Share

Stories 30 Juli 2024

Bisnis Indonesia Midyear Challenges, Membaca Peluang dan Tantangan

Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 menjadi momen penting untuk merumuskan strategi dalam menciptakan peluang ekonomi di masa mendatang

Bisnis Indonesia Mid Year Challenges mengupas tuntas sektor-sektor spesifik yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada perekonomian nasional. Bisnis/Himawan Nugraha

Context.id, JAKARTA - Ada beragam tantangan menghantui dunia perekonomian sekaligus sejuta optimisme yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku bisnis.

Hal itu terungkap dalam rangkaian diskusi dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7/2024). Seminar ini terdiri dari tiga sesi yang menghadirkan para pembicara dari berbagai pemangku kepentingan.

Dalam sambutannya, Komisaris Utama PT Jurnalindo Aksara Grafika, Haryadi Sukamdani mengatakan diskusi ini menjadi momen penting bagi dunia usaha dan pemangku kepentingan.

“Acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 ini merupakan momen penting bagi dunia usaha dan stakeholders untuk bersama-sama menganalisis dan merumuskan strategi menghadapi tantangan ekonomi yang ada,” ujarnya.

Dia melanjutkan, berbagai input dalam rangkaian diskusi bertujuan untuk memberi masukan dalam menganalisis situasi terkini sebelum merumuskan strategi usaha.

Sesi pertama dari kegiatan ini mengangkat tema besar optimalisasi potensi investasi. Investasi menjadi salah satu kunci bagi Indonesia agar terus bertumbuh. 

Dalam diskusi itu, Theofina Tampubolon, Deputi Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi mengatakan, ada berbagai faktor global yang bisa memengaruhi pertumbuhan dunia usaha dalam negeri.

Faktor-faktor itu seperti geopolitik terkait ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur, perang dagang dan sebagainya. 

“Untuk mendukung investasi, pemerintah menyiapkan online single submission atau OSS, yang mengintegrasikan berbagai perizinan dalam dunia usaha serta memberikan beragam insentif,” ucapnya.

Pembicara lainnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani menekankan penghiliran menjadi titik penting dalam pertumbuhan perekonomian.

Namun hal itu, tuturnya, harus mencakup sektor lain seperti pertanian dan perikanan, bukan hanya sektor ekstraktif semata.

Adapun HeryawanEksekutif Vice President Risiko Strategis Regulasi dan Kebijakan PLN sebagai pemateri ketiga dalam sesi itu mengatakan perlu adanya kepastian penyediaan akses energi terutama listrik untuk menunjang industri. 

PLN sebagai perusahaan negara yang menyediakan listrik sudah menyusun peta jalan untuk menjadi motor penggerak perekonomian di Indonesia

“Kita telah memperkirakan kebutuhan-kebutuhan listrik di 10 tahun mendatang bahkan juga lebih untuk melihat bagaiamana  permintaan yang ada adi beberapa tahun ke depan,” jelasnya.

Peluang Sektor Keuangan dan Pasar Modal

Sementara itu, pada sesi kedua, mengulas tentang peluang dan tantangan di sektor keuangan dan pasar modal.

Henry Rialdi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa secara umum sektor finansial di Indonesia berkinerja baik.  Hal ini salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang sudah mencapai dua digit.

Namun menurutnya ada tantangan yang menghadang yakni sumber pertumbuhan Indonesia yang terpaku pada sektor komoditas, sehingga hilirisasi mutlak diperlukan.

Sementara itu, Iman Rahman, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengamini sektor finansial  domestik masih kuat.  

Hanya saja investor masih mengambil posisi wait and see terkait hajatan politik pemilihan umum termasuk pemilihak kepala daerah.

Sewdangkan Suparno Djasman dari Astra Financial mengatakan industri pembiayaan mengalami penurnan pada saat pandemi hingga 40%.

Meski demikian, secara perlahan, sektor ini mulai mengalami pertumbuhan seperti sebelum terjadinya pandemi.

 “Tapi kemudian pelan-pelan sudah naik bahkan sudah melewati daripada masa sebelum Covid 2023, yang mencapai Rp554 triliun,” bebernya.

Potensi Ekonomi Hijau

Pada sesi ketiga yang mengungkap tentang ekonomi hijau, Vivi Yulaswati dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan transformasi ke energi hijau mutlak diperlukan.

Hal ini seiring dengan munculnya berbagai krisis lingkungan hidup akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan.

Indonesia, terangnya, sudah menapaki peta jalan transformasi atau transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan yang membutuhkan pendanaan Rp24 ribu triliun

Ajri Iwbal Fajri dari Adidaya Initiative sebagai pembicara keda menilai ada berbagai tantangan yang menghantui transformasi ekonomi hijauh di Indonesia yakni kemauan poltiik dari lembaga perwakilan rakyat serta pendanaan.

Salah satu contoh baik tentang transformasi ekonomi hijau ditampilkan oleh PT Pertamina (Persero). Fajriyah Usman, Vice President Social Responsibility PT Pertamina mengatakan, sejak 2021 pihaknya menjalankan kebijakan berkelanjutan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 30 Juli 2024

Bisnis Indonesia Midyear Challenges, Membaca Peluang dan Tantangan

Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 menjadi momen penting untuk merumuskan strategi dalam menciptakan peluang ekonomi di masa mendatang

Bisnis Indonesia Mid Year Challenges mengupas tuntas sektor-sektor spesifik yang memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada perekonomian nasional. Bisnis/Himawan Nugraha

Context.id, JAKARTA - Ada beragam tantangan menghantui dunia perekonomian sekaligus sejuta optimisme yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku bisnis.

