Stories - 09 November 2023

Guru Besar UIN Jakarta Raih Habibie Prize 2023

BRIN memberikan penghargaan Habibie Prize bidang filsafat, agama dan kebudayaan kepada Oman Fathurahman, Guru Besar UIN Syahid Jakarta.

Context.id, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional memberikan penghargaan Habibie Prize kepada Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Syahid) Jakarta.

Penghargaan tersebut diberikan kepada Oman Fathurahman. Pria berusia 54 tahun itu menjadi satu-satunya peraih Habibie Prize dalam bidang ilmu filsafat, agama, dan kebudayaan.

Oman Fathurahman merupakan salah satu guru besar Filologi di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan penganugerahan Habibie Prize merupakan kegiatan yang termasuk dalam skala prioritas nasional untuk membangun ekosistem kondusif bagi berkembangnya iptek dan inovasi di masyarakat.

Selain itu, penghargaan ini juga diharapkan dapat mendorong anak bangsa untuk menghasilkan karya terbaiknya yang bermanfaat bagi bangsa. 

“Pada 2023 ini, pemberian Habibie Prize diberikan pada 10 November, bersamaan dengan Hari Pahlawan. Kita ingin menunjukkan bahwa para penerima Habibie Prize juga merupakan pahlawan yang memiliki kontribusi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bermanfaat secara berarti bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian,” ungkapnya, Kamis (9/11/2023).

Dia menjelaskan, penerima Habibie Prize dipilih melalui proses seleksi panitia yang dilakukan melalui metode seleksi penilaian dewan juri yang ketat dan berasal dari para tokoh dan ilmuwan yang handal di bidangnya.

Handoko menyebutkan bahwa, sampai saat ini, terdapat 79 orang penerima Habibie Prize yang telah terpilih.

Penghargaan tersebut diberikan kepada individu yang sangat berjasa dalam penemuan, pengembangan, dan penyebarluasan berbagai kegiatan iptek dan inovasi, serta berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa.

Adapun Oman Fathurahman dianggap berjasa karena melakukan kajian manuskrip Nusantara di Indonesia.

Penghargaan ini, lanjut Oman, memiliki pesan moral yang kuat bahwa manuskrip, sebagai salah satu objek pemajuan kebudayaan, perlu diarusutamakan dalam pembangunan Indonesia di masa depan.

Dengan anugerah yang diterimanya, Oman mendorong agar keilmuan filologi, manuskrip, dan kebudayaan, akan semakin diperhatikan publik dan bahkan dijadikan bahan pertimbangan oleh policy makers.

“Saya meyakini bahwa kebijakan tanpa kebudayaan, ia akan kehilangan kebijaksanaan,” tandasnya.

Menurut Oman, pembangunan Indonesia Emas 2045 tidak boleh melupakan kearifan lokal dalam manuskrip.

“Catatan-catatan tentang apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi pengetahuan berharga bagi generasi Indonesia 100, 200, bahkan 1.000 tahun mendatang, sebagaimana hari ini kita memahami manuskrip kuno. Karena itu, penting bagi setiap kita untuk menorehkan catatan rekam jejak yang baik,” kata Oman.

Oman berharap, Habibie Prize 2023 di bidang ilmu filsafat, agama, dan kebudayaan yang diterima ini, dapat menjadi inspirasi dalam menuju Indonesia Emas 2045.

Dikatakan Oman, sebagai sebuah bangsa besar, maka kita diharapkan agar terus bercermin dan mawas diri dalam menemukan nilai-nilai agama, filosofi kehidupan, dan nilai-nilai budaya dalam manuskrip.

Habibie Prize merupakan salah satu program utama BRIN bekerja sama dengan Yayasan SDM Iptek, yang telah diselenggarakan setiap tahun sejak 1999.

Program ini awalnya bernama Habibie Award. Pada 2020, Habibie Award berganti menjadi Habibie Prize, yang diselenggarakan bersama dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Seleksi dilakukan untuk lima bidang keilmuan IPTEK dan inovasi, yaitu: Ilmu Dasar; Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi; Ilmu Rekayasa; Ilmu Ekonomi, Sosial, Politik, dan Hukum; serta Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.

Tujuan dari pemberian anugerah ini salah satunya untuk memberikan dorongan kepada para SDM Inovatif agar dapat terpacu dalam mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerja sama antar unsur inovasi.


Penulis : Noviarizal Fernandez

Editor   : Wahyu Arifin

MORE  STORIES

Di Tengah Perang dan Pengungsian: Mengapa Warga Palestina Tak Mau Pergi?

Warga Palestina tetap bertahan di tengah perang karena keterikatan emosional terhadap tanah, identitas budaya, serta harapan akan masa depan yang ...

Context.id | 09-10-2024

Dua Pelopor Kecerdasan Buatan (AI) Raih Nobel Fisika 2024

Dua pelopor kecerdasan buatan (AI) menerima Nobel Fisika 2024 sebagai pengakuan atas kontribusi inovatif mereka dalam mengubah pemahaman kita tent ...

Context.id | 09-10-2024

Kembalinya Pedagang Maut Viktor Bout ke Perdagangan Senjata Global

Kembalinya Viktor Bout menggambarkan perjalanan kontroversialnya dari penjara menuju kembali terlibat dalam perdagangan senjata global yang komple ...

Context.id | 09-10-2024

Krisis Air Global, Tahun-tahun Terkering dalam Tiga Dekade

Krisis air global selama tiga dekade terakhir disebabkan oleh perubahan iklim dan pengelolaan yang buruk, berdampak pada lingkungan, sosial, dan e ...

Naufal Jauhar Nazhif | 09-10-2024