Politik Gentong Babi, Praktik Kecurangan Pilpres 2024
Praktik politik gentong babi ini sengaja digunakan oleh seseorang untuk membantu memenangkan salah satu paslon dalam kontestasi politik
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini kubu pasangan calon (paslon) 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ramai-ramai membahas mengenai Politik Gentong Babi atau Pork Barrel Politics yang terjadi dalam Pemilu 2024 lalu saat sidang sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Kubu paslon 01 menduga jika praktik politik gentong babi ini sengaja digunakan oleh seseorang untuk membantu memenangkan salah satu paslon dalam kontestasi politik 5 tahun sekali itu.
Melansir Bisnis, ekonom senior dan juga tim ahli kubu paslon 01 Faisal Basri menyatakan jika dalam Pemilu 2024 terdapat praktik politik gentong babi yang digunakan untuk membantu memenangkan paslon 02 pada Pemilu bulan Februari lalu.
Faisal juga mengatakan jika keadaan negara saat ini membuat para elit mulai memfasilitasi dan memanfaatkan program bantuan sosial atau bansos untuk memperoleh suara yang tinggi di salah satu paslon.
“Jadi Gentong Babi ini mengacu pada praktik yang dilakukan oleh para politisi yang berkedudukan tinggi di pemerintahan pusat yang mampu menggelontorkan uang lebih besar agar menarik para pemilih sehingga dia terpilih lagi untuk memimpin,” ucap Faisal, seperti dikutip dari Youtube Mahkamah Konstitusi, Rabu, (3/4).
BACA JUGA
Tak hanya itu, dia juga menekankan jika penggunaan pork barrel politics lewat bansos secara efektif mampu mempengaruhi dari segi kualitatif maupun kuantitatif bagi para penggelontor dana.
Terlebih lagi jika dilaksanakan di negara-negara berkembang dengan penghasilan rendah dan rentan mengalami kemiskinan ekstrim.
“Secara umum pork barrel atau gentong babi di negara-negara berkembang wujudnya berbeda, karena pendapatannya masih rendah. Angka kemiskinan tinggi di Indonesia, penduduk miskin ekstrem, nyaris miskin, rentan miskin, itu kira-kira hampir separuh dari penduduk,” kata Faisal, seperti dikutip, Rabu, (3/4).
Apa Itu Politik Gentong Babi?
Melansir Context.id, Pork Barrel Politic atau Politik Gentong Babi adalah sebuah usaha yang dilakukan para elit ataupun calon pemimpin dengan menggelontorkan dana dengan tujuan tertentu.
Adapun yang berkaitan dengan pemilu biasanya skema ini digunakan untuk mendapatkan jumlah suara yang lebih tinggi daripada pesaingnya dan menjabat kembali untuk periode-periode selanjutnya.
Politik Gentong Babi biasanya dilakukan dengan cara memberikan atau mengalokasi sejumlah dana insentif atau bansos lainnya kepada masyarakat agar mereka memilih paslon yang sudah disepakati sebelumnya.
Kendati demikian, biasanya para elit dan calon pemimpin menggunakan sumber dana milik negara untuk melakukan praktik politik tersebut tanpa ada rasa malu untuk tetap melanggengkan kekuasaan dan pengaruhnya.
“Pork barrel itu sebetulnya metafora dari menggelontorkan uang, celengan juga kan simbolnya biasanya babi, gitu,” ucap Faisal.
Penulis: Candra Soemirat
RELATED ARTICLES
Politik Gentong Babi, Praktik Kecurangan Pilpres 2024
Praktik politik gentong babi ini sengaja digunakan oleh seseorang untuk membantu memenangkan salah satu paslon dalam kontestasi politik
Context.id, JAKARTA - Baru-baru ini kubu pasangan calon (paslon) 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ramai-ramai membahas mengenai Politik Gentong Babi atau Pork Barrel Politics yang terjadi dalam Pemilu 2024 lalu saat sidang sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Kubu paslon 01 menduga jika praktik politik gentong babi ini sengaja digunakan oleh seseorang untuk membantu memenangkan salah satu paslon dalam kontestasi politik 5 tahun sekali itu.
Melansir Bisnis, ekonom senior dan juga tim ahli kubu paslon 01 Faisal Basri menyatakan jika dalam Pemilu 2024 terdapat praktik politik gentong babi yang digunakan untuk membantu memenangkan paslon 02 pada Pemilu bulan Februari lalu.
Faisal juga mengatakan jika keadaan negara saat ini membuat para elit mulai memfasilitasi dan memanfaatkan program bantuan sosial atau bansos untuk memperoleh suara yang tinggi di salah satu paslon.
“Jadi Gentong Babi ini mengacu pada praktik yang dilakukan oleh para politisi yang berkedudukan tinggi di pemerintahan pusat yang mampu menggelontorkan uang lebih besar agar menarik para pemilih sehingga dia terpilih lagi untuk memimpin,” ucap Faisal, seperti dikutip dari Youtube Mahkamah Konstitusi, Rabu, (3/4).
BACA JUGA
Tak hanya itu, dia juga menekankan jika penggunaan pork barrel politics lewat bansos secara efektif mampu mempengaruhi dari segi kualitatif maupun kuantitatif bagi para penggelontor dana.
Terlebih lagi jika dilaksanakan di negara-negara berkembang dengan penghasilan rendah dan rentan mengalami kemiskinan ekstrim.
“Secara umum pork barrel atau gentong babi di negara-negara berkembang wujudnya berbeda, karena pendapatannya masih rendah. Angka kemiskinan tinggi di Indonesia, penduduk miskin ekstrem, nyaris miskin, rentan miskin, itu kira-kira hampir separuh dari penduduk,” kata Faisal, seperti dikutip, Rabu, (3/4).
Apa Itu Politik Gentong Babi?
Melansir Context.id, Pork Barrel Politic atau Politik Gentong Babi adalah sebuah usaha yang dilakukan para elit ataupun calon pemimpin dengan menggelontorkan dana dengan tujuan tertentu.
Adapun yang berkaitan dengan pemilu biasanya skema ini digunakan untuk mendapatkan jumlah suara yang lebih tinggi daripada pesaingnya dan menjabat kembali untuk periode-periode selanjutnya.
Politik Gentong Babi biasanya dilakukan dengan cara memberikan atau mengalokasi sejumlah dana insentif atau bansos lainnya kepada masyarakat agar mereka memilih paslon yang sudah disepakati sebelumnya.
Kendati demikian, biasanya para elit dan calon pemimpin menggunakan sumber dana milik negara untuk melakukan praktik politik tersebut tanpa ada rasa malu untuk tetap melanggengkan kekuasaan dan pengaruhnya.
“Pork barrel itu sebetulnya metafora dari menggelontorkan uang, celengan juga kan simbolnya biasanya babi, gitu,” ucap Faisal.
Penulis: Candra Soemirat
POPULAR
RELATED ARTICLES