Share

Home Stories

Stories 10 Juli 2024

Apa Sih Food Loss dan Food Waste yang Bikin Rugi Negara?

Indonesia berpotensi mengalami kerugian hingga Rp551 Triliun per tahun akibat tidak mengendalikan dampak food loss dan food waste.

Ilustrasi buang makanan/waste4change.com

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan soal dampak finansial susut dan sisa makanan atau dikenal dengan istilah food loss dan food waste.

Singkatnya, Indonesia berpotensi mengalami kerugian hingga Rp551 Triliun per tahun akibat tidak mengendalikan dampak food loss dan food waste

Potensi kerugian itu sama dengan 4-5% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Mengutip dari Bisnis, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan Indonesia perlu belajar dari banyak negara maju untuk mengintervensi penyelamatan food loss dan food waste, termasuk riset, teknologi, dan inovasi.

Namun sebenarnya, apa yang menjadi perbedaan mencolok antara food loss dan food waste?  

Merujuk kajian Food Loss and Waste di Indonesia (2021), food loss adalah penurunan jumlah pangan yang dihasilkan dari keputusan dan perbuatan penyuplai makanan dalam rantai makanan. 

Food loss terjadi dalam tiga tahapan. Pertama, produksi. Bisa berupa kehilangan karena kerusakan saat proses atau masa panen semisal perontokan saat diseleksi setelah panen. 

Kedua, pasca panen dan penyimpanan. Tahap ini terjadi karena tumpahan saat penanganan, penyimpanan, dan transportasi antara distribusi dan pertanian. 

Ketiga, pemrosesan dan pengemasan. Ini berkaitan dengan hilangnya pangan karena adanya gangguan proses yang tidak disengaja. 

Sementara food waste adalah penurunan jumlah pangan yang dihasilkan dari keputusan dan perbuatan pengecer, layanan makanan, dan konsumen. 

Food waste terjadi dalam dua tahap. Pertama, distribusi dan pemasaran. 

Proses ini terjadi saat pangan atau makanan hilang dan menghasilkan sampah yang terjadi dalam lingkup sebuah pasar seperti grosir, supermarket, pengecer, dan pasar tradisional. 

Kedua, konsumsi. Tahapan ini berimplikasi pada hilangnya pangan atau makanan yang terjadi dalam proses konsumsi baik di tingkat rumah tangga, restoran, atau katering. 

Food loss dapat disebabkan oleh beberapa hal, khususnya dalam tahap produksi, seperti proses panen dan pengemasan yang buruk, penyimpanan makanan yang tidak sesuai, dan keterbatasan infrastruktur yang memadai. 

Sedangkan food waste umumnya terjadi karena perilaku konsumen seperti saat makanan yang masih layak dimakan sengaja dibuang karena telah rusak, melewati tanggal kedaluwarsa, dibuang tanpa alasan, atau konsumen yang menuntut bentuk makanan yang sempurna. 

Untuk mengurangi dampak fatal yang muncul karena sampah makanan, upaya-upaya harus dilakukan di setiap tahapan mulai dari petani, pengolah makanan, supermarket, konsumen. 

Mengutip Move for Hunger, upaya sedini mungkin bisa dimulai dengan menyeimbangkan antara supply and demand. 

Selain itu ada juga upaya untuk mengembangkan proses panen, penyimpanan, dan distribusi yang baik. 

Kita bisa ikut serta dalam mengurangi food loss dan food waste dengan membeli makanan secukupnya, mengolah makanan yang tidak habis, disumbangkan atau mengubahnya menjadi pakan ternak atau pupuk. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 10 Juli 2024

Apa Sih Food Loss dan Food Waste yang Bikin Rugi Negara?

Indonesia berpotensi mengalami kerugian hingga Rp551 Triliun per tahun akibat tidak mengendalikan dampak food loss dan food waste.

Ilustrasi buang makanan/waste4change.com

Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan soal dampak finansial susut dan sisa makanan atau dikenal dengan istilah food loss dan food waste.

