Bos Carl & Claire Bicara Tren Bisnis Parfum Tanah Air
Strategi jenama parfum lokal senior Carl & Claire bersaing di pasar parfum Tanah Air
Context.id, JAKARTA - Bisnis parfum lokal asal Tanah Air tengah semakin bergairah. Dari selebritas sampai influencer media sosial, berlomba menelurkan brand wewangiannya sendiri. Lantas, bagaimana strategi jenama parfum lokal senior seperti Carl & Claire dalam menahan gempuran tersebut?
Founder & CEO Carl & Claire Nouva Puspita menilai bahwa fenomena perkembangan parfum lokal menjadi tantangan sekaligus peluang, sebab tren ini turut membantunya membuka pangsa pasar pencinta parfum baru di Indonesia.
"Ketika awal-awal merintis dulu, hampir setiap pelanggan itu banyak banget pertanyaannya. Tapi kami senang, karena jadi bentuk edukasi juga, kan. Kalau sekarang, antusiasme terhadap parfum lokal sudah sangat berkembang," jelasnya ketika berbincang dengan Context via Zoom baru-baru ini, dikutip Rabu (25/10/2023).
Sebelumnya, wanita yang mengaku telah menggemari parfum sejak remaja ini mulai membangun Carl & Claire pada kisaran 2018, setelah sekitar 8 tahun berkarier di beberapa perusahaan sektor ritel.
"Pemicunya karena aku sering keliling banyak toko, sekitar 2018, aku terkesan banget karena banyak brand kecantikan lokal yang lagi naik, terutama makeup dan skin care. Terus aku sadar, karena aku suka parfum, mana ini brand-brand parfum lokal? Kok, belum ada. Ternyata memang beberapa brand cukup kesulitan untuk terjun ke parfum. Salah satunya tadi, karena awareness market belum terlalu besar," tambahnya.
Kala itu, sebenarnya niat menjadi wirausaha, apalagi membangun suatu jenama lokal dari nol, belum terpikirkan buat Nouva. Namun, setelah melihat peluang, Nouva membulatkan tekad untuk membuka gerai pertamanya di Lippo Mall Puri pada Agustus 2019.
"Aku inget banget pertama kali punya toko itu Agustus 2019, di Lippo Mall Puri, setelah keliling banyak mal dan ngerasain ditolak sana-sini. Nah, jadi belum sampai 6 bulan berjuang mengembangkan toko offline, eh, pandemi Covid-19 datang. Harus adaptasi lagi. Terlebih, sebelum pandemi, market parfum itu jarang sekali mau beli lewat online, karena mereka harus coba wanginya bagaimana, kan?" jelasnya.
Pada akhirnya, Nouva melihat bahwa platform daring, terutama media sosial dan lokapasar (e-commerce), pada akhirnya justru begitu berpengaruh buat perkembangan pasar jenama parfum lokal.
Nouva menceritakan bahwa pandemi membuat dirinya serius membesarkan nama Carl & Claire ke seluruh jaringan online, bukan hanya e-commerce, bahkan merupakan salah satu brand lokal yang masuk TikTok.
Waktu itu, market live streaming kala itu belum semeriah seperti sekarang. Timnya bahkan sempat hilang harapan, karena menganggap brand dengan harga terbilang tinggi tidak terlalu pas untuk market live streaming, baik di TikTok maupun Shopee.
Namun, semua berubah pada akhir 2022. Menurutnya, sejak saat itu pasar live streaming berdampak signifikan buat bisnis, sebab memberikan pengalaman baru berbelanja online.
Tak bisa dipungkiri, siaran langsung memang memungkinkan interaksi antara pelanggan dengan tim toko secara lebih intens. Selain itu, pelanggan lebih puas melihat barang dari berbagai sisi, dan bisa meminta tim untuk membanding-bandingkan secara langsung dengan produk lainnya.
"Akhir 2022, pelanggan kami sudah sangat beradaptasi dengan live shopping seperti TikTok Shop. Kalau suka, bisa lihat dulu dan tanya-tanya, terus langsung beli. Bahkan, kami nggak pakai strategi potong harga besar-besaran seperti brand lain ketika live shopping. Ternyata market juga bisa, kok, asalkan barangnya menarik dan mereka memang butuh," jelasnya.
