Pulau Galang, Tempat Penampungan Pengungsi?
Wakil Presiden RI Ma ruf Amin membuka opsi Pulau Galang sebagai tempat menampung pengungsi Rohingya, mengulang sejarah menampung pengungsi Vietnam.
Context.id, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin membuka peluang menjadikan Pulau Galang, Kota Batam, Provinsi Riau sebagai lokasi penempatan pengungsi Rohingya. Pasalnya, pulau tersebut pernah digunakan untuk menampung pengungsi asal Vietnam beberapa puluh tahun silam.
Hal itu dikatakan Ma'ruf kepada wartawan seusai membuka penyelenggaraan UI Industrial-Government (I-GOV) Expo 2023, Kamis (7/12/2023). Dalam kesempatan itu, Ma'ruf mengingatkan masalah pengungsi Rohingya sebagai masalah kemanusiaan yang mesti diatasi bersama.
Ia mengungkapkan pengungsi Rohingya tidak mungkin ditolak. Namun sebelum ditampung, tambahnya, pemerintah Indonesia tentu perlu menyiapkan berbagai antisipasi. Baginya, ini penting agar tidak menimbulkan beban di kemudian hari bagi Indonesia, baik dari sisi negara ataupun masyarakat.
Namun, ide Ma'ruf itu ditolak oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang mengatakan Pulau Galang tidak akan dijadikan lokasi untuk menampung para pengungsi Rohingya.
Mahfud tidak menjelaskan alasan kenapa Pulau Galang tidak bisa dijadikan penampungan. Hanya saja, Kemenkopolhukam nantinya akan membicarakan masalah ini dengan pemerintah provinsi Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Riau.
"Ndak (pengungsi Rohingya di pulau Galang), justru jangan sampai seperti Pulau Galang. Forkopimda tiga provinsi, Aceh, Sumatra Utara, dan Riau akan dikoordinir oleh Menteri Dalam Negeri untuk membicarakan itu," ujar Mahfud MD seperti yang dikutip dari Antara.
Per Senin, 4 Desember 2023, jumlah warga Rohingya yang menjadi pengungsi di Indonesia sudah mencapai 1.487 orang. Masyarakat di Aceh, Riau, dan Medan sebagian besar menolak kedatangan pengungsi Rohingya lagi.
Pulau Galang dan Pengungsi
Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengatakan siap jika memang opsi menjadikan Pulau Galang tempat pengungsian Rohingya sudah diambil atau diputuskan pemerintah pusat.
Amsakar menyebutkan, Pemkot Batam punya pengalaman penanganan pengungsi Vietnam yanng memang juga ditempatkan di Pulau Galang. Selain itu Batam juga punya pengalaman penanganan COVID-19 dengan dibangunnya Rumah Sakit Khusus infeksi (RSKI) di Pulau Galang.
Sebagai informasi, Pulau Galang dulunya memang menjadi kamp pengungsian warga Vietnam. Sekitar tahun 1980, ratusan ribu warga Vietnam Selatan mengungsi ke negara lain pasca-perang saudara yang terjadi di negara tersebut.
Mereka pergi dari negaranya menggunakan perahu cadik atau perahu sampan, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai manusia sampan atau manusia perahu. Selama berminggu-minggu mereka terombang-ambing di Laut China Selatan tanpa tujuan jelas.
Sebagian dari warga Vietnam Selatan tersebut berhasil mencapai Indonesia, tepatnya di Pulau Anambas dan Pulau Natuna.
Kemudian sekitar 250.000 pengungsi Vietnam pun hidup di Pulau Galang yang dikhususkan sebagai penampungan sementara pada 1979-1996.
Pada saat itu, Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia membangun sejumlah fasilitas di Pulau Galang.
Sarana yang dibangun, di antaranya barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah. Ada juga penjara bagi yang melakukan kejahatan dan juga tempat pemakaman bagi para pengungsi.
Fasilitas tersebut digunakan oleh para pengungsi dari Vietnam. Barak pengungsian dibagi menjadi enam zona. Masing-masing zona dapat dihuni sebanyak 2.000-3.000 orang.
Selain pengungsi dari Vietnam, pengungsi dari Kamboja dan Thailand juga pernah ditampung oleh Pemerintah Indonesia di pulau ini, sebelum pada akhirnya program pengungsian ini berakhir di tahun 1996.
Lalu nama Pulau Galang sempat kembali terdengar setelah pada Maret 2020, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pemerintah Indonesia mengoperasikan Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) untuk pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19) di Pulau Galang.
Selain itu, Rumah sakit ini juga merawat Pekerja Migran Indonesia dari negara tetangga, antara lain Singapura dan Malaysia. Hingga Mei 2022, rumah sakit tersebut telah merawat lebih dari 21.000 pasien.
Secara geografis, Pulau Galang sangat dekat dengan Pulau Rempang yanag beberapa waktu lalu ramai karena kerusuhan penolakan relokasi demi maasuknya investasi.
Batam juga memiliki 6 buah jembatan yang menghubungkan Pulau Batam hingga ke Pulau Galang Baru. Jembatan tersebut memiliki total panjang mencapai 1.568 meter.
Salah satu jembatan tersebut adalah jembatan yang menghubungkan antara Pulau Galang ke Pulau Galang Baru sepanjang 118 meter. Ada juga jembatan dari Pulau Rempang menuju Pulau Galang sepanjang 214 meter.
RELATED ARTICLES
Pulau Galang, Tempat Penampungan Pengungsi?
