Stories - 17 May 2024

Miliarder Beli Klub Eropa, Ada Pengaruh ke Sepak Bola Indonesia?

Deretan pengusaha kakap Tanah Air miliki saham mayoritas di klub-klub sepak bola luar negeri


Konferensi pers perkenalan pemegang saham baru Lecce di Via del Mare Stadium, Jumat (28/5/2022). CEO Emtek, Alvin Sariaatmadja menjadi bagian pemegang saham/ Dok. Lecce

Context.id, JAKARTA - Beberapa miliarder Indonesia memiliki saham pada sejumlah klub sepak bola di Eropa. Apakah hal ini berkorelasi dengan peningkatan prestasi Indonesia di bidang bola sepak?

Yang paling fenomenal saat ini adalah grup Djarum, melalui anak usahanya SENT Entertainment LTD, mengakuisisi Como 1907, sebuah klub sepak bola Italia yang kala itu tengah tertatih-taih di Serie C.

Kini pada 2024, Como berhasil mengamankan satu tiket promosi ke Serie A. Prestasi yang luar biasa bukan?

Orang Indonesia yang berinvestasi pada klub sepak bola lainnya adalah Santini Group, perusahaan Indonesia yang dimiliki oleh Wandi, Lukito, dan Paulus Wanandi. Mereka membeli saham mayoritas klub League One Inggris, Tranmere Rovers pada 2019 silam.  

Adapun Bakrie Group yang dulu pernah memiliki klub Pelita Jaya, kemudian saat ini Persija, juga memiliki saham pada klub Brisbane Roar di Australia.

Selain itu, jangan dilupakan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Eric Thohir, memiliki saham di Oxford United bersama Anindya Bakrie.

Grup Bakrie sebelumnya juga pernah memiliki saham klub CS Visse di Belgia. Adapun Erich Thohir sebelumnya memiliki saham di klub sepak bola Inter Milan dan DC United.

Terakhir, kembali ke Liga Italia, sebuah konsorsium yang dibentuk oleh orang-orang Indonesia, membeli saham klub Serie A, Lecce.

Konsorsium itu dibentuk oleh Boris Collardi, Pascal Picci, dan CEO Emtek Alvin Sariaatmadja.Berdasarkan catatan dari berbagai sumber, biasanya klub sepakbola yang dibeli oleh pengusaha Indonesia kerap merekrut pemain atau pelatih asal Indonesia.

Tujuannya untuk meningkatkan pengalaman berlaga di kompetisi Eropa yang terkenal ketat.

Ambil misal seperti CS Visse dulu merekrut beberapa pemain lulusan SAD Indonesia yang berguru di Urugay, salah satunya adalah pemain nasional Alfin Tuasalamony.

DC United, pernah merekrut Syamsir Alam, pemain yang juga lulusan SAD Indonesia di urugay, dan digadang-gadangkan sebagai wonderkid Indonesia.

Saat ini, Como merekrut mantan pemain nasional, Kurniawan Dwi Yulianto sebagai salah satu jajaran pelatih di klub tersebut.

Dia bahu membahu bersama mantan bintang sepak bola Cesc Fabregas, turut membangun fondasi sepak bola di Como yang membuat klub itu bisa melanggeng ke kasta kompetisi tertinggi di Serie A.

Lalu, apakah kepemilikan saham pengusaha asal Indonesia di klub bola raksas di Eropa, mampu memajukan sepak bola Tanah Air? 

Adakah mereka akan merekrut talenta-talenta muda Tanah Air untuk dilatih atau ikut pembinaan di klub mereka?

Kita tunggu saja jawabannya!


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024