Indonesia Mesti Waspada Ancaman Pneunomia dan Covid-19
Kasus Covid-19 dan Pneumonia mulai masuk ke kawasan Asia Tenggara, khususnya di Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Context.id, JAKARTA - Singapura dan Malaysia mencatat kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan. Informasi ini tentu perlu diwaspadai oleh Indonesia sebagai negara tetangga.
Otoritas Pemerintah Singapura mencatatkan ada 22.094 kasus Covid-19 sejak 19-25 November. Di periode yang sama Malaysia juga mencatatkan kasus Covid-19 yang cukup tinggi, yakni 3.626 kasus.
Melansir informasi The Straits Times, pemerintah Singapura mencatatkan ada dua kemungkinan penyebab lonjakan kasus Covid-19. Pertama, sudah masuk musim libur akhir tahun yang memungkinkan mobilitas manusia dari berbagai penjuru dunia.
Kedua, semakin lemahnya kekebalan komunitas di negara tersebut. Terlebih lagi, saat ini dunia sedang dilanda pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat kondisi tubuh semakin melemah sehingga semakin rentan.
Sedangkan di Malaysia, pakar kesehatan masyarakat dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Prof dr Sharifa Ezat Wan Puteh melihat merebaknya Covid-19 di Malaysia adalah tidak lagi menganggap masker benda yang penting.
"Mungkin banyak orang tertular karena tidak lagi pakai masker. Padahal, di musim liburan akhir tahun seperti sekarang, sangat mungkin orang berkumpul di tempat yang sama," ungkapnya.
Karena itu, Prof Sahrifat Ezat mengimbau kepada masyarakat untuk pakai lagi maskernya di tempat umum. Selain itu, dapatkan vaksin booster Covid-19 maupun vaksin influenza.
Perlu diketahui bahwa saat ini jumlah kasus terinfeksi COVID-19 di Dunia telah mencapai 772 juta orang dengan total kematian sebanyak 6,98 juta orang.
Kejadian di Singapura dan Malaysia tentunya membuat kita harus semakin waspada. Pasalnya, selain kemunculan kembali Covid-19, kini dunia juga sedang diliputi kecemasan terkait fenomena pneumonia di China dan beberapa negara di Eropa juga Amerika.
Terkait fenomena di negeri jiran ini, pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat tetap waspada.
"Kami juga melihat ada kenaikan, cuma kan memang bagusnya, kita masih ada vaksinasi. Kalau itu divaksin, kita seharusnya bisa bagus," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Balai Sudirman Jakarta, Senin (4/12), dilansir dari Antara.
Menkes Budi menyerukan agar masyarakat yang belum divaksinasi Covid-19 hingga booster untuk segera mengakses layanan di fasilitas kesehatan terdekat karena masih akan digratiskan hingga akhir Desember 2023.
Selain perlindungan vaksin, kata Menkes Budi, masyarakat juga perlu kombinasi protokol kesehatan (prokes) seperti tetap membiasakan mencuci tangan dan memakai masker, khususnya di ruang publik.
Sedangkan mengenai kasus pneumonia anak yang melonjak di China dan terdeteksi telah masuk ke Jakarta, saat ini Kementerian Kesehatan masih terus melakukan rangkaian penyeledikan.
Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes mengatakan temuan mycoplasma pneumonia ini sudah dilaporkan dari RS di Jakarta.
Kemenkes menyebutkan pneumonia misterius ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan kebanyakan kasus pneumonia ini disebabkan mycoplasma pneumoniae.
"Temuan mycoplasma pneumonia ini sudah dilaporkan dari RS di Jakarta dan sedang dilakukan konfirmasi ke RS, penderita gejala ringan dan saat ini rawat jalan. Penyakit ini adalah penyebab umum pneumonia sebelum Covid," ungkapnya seperti dilansir Bisnis, Selasa (5/12/2023).
Dia mengatakan Kemenkes telah mengimbau masyarakat untuk menetapkan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga jarak saat sedang berbicara.
Sebagai informasi, kasus pneumonia anak misterius merebak sejak November 2023 dan kini masih menjadi masalah kesehatan di negara China.
Selain China, peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak ini telah menyebabkan wabah di Ohio, Massachusetts, Denmark, dan Eropa.
Kendati begitu, Otoritas Kesehatan di Amerika Serikat membantah bahwa kasus pneumonia di Ohio tidak berasal dari China, sebab hal tersebut berkaitan dengan Covid-19.
Adapun mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang menyerang lapisan sistem pernapasan (tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan).
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini bersifat ringan dan umumnya terjadi pada anak-anak.
Bakteri ini dapat menyebar atau menular ketika seseorang menghirup percikan yang berasal dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi mycoplasma pneumoniae
RELATED ARTICLES
Indonesia Mesti Waspada Ancaman Pneunomia dan Covid-19
Kasus Covid-19 dan Pneumonia mulai masuk ke kawasan Asia Tenggara, khususnya di Singapura, Malaysia dan Indonesia.
