Share

Stories 15 Februari 2024

Jastip Obat dari Negeri Jiran

Bukan hanya pelesir dan berobat ke negeri seberang saja yang disukai warga 62 , tapi juga berburu atau nitip obat-obatan paten. Kenapa?

Ilustrasi Jastip Obat - Jihan Aldiza

Context.id, JAKARTA - Bisnis jasa titipan alias jastip sedang ngetren akhir-akhir ini, untuk berbagai produk tak terkecuali obat paten.

Bukan hanya warga Indonesia yang gemar melakukan ini, warga Singapura juga ternyata sama. Warga Negeri Singa itu gemar menitip untuk dibelikan obat paten jika ada kerabatnya yang berkunjung ke Malaysia.

Kenapa Malaysia? Apakah obat di sana lebih bagus? Ternyata bukan soal itu.

Tapi ini lebih soa harga. Iya harga. Jadi harga obat paten di Malaysia bisa lebih murah sampai 50% dibandingkan harga obat di Singapura.

Mengapa itu bisa terjadi? Karena persaingan yang ketat di industri dan ritel obat di Malaysia membuat harga obat paten di sana banting-bantingan harga.

Selain itu, di setiap jalan utama di Malaysia, kita juga bisa menemukan 3-5 apotek yang membuat mereka saling bersaing memasang harga yang murah.

Nah, kalau warga Indonesia bukan hanya senang pelesir ke Malaysia dan Singapura, tapi juga berobat sekaligus membeli obat dari sana.

Sama seperti alasan warga Singapura, selain kualitas kedokteran di Malaysia yang katanya lebih baik dari Indonesia dan juga obatnya lebih miring harganya.

Sebenarnya fenomena ini sudah menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Tahun lalu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin sudah menyinggung ini.

Menurut Budi,  jastip obat marak terjadi lantaran harga sejumlah obat di Indonesia konon lebih mahal ketimbang di Malaysia.

Padahal pemerintah, tuturnya, sudah menggelontorkan anggaran puluhan triliun untuk pengadaan obat-obatan.

Karena itu, ia meminta sejumlah perhimpunan dokter onkologi hingga jantung membuka detail daftar obat yang ternyata lebih mahal di Indonesia.

Kementerian Kesehatan menyatakan,  ada sejumlah aspek negatif jika mengakses obat-obatan yang berasal dari luar negeri. Salah satunya adalah tidak ada jaminan keamanan.

Bisa jadi obat yang diperoleh melalui jastip itu palsu dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab di kemudian hari.

"Pak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah menyatakan hati-hati, siapa yang tanggung keamanannya, siapa yang tahu obat itu ternyata palsu, dan lainnya," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Karena tidak ada jaminan keamanan, tentu saja jastip obat dinilai ilegal. Menurut Nadia, obat jastip tergolong sebagai obat ilegal lantaran tidak ada jaminan kemanan dan tidak memberikan pajak resmi dari pemerintah.

Karena tidak dipajaki, fenomena jastip muncul. Sebab, obat yang dari luar negeri dianggap lebih murah. Selain itu obat tersebut memang tidak tersedia di dalam negeri.

Dia melanjutkan, obat dari luar negeri pada dasarnya boleh dikonsumsi dengan ketentuan memenuhi kebutuhan dari pembelinya atau kepentingan pribadi. Obat, tuturnya, boleh untuk kepentingan sendiri, bukan untuk diperdagangkan.

Dia melanjutkan, salah satu daerah yang kerap menjadi areal jastip obat adalah Sumatra Utara dan Kalimantan.

Menurutnya, transaksi jastip obat dari luar negeri ke Kota Medan jauh lebih murah sekitar 5-15%. Adapun salah satu obat yang banyak dibeli dari luar negeri adalah obat pemulihan kanker karena di Indonesia di Indonesia masih sangat terbatas.

"Misalnya, Yayasan Kanker yang banyak mengurus anak dengan kanker, boleh tidak mendaftarkan obat ini bisa masuk, nah itu belum diatur di Indonesia]," pungkasnya.

Karena memiliki beberapa aspek yang cenderung negatif, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk membeli obat dari sumber terpercaya



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 15 Februari 2024

Jastip Obat dari Negeri Jiran

Bukan hanya pelesir dan berobat ke negeri seberang saja yang disukai warga 62 , tapi juga berburu atau nitip obat-obatan paten. Kenapa?

Ilustrasi Jastip Obat - Jihan Aldiza

Context.id, JAKARTA - Bisnis jasa titipan alias jastip sedang ngetren akhir-akhir ini, untuk berbagai produk tak terkecuali obat paten.

Bukan hanya warga Indonesia yang gemar melakukan ini, warga Singapura juga ternyata sama. Warga Negeri Singa itu gemar menitip untuk dibelikan obat paten jika ada kerabatnya yang berkunjung ke Malaysia.