Hal itu terungkap dalam rangkaian diskusi dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7/2024). Seminar ini terdiri dari tiga sesi yang menghadirkan para pembicara dari berbagai pemangku kepentingan.

Dalam sambutannya, Komisaris Utama PT Jurnalindo Aksara Grafika, Haryadi Sukamdani mengatakan diskusi ini menjadi momen penting bagi dunia usaha dan pemangku kepentingan.

“Acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 ini merupakan momen penting bagi dunia usaha dan stakeholders untuk bersama-sama menganalisis dan merumuskan strategi menghadapi tantangan ekonomi yang ada,” ujarnya.

Dia melanjutkan, berbagai input dalam rangkaian diskusi bertujuan untuk memberi masukan dalam menganalisis situasi terkini sebelum merumuskan strategi usaha.

Sesi pertama dari kegiatan ini mengangkat tema besar optimalisasi potensi investasi. Investasi menjadi salah satu kunci bagi Indonesia agar terus bertumbuh. 

Dalam diskusi itu, Theofina Tampubolon, Deputi Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi mengatakan, ada berbagai faktor global yang bisa memengaruhi pertumbuhan dunia usaha dalam negeri.

Faktor-faktor itu seperti geopolitik terkait ketegangan di Timur Tengah dan Eropa Timur, perang dagang dan sebagainya. 

“Untuk mendukung investasi, pemerintah menyiapkan online single submission atau OSS, yang mengintegrasikan berbagai perizinan dalam dunia usaha serta memberikan beragam insentif,” ucapnya.

Pembicara lainnya, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani menekankan penghiliran menjadi titik penting dalam pertumbuhan perekonomian.

Namun hal itu, tuturnya, harus mencakup sektor lain seperti pertanian dan perikanan, bukan hanya sektor ekstraktif semata.

Adapun HeryawanEksekutif Vice President Risiko Strategis Regulasi dan Kebijakan PLN sebagai pemateri ketiga dalam sesi itu mengatakan perlu adanya kepastian penyediaan akses energi terutama listrik untuk menunjang industri. 

PLN sebagai perusahaan negara yang menyediakan listrik sudah menyusun peta jalan untuk menjadi motor penggerak perekonomian di Indonesia

“Kita telah memperkirakan kebutuhan-kebutuhan listrik di 10 tahun mendatang bahkan juga lebih untuk melihat bagaiamana  permintaan yang ada adi beberapa tahun ke depan,” jelasnya.

Peluang Sektor Keuangan dan Pasar Modal

Sementara itu, pada sesi kedua, mengulas tentang peluang dan tantangan di sektor keuangan dan pasar modal.

Henry Rialdi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan bahwa secara umum sektor finansial di Indonesia berkinerja baik.  Hal ini salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang sudah mencapai dua digit.

Namun menurutnya ada tantangan yang menghadang yakni sumber pertumbuhan Indonesia yang terpaku pada sektor komoditas, sehingga hilirisasi mutlak diperlukan.

Sementara itu, Iman Rahman, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) mengamini sektor finansial  domestik masih kuat.  

Hanya saja investor masih mengambil posisi wait and see terkait hajatan politik pemilihan umum termasuk pemilihak kepala daerah.

Sewdangkan Suparno Djasman dari Astra Financial mengatakan industri pembiayaan mengalami penurnan pada saat pandemi hingga 40%.

Meski demikian, secara perlahan, sektor ini mulai mengalami pertumbuhan seperti sebelum terjadinya pandemi.

 “Tapi kemudian pelan-pelan sudah naik bahkan sudah melewati daripada masa sebelum Covid 2023, yang mencapai Rp554 triliun,” bebernya.

Potensi Ekonomi Hijau

Pada sesi ketiga yang mengungkap tentang ekonomi hijau, Vivi Yulaswati dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan transformasi ke energi hijau mutlak diperlukan.

Hal ini seiring dengan munculnya berbagai krisis lingkungan hidup akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan.

Indonesia, terangnya, sudah menapaki peta jalan transformasi atau transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan yang membutuhkan pendanaan Rp24 ribu triliun

Ajri Iwbal Fajri dari Adidaya Initiative sebagai pembicara keda menilai ada berbagai tantangan yang menghantui transformasi ekonomi hijauh di Indonesia yakni kemauan poltiik dari lembaga perwakilan rakyat serta pendanaan.

Salah satu contoh baik tentang transformasi ekonomi hijau ditampilkan oleh PT Pertamina (Persero). Fajriyah Usman, Vice President Social Responsibility PT Pertamina mengatakan, sejak 2021 pihaknya menjalankan kebijakan berkelanjutan.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Universitas Brown Kembalikan Lahan Bersejarah kepada Suku Indian Pokanoket

Brown University mengalihkan kepemilikan lahannya di Mount Hope kepada suku Pokanoket untuk menghormati warisan budaya dan sejarah leluhur mereka.

Context.id . 06 December 2024

Myanmar Menjadi Negara dengan Jumlah Korban Ranjau Darat Terbanyak

Laporan Landmine Monitor 2024 mencatat warga sipil, termasuk anak-anak, menanggung beban paling besar akibat ranjau darat

Context.id . 05 December 2024

Militer China Terus Memperbarui Senjata Hipersonik dan Elektromagnetiknya

China terus melakukan uji coba senjata kendaraan hipersonik dan elektromagnetiknya yang bisa melumpuhkan kawasan strategis musuh

Context.id . 04 December 2024

Bendung Dampak Perang Dagang Perusahaan China Merekrut Eksekutif Global

Serangan terhadap ekonomi China melalui perang tarif membuat perusahaan di Negeri Tirai Bambu ini mengambil strategi baru, merekrut eksekutif yang ...

Context.id . 04 December 2024