Sampah Plastik di Indonesia Menggunung, Apa Solusinya?
Tahukah kamu, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia?
Context.id, JAKARTA - Limbah plastik sudah menjadi masalah klasik di setiap belahan dunia. Di Indonesia sendiri, limbah plastik sudah ada sebanyak 7,8 juta ton per tahun, atau sekitar 105 ton dalam sehari, yang jika dihitung beratnya sama dengan 15.000 ekor gajah.
Jumlah sampah yang begitu banyak ini juga menimbulkan banyaknya dampak negatif. Mulai dari kematian biota laut, masuknya plastik mikro ke dalam tubuh, hingga meningkatnya jumlah emisi di udara.
Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya untuk mengurangi dampak buruk dari limbah plastik ini. Seperti membuat peraturan, target pemotongan limbah plastik, larangan penggunaan plastik, hingga penerapan cukai kantong plastik.
Namun, dari semua upaya tersebut, belum ada satupun yang benar-benar optimal. Pada periode 2018-2020 sampah laut Indonesia baru turun sekitar 15 persen dan untuk 2021 diperkirakan baru turun hingga 28 persen.
Beruntung, beberapa organisasi, perusahaan, dan UMKM sudah mulai mendaur ulang plastik, baik secara kecil-kecilan maupun secara masif. Karena limbah plastik yang diolah menjadi butiran kecil ternyata dapat disulap menjadi berbagai barang baru, seperti plastik baru, baju, tas, spare part mobil, hingga kursi.
Namun, industri ini masih belum dikembangkan secara masif karena terkendala biaya. Menurut sebuah firma pendanaan, dibutuhkan biaya sekitar 2.925-11.700 triliun rupiah untuk membangun satu industri daur ulang. Selain itu, bahan baku daur ulang yang paling umum digunakan ternyata juga masih sangat terbatas stoknya.
Sehingga, produsen membeli plastik bekas dari luar negeri, karena memang harga plastik bekas di luar negeri jauh lebih murah. Padahal, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.
RELATED ARTICLES
Sampah Plastik di Indonesia Menggunung, Apa Solusinya?
Tahukah kamu, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia?
Context.id, JAKARTA - Limbah plastik sudah menjadi masalah klasik di setiap belahan dunia. Di Indonesia sendiri, limbah plastik sudah ada sebanyak 7,8 juta ton per tahun, atau sekitar 105 ton dalam sehari, yang jika dihitung beratnya sama dengan 15.000 ekor gajah.
Jumlah sampah yang begitu banyak ini juga menimbulkan banyaknya dampak negatif. Mulai dari kematian biota laut, masuknya plastik mikro ke dalam tubuh, hingga meningkatnya jumlah emisi di udara.
Pemerintah sebenarnya sudah melakukan upaya untuk mengurangi dampak buruk dari limbah plastik ini. Seperti membuat peraturan, target pemotongan limbah plastik, larangan penggunaan plastik, hingga penerapan cukai kantong plastik.
Namun, dari semua upaya tersebut, belum ada satupun yang benar-benar optimal. Pada periode 2018-2020 sampah laut Indonesia baru turun sekitar 15 persen dan untuk 2021 diperkirakan baru turun hingga 28 persen.
Beruntung, beberapa organisasi, perusahaan, dan UMKM sudah mulai mendaur ulang plastik, baik secara kecil-kecilan maupun secara masif. Karena limbah plastik yang diolah menjadi butiran kecil ternyata dapat disulap menjadi berbagai barang baru, seperti plastik baru, baju, tas, spare part mobil, hingga kursi.
Namun, industri ini masih belum dikembangkan secara masif karena terkendala biaya. Menurut sebuah firma pendanaan, dibutuhkan biaya sekitar 2.925-11.700 triliun rupiah untuk membangun satu industri daur ulang. Selain itu, bahan baku daur ulang yang paling umum digunakan ternyata juga masih sangat terbatas stoknya.
Sehingga, produsen membeli plastik bekas dari luar negeri, karena memang harga plastik bekas di luar negeri jauh lebih murah. Padahal, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.
POPULAR
RELATED ARTICLES