Kenapa Malaysia? Apakah obat di sana lebih bagus? Ternyata bukan soal itu.

Tapi ini lebih soa harga. Iya harga. Jadi harga obat paten di Malaysia bisa lebih murah sampai 50% dibandingkan harga obat di Singapura.

Mengapa itu bisa terjadi? Karena persaingan yang ketat di industri dan ritel obat di Malaysia membuat harga obat paten di sana banting-bantingan harga.

Selain itu, di setiap jalan utama di Malaysia, kita juga bisa menemukan 3-5 apotek yang membuat mereka saling bersaing memasang harga yang murah.

Nah, kalau warga Indonesia bukan hanya senang pelesir ke Malaysia dan Singapura, tapi juga berobat sekaligus membeli obat dari sana.

Sama seperti alasan warga Singapura, selain kualitas kedokteran di Malaysia yang katanya lebih baik dari Indonesia dan juga obatnya lebih miring harganya.

Sebenarnya fenomena ini sudah menjadi perhatian Kementerian Kesehatan. Tahun lalu Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin sudah menyinggung ini.

Menurut Budi,  jastip obat marak terjadi lantaran harga sejumlah obat di Indonesia konon lebih mahal ketimbang di Malaysia.

Padahal pemerintah, tuturnya, sudah menggelontorkan anggaran puluhan triliun untuk pengadaan obat-obatan.

Karena itu, ia meminta sejumlah perhimpunan dokter onkologi hingga jantung membuka detail daftar obat yang ternyata lebih mahal di Indonesia.

Kementerian Kesehatan menyatakan,  ada sejumlah aspek negatif jika mengakses obat-obatan yang berasal dari luar negeri. Salah satunya adalah tidak ada jaminan keamanan.

Bisa jadi obat yang diperoleh melalui jastip itu palsu dan tidak ada yang bisa dimintai tanggung jawab di kemudian hari.

"Pak Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah menyatakan hati-hati, siapa yang tanggung keamanannya, siapa yang tahu obat itu ternyata palsu, dan lainnya," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.

Karena tidak ada jaminan keamanan, tentu saja jastip obat dinilai ilegal. Menurut Nadia, obat jastip tergolong sebagai obat ilegal lantaran tidak ada jaminan kemanan dan tidak memberikan pajak resmi dari pemerintah.

Karena tidak dipajaki, fenomena jastip muncul. Sebab, obat yang dari luar negeri dianggap lebih murah. Selain itu obat tersebut memang tidak tersedia di dalam negeri.

Dia melanjutkan, obat dari luar negeri pada dasarnya boleh dikonsumsi dengan ketentuan memenuhi kebutuhan dari pembelinya atau kepentingan pribadi. Obat, tuturnya, boleh untuk kepentingan sendiri, bukan untuk diperdagangkan.

Dia melanjutkan, salah satu daerah yang kerap menjadi areal jastip obat adalah Sumatra Utara dan Kalimantan.

Menurutnya, transaksi jastip obat dari luar negeri ke Kota Medan jauh lebih murah sekitar 5-15%. Adapun salah satu obat yang banyak dibeli dari luar negeri adalah obat pemulihan kanker karena di Indonesia di Indonesia masih sangat terbatas.

"Misalnya, Yayasan Kanker yang banyak mengurus anak dengan kanker, boleh tidak mendaftarkan obat ini bisa masuk, nah itu belum diatur di Indonesia]," pungkasnya.

Karena memiliki beberapa aspek yang cenderung negatif, Kemenkes mengimbau masyarakat untuk membeli obat dari sumber terpercaya



Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Apakah Asteroid yang Kaya Logam Mulia Ribuan Triliun Dolar Bisa Ditambang?

Sebuah wahana antariksa sedang dalam perjalanan menuju sebuah asteroid yang mungkin mengandung logam berharga senilai sekitar US 100 ribu kuadrili ...

Context.id . 22 November 2024

Sertifikasi Halal Perkuat Daya Saing Produk Dalam Negeri

Sertifikasi halal menjadi salah satu tameng bagi pengusaha makanan dan minuman dari serbuan produk asing.

Noviarizal Fernandez . 22 November 2024

Paus Fransiskus Bakal Kanonisasi Carlo Acutis, Santo Millenial Pertama

Paus Fransiskus akan mengkanonisasi Carlo Acutis pada 27 April 2025, menjadikannya santo millenial pertama dan simbol kesatuan iman dengan dunia d ...

Context.id . 22 November 2024

Benar-benar Komedi, Pisang Dilakban Bisa Dilelang hingga Rp98,8 Miliar

Karya seni konseptual pisang karya Maurizio Cattelan, \"Comedian,\" saat dilelang di rumah lelang Sotheby’s jatuh ke tangan seorang pengusaha kr ...

Context.id . 22 November 2024