saat ini diberi nama Anton Anderson Memorial Tunnel.
Wacana pembangunan terowongan ini sudah dimulai sejak 1914. Melansir Alaska Department of Transportation and Public Facilities, Alaska Railroad Corporation berencana membuat jalur kereta api ke lokasi yang saat ini menjadi Kota Whittier. Namun rencana ini tidak pernah terwujud.
Rencana ini baru terwujud saat Perang Dunia Kedua. Pertimbangan membangun jalur kereta api di Whittier yaitu dapat mengurangi risiko pengeboman terhadap kapal dan pelabuhan oleh kapal selam Jepang karena faktor cuaca buruk di wilayah Whittier.
Seperti yang ditulis Princess, Angkatan Darat Amerika Serikat mulai membangun fasilitas termasuk jalur kereta api dari Whittier ke Portage sebagai jalur utama dalam memasok kebutuhan perang.
Jalur kereta api tersebut selesai pada April 1943, dengan hasil terowongan sepanjang 1 mil melalui Puncak Begich. Selain itu, terowongan 2,5 mil membelah Gunung Maynard, menghubungkan Whittier ke jalur utama Alaska Railroad di Portage.
Selepas masa Perang Dunia Kedua, Whittier tetap menjelma sebagai tempat penting dalam menyuplai kebutuhan militer. Pembangunan Gedung Buckner dan Begich Towers pada masa perang dingin membuat Whittier mengalami masa kejayaan.
Hingga pada 2008, Alaska mengubah terowongan ini agar bisa digunakan oleh kendaraan seperti mobil dan bus.
Kontributor: Fadlan Priatna
RELATED ARTICLES
Whittier, Sebuah Kota dalam Gedung di Dekat Kutub Utara
Penduduk Whittier hidup di dalam satu gedung yang mempunyai 14 lantai
Context.id, JAKARTA - Umumnya, sebuah kota terletak di dalam satu wilayah dengan luas tertentu. Fasilitas di dalam kota seperti gedung, rumah, dan sekolah biasanya terpisah antara satu dengan yang lain. Selain itu, sebuah kota hendaknya mudah untuk dijangkau dengan berbagai rute dan transportasi.
Namun realitas soal bentuk kota yang lazim tampaknya tidak terjadi di salah satu kota di wilayah Alaska ini. Kota ini bernama Whittier, sebuah kota kecil di bagian barat Prince William Sound, Alaska, Amerika Serikat. Kota ini berjarak sekitar 906 mil dari Ibu Kota negara bagian Alaska, Juneau.
Tak seperti penduduk di sebuah kota yang tinggal terpisah dengan penduduk lainnya, penduduk Whittier hidup di dalam satu gedung. Gedung tersebut bernama Begich Tower yang mempunyai 14 lantai.
Melansir USA Today, sekitar 255 dari 300 penduduk Kota Whittier tinggal di Begich Tower. Dalam gedung tersebut terdapat kantor pos, rumah sakit, sekolah, toko kelontong, kantor polisi, bahkan gereja.
Jika mempunyai keperluan dengan polisi atau surat-menyurat, warga Whittier hanya tinggal turun naik lift. Sedangkan gereja terletak di ruang bawah tanah. Mayoritas penduduk usia sekolah mengenyam pendidikan di Whittier Community School.
BACA JUGA
Siswa di sana hanya tinggal berjalan kaki di dalam gedung untuk sampai ke ruang kelasnya.
Kehidupan warga Whittier yang seluruhnya terpusat di satu gedung bukan tanpa alasan. Seperti yang ditulis The Economic Times, cuaca di wilayah Alaska selalu berubah-ubah dengan kecepatan angin mencapai 60 mph atau 96 km/jam.
Selain itu, wilayah ini juga diguyur hujan salju dengan ketebalan sekitar 250 – 400 inci (6–10 meter).
Tak ayal jika penduduk Whittier hanya tinggal di satu gedung saja. Warga setempat tidak dapat bepergian akibat akses jalan yang terhambat akibat cuaca buruk. Jikapun penduduk di sana memaksakan diri untuk bepergian, mereka akan kesulitan untuk kembali ke Whittier karena lokasinya sulit diakses.
Kota Whittier sendiri dapat diakses melalui beberapa cara. Whittier bisa dijangkau menggunakan kapal saat musim dingin dan dapat juga diakses melalui bus, mobil, dan kereta api.
Whittier juga mempunyai sebuah terowongan yang membentang di bawah gletser sepanjang 2,5 mil (4 km). Terowongan ini dibuka pada pukul 7 pagi dan ditutup pukul 10 malam. Terowongan ini dibangun pada masa perang dunia kedua dan saat ini diberi nama Anton Anderson Memorial Tunnel.
Wacana pembangunan terowongan ini sudah dimulai sejak 1914. Melansir Alaska Department of Transportation and Public Facilities, Alaska Railroad Corporation berencana membuat jalur kereta api ke lokasi yang saat ini menjadi Kota Whittier. Namun rencana ini tidak pernah terwujud.
Rencana ini baru terwujud saat Perang Dunia Kedua. Pertimbangan membangun jalur kereta api di Whittier yaitu dapat mengurangi risiko pengeboman terhadap kapal dan pelabuhan oleh kapal selam Jepang karena faktor cuaca buruk di wilayah Whittier.
Seperti yang ditulis Princess, Angkatan Darat Amerika Serikat mulai membangun fasilitas termasuk jalur kereta api dari Whittier ke Portage sebagai jalur utama dalam memasok kebutuhan perang.
Jalur kereta api tersebut selesai pada April 1943, dengan hasil terowongan sepanjang 1 mil melalui Puncak Begich. Selain itu, terowongan 2,5 mil membelah Gunung Maynard, menghubungkan Whittier ke jalur utama Alaska Railroad di Portage.
Selepas masa Perang Dunia Kedua, Whittier tetap menjelma sebagai tempat penting dalam menyuplai kebutuhan militer. Pembangunan Gedung Buckner dan Begich Towers pada masa perang dingin membuat Whittier mengalami masa kejayaan.
Hingga pada 2008, Alaska mengubah terowongan ini agar bisa digunakan oleh kendaraan seperti mobil dan bus.
Kontributor: Fadlan Priatna
POPULAR
RELATED ARTICLES