Wakil Presiden RI Ma ruf Amin membuka opsi Pulau Galang sebagai tempat menampung pengungsi Rohingya, mengulang sejarah menampung pengungsi Vietnam.
Context.id, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin membuka peluang menjadikan Pulau Galang, Kota Batam, Provinsi Riau sebagai lokasi penempatan pengungsi Rohingya. Pasalnya, pulau tersebut pernah digunakan untuk menampung pengungsi asal Vietnam beberapa puluh tahun silam.
Hal itu dikatakan Ma'ruf kepada wartawan seusai membuka penyelenggaraan UI Industrial-Government (I-GOV) Expo 2023, Kamis (7/12/2023). Dalam kesempatan itu, Ma'ruf mengingatkan masalah pengungsi Rohingya sebagai masalah kemanusiaan yang mesti diatasi bersama.
Ia mengungkapkan pengungsi Rohingya tidak mungkin ditolak. Namun sebelum ditampung, tambahnya, pemerintah Indonesia tentu perlu menyiapkan berbagai antisipasi. Baginya, ini penting agar tidak menimbulkan beban di kemudian hari bagi Indonesia, baik dari sisi negara ataupun masyarakat.
Namun, ide Ma'ruf itu ditolak oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD yang mengatakan Pulau Galang tidak akan dijadikan lokasi untuk menampung para pengungsi Rohingya.
Mahfud tidak menjelaskan alasan kenapa Pulau Galang tidak bisa dijadikan penampungan. Hanya saja, Kemenkopolhukam nantinya akan membicarakan masalah ini dengan pemerintah provinsi Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Riau.
"Ndak (pengungsi Rohingya di pulau Galang), justru jangan sampai seperti Pulau Galang. Forkopimda tiga provinsi, Aceh, Sumatra Utara, dan Riau akan dikoordinir oleh Menteri Dalam Negeri untuk membicarakan itu," ujar Mahfud MD seperti yang dikutip dari Antara.
Per Senin, 4 Desember 2023, jumlah warga Rohingya yang menjadi pengungsi di Indonesia sudah mencapai 1.487 orang. Masyarakat di Aceh, Riau, dan Medan sebagian besar menolak kedatangan pengungsi Rohingya lagi.
Pulau Galang dan Pengungsi
Sementara itu, Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad mengatakan siap jika memang opsi menjadikan Pulau Galang tempat pengungsian Rohingya sudah diambil atau diputuskan pemerintah pusat.
Amsakar menyebutkan, Pemkot Batam punya pengalaman penanganan pengungsi Vietnam yanng memang juga ditempatkan di Pulau Galang. Selain itu Batam juga punya pengalaman penanganan COVID-19 dengan dibangunnya Rumah Sakit Khusus infeksi (RSKI) di Pulau Galang.
Sebagai informasi, Pulau Galang dulunya memang menjadi kamp pengungsian warga Vietnam. Sekitar tahun 1980, ratusan ribu warga Vietnam Selatan mengungsi ke negara lain pasca-perang saudara yang terjadi di negara tersebut.
Mereka pergi dari negaranya menggunakan perahu cadik atau perahu sampan, sehingga banyak yang menyebutnya sebagai manusia sampan atau manusia perahu. Selama berminggu-minggu mereka terombang-ambing di Laut China Selatan tanpa tujuan jelas.
Sebagian dari warga Vietnam Selatan tersebut berhasil mencapai Indonesia, tepatnya di Pulau Anambas dan Pulau Natuna.
Kemudian sekitar 250.000 pengungsi Vietnam pun hidup di Pulau Galang yang dikhususkan sebagai penampungan sementara pada 1979-1996.
Pada saat itu, Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia membangun sejumlah fasilitas di Pulau Galang.
Sarana yang dibangun, di antaranya barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah. Ada juga penjara bagi yang melakukan kejahatan dan juga tempat pemakaman bagi para pengungsi.
Fasilitas tersebut digunakan oleh para pengungsi dari Vietnam. Barak pengungsian dibagi menjadi enam zona. Masing-masing zona dapat dihuni sebanyak 2.000-3.000 orang.
Selain pengungsi dari Vietnam, pengungsi dari Kamboja dan Thailand juga pernah ditampung oleh Pemerintah Indonesia di pulau ini, sebelum pada akhirnya program pengungsian ini berakhir di tahun 1996.
Lalu nama Pulau Galang sempat kembali terdengar setelah pada Maret 2020, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pemerintah Indonesia mengoperasikan Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) untuk pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV2 (Covid-19) di Pulau Galang.
Selain itu, Rumah sakit ini juga merawat Pekerja Migran Indonesia dari negara tetangga, antara lain Singapura dan Malaysia. Hingga Mei 2022, rumah sakit tersebut telah merawat lebih dari 21.000 pasien.
Secara geografis, Pulau Galang sangat dekat dengan Pulau Rempang yanag beberapa waktu lalu ramai karena kerusuhan penolakan relokasi demi maasuknya investasi.
Batam juga memiliki 6 buah jembatan yang menghubungkan Pulau Batam hingga ke Pulau Galang Baru. Jembatan tersebut memiliki total panjang mencapai 1.568 meter.
Salah satu jembatan tersebut adalah jembatan yang menghubungkan antara Pulau Galang ke Pulau Galang Baru sepanjang 118 meter. Ada juga jembatan dari Pulau Rempang menuju Pulau Galang sepanjang 214 meter.
POPULAR
RELATED ARTICLES