Singkatnya, Indonesia berpotensi mengalami kerugian hingga Rp551 Triliun per tahun akibat tidak mengendalikan dampak food loss dan food waste

Potensi kerugian itu sama dengan 4-5% produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Mengutip dari Bisnis, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan Indonesia perlu belajar dari banyak negara maju untuk mengintervensi penyelamatan food loss dan food waste, termasuk riset, teknologi, dan inovasi.

Namun sebenarnya, apa yang menjadi perbedaan mencolok antara food loss dan food waste?  

Merujuk kajian Food Loss and Waste di Indonesia (2021), food loss adalah penurunan jumlah pangan yang dihasilkan dari keputusan dan perbuatan penyuplai makanan dalam rantai makanan. 

Food loss terjadi dalam tiga tahapan. Pertama, produksi. Bisa berupa kehilangan karena kerusakan saat proses atau masa panen semisal perontokan saat diseleksi setelah panen. 

Kedua, pasca panen dan penyimpanan. Tahap ini terjadi karena tumpahan saat penanganan, penyimpanan, dan transportasi antara distribusi dan pertanian. 

Ketiga, pemrosesan dan pengemasan. Ini berkaitan dengan hilangnya pangan karena adanya gangguan proses yang tidak disengaja. 

Sementara food waste adalah penurunan jumlah pangan yang dihasilkan dari keputusan dan perbuatan pengecer, layanan makanan, dan konsumen. 

Food waste terjadi dalam dua tahap. Pertama, distribusi dan pemasaran. 

Proses ini terjadi saat pangan atau makanan hilang dan menghasilkan sampah yang terjadi dalam lingkup sebuah pasar seperti grosir, supermarket, pengecer, dan pasar tradisional. 

Kedua, konsumsi. Tahapan ini berimplikasi pada hilangnya pangan atau makanan yang terjadi dalam proses konsumsi baik di tingkat rumah tangga, restoran, atau katering. 

Food loss dapat disebabkan oleh beberapa hal, khususnya dalam tahap produksi, seperti proses panen dan pengemasan yang buruk, penyimpanan makanan yang tidak sesuai, dan keterbatasan infrastruktur yang memadai. 

Sedangkan food waste umumnya terjadi karena perilaku konsumen seperti saat makanan yang masih layak dimakan sengaja dibuang karena telah rusak, melewati tanggal kedaluwarsa, dibuang tanpa alasan, atau konsumen yang menuntut bentuk makanan yang sempurna. 

Untuk mengurangi dampak fatal yang muncul karena sampah makanan, upaya-upaya harus dilakukan di setiap tahapan mulai dari petani, pengolah makanan, supermarket, konsumen. 

Mengutip Move for Hunger, upaya sedini mungkin bisa dimulai dengan menyeimbangkan antara supply and demand. 

Selain itu ada juga upaya untuk mengembangkan proses panen, penyimpanan, dan distribusi yang baik. 

Kita bisa ikut serta dalam mengurangi food loss dan food waste dengan membeli makanan secukupnya, mengolah makanan yang tidak habis, disumbangkan atau mengubahnya menjadi pakan ternak atau pupuk. 

Kontributor: Fadlan Priatna



Penulis : Context.id

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Bahasa Inggris, Tiket ke Panggung Global

Keinginan masyarakat Indonesia untuk menembus dunia kerja dan pendidikan global terus meningkat. Namun satu hal mendasar justru tertinggal, kemamp ...

Renita Sukma . 27 May 2025

Soeharto Tetap Membayangi Meskipun Sudah 27 Tahun Lengser

Dua puluh tujuh tahun setelah Soeharto mengakhiri 32 tahun kekuasaannya, Indonesia kembali bergulat dengan warisan Orde Baru

Renita Sukma . 26 May 2025

Ketika Google AI Jadi Penata Gaya Kostum Pribadi

Bosan menebak-nebak apakah jaket baru itu bakal cocok dengan bentuk badanmu? Google punya jawabannya dan jawabannya bukan coba-coba, tapi algoritma.

Renita Sukma . 22 May 2025

Bioskop Tua dan Jejak Politik yang Tak Pernah Usai

Bagi Yosep Anggi Noen, gedung bioskop bukan sekadar tempat memutar film, tapi ruang yang menjadi saksi propaganda rezim dan ruang tarik ulur suara ...

Renita Sukma . 21 May 2025