Tarif Normal LRT Jabodebek, Wajar atau Mahal?
Tarif normal Light Rail Transit atau LRT Jabodebek memantik pro dan kontra warga. Ada yang merasa mahal, ada juga yang merasa wajar.
Context.id, JAKARTA - Periode tarif murah Light Rail Transit atau LRT Jabodebek yang dulu Rp5 ribu flat kini sudah tidak lagi berlaku. Mulai Ahad (1/10/2023) kemarin, tarif LRT akan berlaku normal seperti yang sudah ditentukan.
Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo mengatakan hingga akhir Februari 2023, ada ketentuan tarif maksimum yang diterapkan yakni Rp 20 ribu. “Tarif yang diberlakukan bagi pengguna jasa minimal Rp3 ribu dan tarif maksimal Rp20 ribu,” ujar dia lewat keterangan tertulis dikutip Ahad.
Aturan itu masih merupakan promo dari pemerintah. Nantinya, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023, pada akhir Februari 2024, LRT Jabodebek menetapkan tarif sebesar 5.000 untuk kilometer pertama perjalanan dan bertambah 700 rupiah untuk setiap kilometer berikutnya.
Untuk saat ini, misalnya, dari (Stasiun) Ciracas ke Stasiun LRT Dukuh Atas sebesar Rp15 ribu. Pulang pergi artinya harus merogoh kocek sebesar Rp30 ribu.
Perubahan tarif LRT Jabodebek ini tentunya memantik banyak tanggapan dari masyarakat. Ada yang merasa tarif itu mahal jika dibandingkan dengan menggunakan KRL atau sepeda motor.
Baca Juga: Biaya Naik LRT Jabodebek Ideal Buat Kelas Pekerja?
Juni, pekerja yang tinggal di Bekasi dan bekerja di wilayah Sudirman mengatakan tarif LRT cukup mahal. Jika ia berangkat dari Bekasi dan turun di Dukuh Atas, ia harus membeli tiket Rp19 ribu. Jika bolak balik berarti Rp38 ribu.
Terlebih lagi, tidak semua orang tempat tinggalnya atau kantornya langsung berada dekat dengan stasiun LRT. Banyak dari mereka yang juga harus ojek atau taksi online karena belum semua stasiun terintegrasi angkutan umum.
Sementara itu, penumpang LRT Jabodebek lain bernama Gita mengaku tidak keberatan dengan tarif normal. Pasalnya, kantornya berada dekat dengan stasiun LRT.
Baca Juga: Tarif Murah LRT di Indonesia, Malaysia dan Filipina
"Kalau saya sih memang karena lokasi LRT dekat kantor saya sebenarnya mau enggak mau akhirnya tetap menggunakan alternatif ini karena kan tidak nyambung-nyambung lagi dengan online atau feeder bus lain," jelasnya.
Atik biasanya berangkat dari Stasiun Dukuh Atas menuju Stasiun Cawang. Sebelum ada LRT Jabodebek, dia harus menggunakan KRL dan transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai. Itu membuatnya lelah
Tanggapan soa tarif ini juga bermunculan di media sosial LRT Jabodebek. Salah satu warga berinisia AP di akun media sosial X LRT Jabodebek, mengatakan tarif baru, kemahalan.
“Sesuaikan lagi dong kemahalan bos kemahalan” tulisnya di komentar.
Ada juga yang protes soal jam operasional yang terlalu singkat, padahal tarif sudah normal, seperti yang disampaikan warga bernama BA di Instagram LRT Jabodebek.
“Ini jam operasionalnya pendek banget hanya sampe jam 19.57? Tarif kan udah naik min, tolong disesuaikan juga dong jam operasionalnya min,” keluhnya.
RELATED ARTICLES
Tarif Normal LRT Jabodebek, Wajar atau Mahal?
Tarif normal Light Rail Transit atau LRT Jabodebek memantik pro dan kontra warga. Ada yang merasa mahal, ada juga yang merasa wajar.
Context.id, JAKARTA - Periode tarif murah Light Rail Transit atau LRT Jabodebek yang dulu Rp5 ribu flat kini sudah tidak lagi berlaku. Mulai Ahad (1/10/2023) kemarin, tarif LRT akan berlaku normal seperti yang sudah ditentukan.
Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo mengatakan hingga akhir Februari 2023, ada ketentuan tarif maksimum yang diterapkan yakni Rp 20 ribu. “Tarif yang diberlakukan bagi pengguna jasa minimal Rp3 ribu dan tarif maksimal Rp20 ribu,” ujar dia lewat keterangan tertulis dikutip Ahad.
Aturan itu masih merupakan promo dari pemerintah. Nantinya, sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023, pada akhir Februari 2024, LRT Jabodebek menetapkan tarif sebesar 5.000 untuk kilometer pertama perjalanan dan bertambah 700 rupiah untuk setiap kilometer berikutnya.
Untuk saat ini, misalnya, dari (Stasiun) Ciracas ke Stasiun LRT Dukuh Atas sebesar Rp15 ribu. Pulang pergi artinya harus merogoh kocek sebesar Rp30 ribu.
Perubahan tarif LRT Jabodebek ini tentunya memantik banyak tanggapan dari masyarakat. Ada yang merasa tarif itu mahal jika dibandingkan dengan menggunakan KRL atau sepeda motor.
Baca Juga: Biaya Naik LRT Jabodebek Ideal Buat Kelas Pekerja?
Juni, pekerja yang tinggal di Bekasi dan bekerja di wilayah Sudirman mengatakan tarif LRT cukup mahal. Jika ia berangkat dari Bekasi dan turun di Dukuh Atas, ia harus membeli tiket Rp19 ribu. Jika bolak balik berarti Rp38 ribu.
Terlebih lagi, tidak semua orang tempat tinggalnya atau kantornya langsung berada dekat dengan stasiun LRT. Banyak dari mereka yang juga harus ojek atau taksi online karena belum semua stasiun terintegrasi angkutan umum.
Sementara itu, penumpang LRT Jabodebek lain bernama Gita mengaku tidak keberatan dengan tarif normal. Pasalnya, kantornya berada dekat dengan stasiun LRT.
Baca Juga: Tarif Murah LRT di Indonesia, Malaysia dan Filipina
"Kalau saya sih memang karena lokasi LRT dekat kantor saya sebenarnya mau enggak mau akhirnya tetap menggunakan alternatif ini karena kan tidak nyambung-nyambung lagi dengan online atau feeder bus lain," jelasnya.
Atik biasanya berangkat dari Stasiun Dukuh Atas menuju Stasiun Cawang. Sebelum ada LRT Jabodebek, dia harus menggunakan KRL dan transit terlebih dahulu di Stasiun Manggarai. Itu membuatnya lelah
Tanggapan soa tarif ini juga bermunculan di media sosial LRT Jabodebek. Salah satu warga berinisia AP di akun media sosial X LRT Jabodebek, mengatakan tarif baru, kemahalan.
“Sesuaikan lagi dong kemahalan bos kemahalan” tulisnya di komentar.
Ada juga yang protes soal jam operasional yang terlalu singkat, padahal tarif sudah normal, seperti yang disampaikan warga bernama BA di Instagram LRT Jabodebek.
“Ini jam operasionalnya pendek banget hanya sampe jam 19.57? Tarif kan udah naik min, tolong disesuaikan juga dong jam operasionalnya min,” keluhnya.
POPULAR
RELATED ARTICLES