Context.id, JAKARTA - Singapura dan Malaysia mencatat kenaikan kasus Covid-19 yang signifikan. Informasi ini tentu perlu diwaspadai oleh Indonesia sebagai negara tetangga.
Otoritas Pemerintah Singapura mencatatkan ada 22.094 kasus Covid-19 sejak 19-25 November. Di periode yang sama Malaysia juga mencatatkan kasus Covid-19 yang cukup tinggi, yakni 3.626 kasus.
Melansir informasi The Straits Times, pemerintah Singapura mencatatkan ada dua kemungkinan penyebab lonjakan kasus Covid-19. Pertama, sudah masuk musim libur akhir tahun yang memungkinkan mobilitas manusia dari berbagai penjuru dunia.
Kedua, semakin lemahnya kekebalan komunitas di negara tersebut. Terlebih lagi, saat ini dunia sedang dilanda pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat kondisi tubuh semakin melemah sehingga semakin rentan.
Sedangkan di Malaysia, pakar kesehatan masyarakat dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Prof dr Sharifa Ezat Wan Puteh melihat merebaknya Covid-19 di Malaysia adalah tidak lagi menganggap masker benda yang penting.
"Mungkin banyak orang tertular karena tidak lagi pakai masker. Padahal, di musim liburan akhir tahun seperti sekarang, sangat mungkin orang berkumpul di tempat yang sama," ungkapnya.
Karena itu, Prof Sahrifat Ezat mengimbau kepada masyarakat untuk pakai lagi maskernya di tempat umum. Selain itu, dapatkan vaksin booster Covid-19 maupun vaksin influenza.
Perlu diketahui bahwa saat ini jumlah kasus terinfeksi COVID-19 di Dunia telah mencapai 772 juta orang dengan total kematian sebanyak 6,98 juta orang.
Kejadian di Singapura dan Malaysia tentunya membuat kita harus semakin waspada. Pasalnya, selain kemunculan kembali Covid-19, kini dunia juga sedang diliputi kecemasan terkait fenomena pneumonia di China dan beberapa negara di Eropa juga Amerika.
Terkait fenomena di negeri jiran ini, pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengimbau masyarakat tetap waspada.
"Kami juga melihat ada kenaikan, cuma kan memang bagusnya, kita masih ada vaksinasi. Kalau itu divaksin, kita seharusnya bisa bagus," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Balai Sudirman Jakarta, Senin (4/12), dilansir dari Antara.
Menkes Budi menyerukan agar masyarakat yang belum divaksinasi Covid-19 hingga booster untuk segera mengakses layanan di fasilitas kesehatan terdekat karena masih akan digratiskan hingga akhir Desember 2023.
Selain perlindungan vaksin, kata Menkes Budi, masyarakat juga perlu kombinasi protokol kesehatan (prokes) seperti tetap membiasakan mencuci tangan dan memakai masker, khususnya di ruang publik.
Sedangkan mengenai kasus pneumonia anak yang melonjak di China dan terdeteksi telah masuk ke Jakarta, saat ini Kementerian Kesehatan masih terus melakukan rangkaian penyeledikan.
Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes mengatakan temuan mycoplasma pneumonia ini sudah dilaporkan dari RS di Jakarta.
Kemenkes menyebutkan pneumonia misterius ini disebabkan oleh infeksi bakteri dan kebanyakan kasus pneumonia ini disebabkan mycoplasma pneumoniae.
"Temuan mycoplasma pneumonia ini sudah dilaporkan dari RS di Jakarta dan sedang dilakukan konfirmasi ke RS, penderita gejala ringan dan saat ini rawat jalan. Penyakit ini adalah penyebab umum pneumonia sebelum Covid," ungkapnya seperti dilansir Bisnis, Selasa (5/12/2023).
Dia mengatakan Kemenkes telah mengimbau masyarakat untuk menetapkan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga jarak saat sedang berbicara.
Sebagai informasi, kasus pneumonia anak misterius merebak sejak November 2023 dan kini masih menjadi masalah kesehatan di negara China.
Selain China, peningkatan kasus pneumonia pada anak-anak ini telah menyebabkan wabah di Ohio, Massachusetts, Denmark, dan Eropa.
Kendati begitu, Otoritas Kesehatan di Amerika Serikat membantah bahwa kasus pneumonia di Ohio tidak berasal dari China, sebab hal tersebut berkaitan dengan Covid-19.
Adapun mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang menyerang lapisan sistem pernapasan (tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan).
Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini bersifat ringan dan umumnya terjadi pada anak-anak.
Bakteri ini dapat menyebar atau menular ketika seseorang menghirup percikan yang berasal dari batuk atau bersin seseorang yang terinfeksi mycoplasma pneumoniae
POPULAR
RELATED ARTICLES