Berkat tren itu, saat ini Carl & Claire sanggup menjual sampai 10.000 botol per bulan, dengan kenaikan hingga 20-30 persen dari sebelum terjun ke live streaming shopping.
Platform digital pun memiliki peran edukasi untuk terus berjalan, terutama agar para pelanggan Carl & Claire mengerti betul karakter dari empat jenis wangi utama parfum, yaitu bunga alias froral, segar atau fresh, woody, dan oriental.
Selain itu, platform digital juga merupakan strategi untuk memperkuat pelayanan dan branding Carl & Claire sebagai parfum lokal dengan wangi dan karakter elegan.
Saat ini, varian Black Dahlia dengan sensasi manis, sedikit vanila, dan wangi super tahan lama menjadi salah satu produk terlaris dari Carl & Claire.
Nouva berharap pengetahuan tentang parfum membantu setiap orang lebih percaya diri dan mampu menjaga vibe positif untuk menjalani kegiatannya sehari-hari.
Saat ini, toko fisik Carl & Claire telah berada di ASHTA, Pondok Indah Mall, dan Summarecon Mall Kelapa Gading. Tim Carl & Claire pun telah berkembang menjadi 25 orang, di mana 6 orang dikhususkan untuk mengurus kanal daring, sosial media, dan e-commerce.
"Awal berdiri, omzet dari online itu sekitar 20 persen saja dari total. Selama pandemi bisa 80 persen, bahkan 100 persen. Tapi akhirnya pada 2022 ketemu titik imbang, dan sekarang sedikit lebih banyak di offline, sekitar 50-60 persen. Tapi menariknya, kebanyakan pelanggan yang ke toko biasanya riset dan lihat-lihat dulu via sosmed dan e-commerce. Jadi kebayang, betapa pentingnya kanal online di zaman sekarang," tutupnya.
RELATED ARTICLES
Bos Carl & Claire Bicara Tren Bisnis Parfum Tanah Air
Strategi jenama parfum lokal senior Carl & Claire bersaing di pasar parfum Tanah Air
Context.id, JAKARTA - Bisnis parfum lokal asal Tanah Air tengah semakin bergairah. Dari selebritas sampai influencer media sosial, berlomba menelurkan brand wewangiannya sendiri. Lantas, bagaimana strategi jenama parfum lokal senior seperti Carl & Claire dalam menahan gempuran tersebut?
Founder & CEO Carl & Claire Nouva Puspita menilai bahwa fenomena perkembangan parfum lokal menjadi tantangan sekaligus peluang, sebab tren ini turut membantunya membuka pangsa pasar pencinta parfum baru di Indonesia.
"Ketika awal-awal merintis dulu, hampir setiap pelanggan itu banyak banget pertanyaannya. Tapi kami senang, karena jadi bentuk edukasi juga, kan. Kalau sekarang, antusiasme terhadap parfum lokal sudah sangat berkembang," jelasnya ketika berbincang dengan Context via Zoom baru-baru ini, dikutip Rabu (25/10/2023).
Sebelumnya, wanita yang mengaku telah menggemari parfum sejak remaja ini mulai membangun Carl & Claire pada kisaran 2018, setelah sekitar 8 tahun berkarier di beberapa perusahaan sektor ritel.
"Pemicunya karena aku sering keliling banyak toko, sekitar 2018, aku terkesan banget karena banyak brand kecantikan lokal yang lagi naik, terutama makeup dan skin care. Terus aku sadar, karena aku suka parfum, mana ini brand-brand parfum lokal? Kok, belum ada. Ternyata memang beberapa brand cukup kesulitan untuk terjun ke parfum. Salah satunya tadi, karena awareness market belum terlalu besar," tambahnya.
Kala itu, sebenarnya niat menjadi wirausaha, apalagi membangun suatu jenama lokal dari nol, belum terpikirkan buat Nouva. Namun, setelah melihat peluang, Nouva membulatkan tekad untuk membuka gerai pertamanya di Lippo Mall Puri pada Agustus 2019.
