Share

Home Stories

Stories 11 Juli 2024

AS Siapkan Rudal Jarak Jauh di Jerman, Rusia Terancam?

Kehadiran rudal NATO di wilayah Eropa, khususnya Jerman membuat Rusia merasa terancam

Rudal milik NATO/ac.nato.int

Context.id, JAKARTA - Amerika Serikat berencanan menempatkan rudal penjelajah jarak jauh di Jerman  sebagai bentuk sikap NATO sekaligus pertahanan Eropa atas ancaman Rusia.

Dalam pernyataan bersama Amerika dan Jerman, disebutkan bahwa penempatan misil itu dinamakan pengerahan episodik dalam persiapan untuk penempatan jangka panjang sistem pertahanan NATO.

Mengutip Reuters, Kamis (11/7/2024), rudal-rudal yang akan ditempatkan mencakup Standart Missile-6 (SM-6), rudal jelajah Tomahawk dan pengembangan senjata hipersonik yang memiliki jangkauan lebih jauh.

Patut diketahui, rudal berbasis darat dengan jangkauan melebihi 500 kilometer dilarang hingga 2019 berdasarkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah yang ditandatangani oleh Mikhail Gorbachev dari Uni Soviet dan mantan Presiden AS Ronald Reagan pada 1987.

Hal ini menandai pertama kalinya kedua negara adidaya sepakat untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghilangkan seluruh kategori senjata.

Sejalan dengan para penandatangan, Jerman, Hongaria, Polandia, dan Republik Ceko menghancurkan rudal mereka pada dekade 1990an, yang kemudian disusul oleh Slovakia dan Bulgaria.

Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu pada 2019 karena Moskow  dinilai melanggar perjanjian tersebut, dengan alasan pengembangan rudal jelajah darat 9M729 yang diluncurkan oleh Rusia, yang dikenal di NATO sebagai SSC-8.

Adapun Kremlin berulang kali membantah tuduhan tersebut dan kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudal mereka sendiri yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF – rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500-5.500 km.

Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow harus melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek setelah Amerika Serikat membawa rudal serupa ke Eropa dan Asia.

Putin mengatakan Rusia telah berjanji untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut tetapi Amerika Serikat telah melanjutkan produksinya, membawanya ke Denmark untuk latihan dan juga membawanya ke Filipina.

Terkini, Rusia akan bertindak untuk melawan rencana penempatan rudal jarak jauh Amerika di Jerman. Hal ini karena negara itu menganggap tindakan aliansi militer NATO sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasionalnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan menegaskan langkah yang dilakukan NATO adalah menciptakan dan tetap mempertahankan konfrontasi.

“Ketegangan di benua Eropa meningkat sebagai akibatnya, dan kami sedang memperhatikan infrastruktur militer NATO yang semakin mendekat,” pungkasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 11 Juli 2024

AS Siapkan Rudal Jarak Jauh di Jerman, Rusia Terancam?

Kehadiran rudal NATO di wilayah Eropa, khususnya Jerman membuat Rusia merasa terancam

Rudal milik NATO/ac.nato.int

Context.id, JAKARTA - Amerika Serikat berencanan menempatkan rudal penjelajah jarak jauh di Jerman  sebagai bentuk sikap NATO sekaligus pertahanan Eropa atas ancaman Rusia.

Dalam pernyataan bersama Amerika dan Jerman, disebutkan bahwa penempatan misil itu dinamakan pengerahan episodik dalam persiapan untuk penempatan jangka panjang sistem pertahanan NATO.

Mengutip Reuters, Kamis (11/7/2024), rudal-rudal yang akan ditempatkan mencakup Standart Missile-6 (SM-6), rudal jelajah Tomahawk dan pengembangan senjata hipersonik yang memiliki jangkauan lebih jauh.

Patut diketahui, rudal berbasis darat dengan jangkauan melebihi 500 kilometer dilarang hingga 2019 berdasarkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah yang ditandatangani oleh Mikhail Gorbachev dari Uni Soviet dan mantan Presiden AS Ronald Reagan pada 1987.

Hal ini menandai pertama kalinya kedua negara adidaya sepakat untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka dan menghilangkan seluruh kategori senjata.

Sejalan dengan para penandatangan, Jerman, Hongaria, Polandia, dan Republik Ceko menghancurkan rudal mereka pada dekade 1990an, yang kemudian disusul oleh Slovakia dan Bulgaria.

Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu pada 2019 karena Moskow  dinilai melanggar perjanjian tersebut, dengan alasan pengembangan rudal jelajah darat 9M729 yang diluncurkan oleh Rusia, yang dikenal di NATO sebagai SSC-8.

Adapun Kremlin berulang kali membantah tuduhan tersebut dan kemudian memberlakukan moratorium terhadap pengembangan rudal mereka sendiri yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF – rudal balistik dan jelajah berbasis darat dengan jangkauan 500-5.500 km.

Pada akhir Juni, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow harus melanjutkan produksi rudal berkemampuan nuklir jarak menengah dan pendek setelah Amerika Serikat membawa rudal serupa ke Eropa dan Asia.

Putin mengatakan Rusia telah berjanji untuk tidak mengerahkan rudal-rudal tersebut tetapi Amerika Serikat telah melanjutkan produksinya, membawanya ke Denmark untuk latihan dan juga membawanya ke Filipina.

Terkini, Rusia akan bertindak untuk melawan rencana penempatan rudal jarak jauh Amerika di Jerman. Hal ini karena negara itu menganggap tindakan aliansi militer NATO sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasionalnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan menegaskan langkah yang dilakukan NATO adalah menciptakan dan tetap mempertahankan konfrontasi.

“Ketegangan di benua Eropa meningkat sebagai akibatnya, dan kami sedang memperhatikan infrastruktur militer NATO yang semakin mendekat,” pungkasnya.



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025

China Terus Mencoba Menyaingi Teknologi Cip AS

China terus memperkuat industri cipnya untuk menghadapi tekanan dari Amerika Serikat yang memboikot pengiriman cip ke Negeri Tirai Bambu itu

Renita Sukma . 06 October 2025

Sushila Karki, Perdana Menteri Perempuan Pertama di Nepal

Setelah meredanya gelombang protes di Nepal, Sushila Karki ditunjuk sebagai Perdana Menteri Sementara dan disebut menandakan tumbuhnya kepercayaan ...

Renita Sukma . 16 September 2025