Share

Home Stories

Stories 16 Februari 2024

TikTok Jawara Hoax Pemilu

TikTok jadi jawara persebaran konten hoaks terkait Pemilu 2024.

Ilustrasi Hoax TikTok - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - TikTok jadi jawara persebaran konten hoaks terkait Pemilu 2024. Dari total konten hoaks, sebanyak 65% didistribusikan via TikTok, Facebook 19%, X 13%, dan Youtube 3%.

Tren ini berbeda dengan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) periode 19 Januari – 27 Oktober 2023. Sebanyak 86% dari total 526 konten hoaks didistribusikan melalui Facebook.

News Data Analytics Binokular (Newstensity) menjelaskan terdapat 31 postingan hoaks yang menyumbang sebanyak 18.951 interaksi pengguna media sosial dan ditonton sebanyak 776.997 kali.

“Secara umum informasi hoaks awalnya muncul di media sosial dan diamplifikasi dalam pemberitaan media konvensional,” kata Manajer News Data Analytics Binokular (Newstensity) Nicko Mardiansyah dalam keterangan tertulis yang dikutip, Jumat (16/2/2024).

Berdasarkan pantauan di media massa online, print, dan elektronik, terdapat 3 top tren hoaks (berita bohong).

Pertama, hasil perhitungan suara di luar negeri sudah keluar. Isu ini keluar pada rentang 8-11 Februari 2024 sebanyak 115 artikel (berita klarifikasi) dengan puncak pemberitaan pada 9 Februari.

Secara umum, validitas informasi klarifikasi bersumber dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI).

Isu serupa juga muncul di media sosial terutama dalam bentuk konten video yang menunjukkan hasil perhitungan suara Pemilihan Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2024 di luar negeri, yakni di Malaysia dan Taiwan.



Kedua, KPU tak lagi keluarkan undangan fisik untuk mencoblos yang mulai diberitakan dalam periode 6-11 Februari 2024 sebanyak 22 artikel (berita klarifikasi) dengan puncak pemberitaan pada 8 Februari 2024.

Dominan diberitakan oleh media online, perihal konten hoaks ini sama dengan isu pertama, yakni mayoritas informasi bersumber dari KPU RI dan KPU Daerah.

Isu di atas didistribusikan di media sosial sebanyak 34 postingan dengan 2.543 engagement dan ditonton sebanyak 167.371 kali.

Ketiga, Prabowo-Gibran di surat suara menjadi nomor 3 muncul sejak tanggal 3-7 Februari 2024 sebanyak 22 artikel.

Terdapat 5 berita dengan kekacauan informasi jenis disinformasi yang beredar mulai 3 Februari 2024, dan 17 berita yang mengklarifikasi disinformasi tersebut. Pemberitaan jenis klarifikasi mulai beredar sejak 4 Februari 2024.

Diketahui, isu ini mencatat 11 postingan, mencatat engagement sebesar 563 dan ditonton sebanyak 1.131.104 kali. TikTok menjadi platform dominan penyebaran konten (73%), diikuti Twitter/X (18%), dan Instagram (9%).



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Home Stories

Stories 16 Februari 2024

TikTok Jawara Hoax Pemilu

TikTok jadi jawara persebaran konten hoaks terkait Pemilu 2024.

Ilustrasi Hoax TikTok - Puspa Larasati

Context.id, JAKARTA - TikTok jadi jawara persebaran konten hoaks terkait Pemilu 2024. Dari total konten hoaks, sebanyak 65% didistribusikan via TikTok, Facebook 19%, X 13%, dan Youtube 3%.

Tren ini berbeda dengan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) periode 19 Januari – 27 Oktober 2023. Sebanyak 86% dari total 526 konten hoaks didistribusikan melalui Facebook.

News Data Analytics Binokular (Newstensity) menjelaskan terdapat 31 postingan hoaks yang menyumbang sebanyak 18.951 interaksi pengguna media sosial dan ditonton sebanyak 776.997 kali.

“Secara umum informasi hoaks awalnya muncul di media sosial dan diamplifikasi dalam pemberitaan media konvensional,” kata Manajer News Data Analytics Binokular (Newstensity) Nicko Mardiansyah dalam keterangan tertulis yang dikutip, Jumat (16/2/2024).

Berdasarkan pantauan di media massa online, print, dan elektronik, terdapat 3 top tren hoaks (berita bohong).

Pertama, hasil perhitungan suara di luar negeri sudah keluar. Isu ini keluar pada rentang 8-11 Februari 2024 sebanyak 115 artikel (berita klarifikasi) dengan puncak pemberitaan pada 9 Februari.

Secara umum, validitas informasi klarifikasi bersumber dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI).

Isu serupa juga muncul di media sosial terutama dalam bentuk konten video yang menunjukkan hasil perhitungan suara Pemilihan Presiden-Wakil Presiden (Pilpres) 2024 di luar negeri, yakni di Malaysia dan Taiwan.



Kedua, KPU tak lagi keluarkan undangan fisik untuk mencoblos yang mulai diberitakan dalam periode 6-11 Februari 2024 sebanyak 22 artikel (berita klarifikasi) dengan puncak pemberitaan pada 8 Februari 2024.

Dominan diberitakan oleh media online, perihal konten hoaks ini sama dengan isu pertama, yakni mayoritas informasi bersumber dari KPU RI dan KPU Daerah.

Isu di atas didistribusikan di media sosial sebanyak 34 postingan dengan 2.543 engagement dan ditonton sebanyak 167.371 kali.

Ketiga, Prabowo-Gibran di surat suara menjadi nomor 3 muncul sejak tanggal 3-7 Februari 2024 sebanyak 22 artikel.

Terdapat 5 berita dengan kekacauan informasi jenis disinformasi yang beredar mulai 3 Februari 2024, dan 17 berita yang mengklarifikasi disinformasi tersebut. Pemberitaan jenis klarifikasi mulai beredar sejak 4 Februari 2024.

Diketahui, isu ini mencatat 11 postingan, mencatat engagement sebesar 563 dan ditonton sebanyak 1.131.104 kali. TikTok menjadi platform dominan penyebaran konten (73%), diikuti Twitter/X (18%), dan Instagram (9%).



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Dominasi Google di Internet Mendapat Tantangan

Kagi mencoba melawan dominasi Google sebagai mesin pencari nomor satu. Mungkinkah berhasil?

Noviarizal Fernandez . 09 April 2025

Microsoft di Usia Setengah Abad: Dari Windows ke AI

Model bisnis yang dibangun oleh Bill Gates dan Paul Allen tetap menjadi fondasi Microsoft hingga kini ditambah cara beradaptasi dengan zaman

Context.id . 08 April 2025

Tarif Trump dan Harga Gadget Anda

Ketika politik perdagangan mengancam harga konsol gim, smartphone, dan laptop

Context.id . 07 April 2025

Bank Digital Bantu Gen Z Menabung atau Justru Makin Boros?

Bank digital mempermudah transaksi, tapi tanpa disiplin finansial, kemudahan itu bisa jadi jebakan konsumtif.

Renita Sukma . 30 March 2025