"Aku inget banget pertama kali punya toko itu Agustus 2019, di Lippo Mall Puri, setelah keliling banyak mal dan ngerasain ditolak sana-sini. Nah, jadi belum sampai 6 bulan berjuang mengembangkan toko offline, eh, pandemi Covid-19 datang. Harus adaptasi lagi. Terlebih, sebelum pandemi, market parfum itu jarang sekali mau beli lewat online, karena mereka harus coba wanginya bagaimana, kan?" jelasnya.
Pada akhirnya, Nouva melihat bahwa platform daring, terutama media sosial dan lokapasar (e-commerce), pada akhirnya justru begitu berpengaruh buat perkembangan pasar jenama parfum lokal.
Nouva menceritakan bahwa pandemi membuat dirinya serius membesarkan nama Carl & Claire ke seluruh jaringan online, bukan hanya e-commerce, bahkan merupakan salah satu brand lokal yang masuk TikTok.
Waktu itu, market live streaming kala itu belum semeriah seperti sekarang. Timnya bahkan sempat hilang harapan, karena menganggap brand dengan harga terbilang tinggi tidak terlalu pas untuk market live streaming, baik di TikTok maupun Shopee.
Namun, semua berubah pada akhir 2022. Menurutnya, sejak saat itu pasar live streaming berdampak signifikan buat bisnis, sebab memberikan pengalaman baru berbelanja online.
Tak bisa dipungkiri, siaran langsung memang memungkinkan interaksi antara pelanggan dengan tim toko secara lebih intens. Selain itu, pelanggan lebih puas melihat barang dari berbagai sisi, dan bisa meminta tim untuk membanding-bandingkan secara langsung dengan produk lainnya.
"Akhir 2022, pelanggan kami sudah sangat beradaptasi dengan live shopping seperti TikTok Shop. Kalau suka, bisa lihat dulu dan tanya-tanya, terus langsung beli. Bahkan, kami nggak pakai strategi potong harga besar-besaran seperti brand lain ketika live shopping. Ternyata market juga bisa, kok, asalkan barangnya menarik dan mereka memang butuh," jelasnya.
Berkat tren itu, saat ini Carl & Claire sanggup menjual sampai 10.000 botol per bulan, dengan kenaikan hingga 20-30 persen dari sebelum terjun ke live streaming shopping.
Platform digital pun memiliki peran edukasi untuk terus berjalan, terutama agar para pelanggan Carl & Claire mengerti betul karakter dari empat jenis wangi utama parfum, yaitu bunga alias froral, segar atau fresh, woody, dan oriental.
Selain itu, platform digital juga merupakan strategi untuk memperkuat pelayanan dan branding Carl & Claire sebagai parfum lokal dengan wangi dan karakter elegan.
Saat ini, varian Black Dahlia dengan sensasi manis, sedikit vanila, dan wangi super tahan lama menjadi salah satu produk terlaris dari Carl & Claire.
Nouva berharap pengetahuan tentang parfum membantu setiap orang lebih percaya diri dan mampu menjaga vibe positif untuk menjalani kegiatannya sehari-hari.
Saat ini, toko fisik Carl & Claire telah berada di ASHTA, Pondok Indah Mall, dan Summarecon Mall Kelapa Gading. Tim Carl & Claire pun telah berkembang menjadi 25 orang, di mana 6 orang dikhususkan untuk mengurus kanal daring, sosial media, dan e-commerce.
"Awal berdiri, omzet dari online itu sekitar 20 persen saja dari total. Selama pandemi bisa 80 persen, bahkan 100 persen. Tapi akhirnya pada 2022 ketemu titik imbang, dan sekarang sedikit lebih banyak di offline, sekitar 50-60 persen. Tapi menariknya, kebanyakan pelanggan yang ke toko biasanya riset dan lihat-lihat dulu via sosmed dan e-commerce. Jadi kebayang, betapa pentingnya kanal online di zaman sekarang," tutupnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES