Hari Jantung Sedunia; Mematikan dan Meningkat Tiap Tahunnya
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dan tiap tahun angka kasusnya terus meningkat
Context.id, JAKARTA - Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Penyakit ini tidak mengenal usia dan bisa menyerang muda maupun tua.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Di Indonesia, kematian akibat penyakit jantung ini juga cukup tinggi.
Misalnya untuk Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, Penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Bukan hanya itu saja, di Indonesia, berdasarkan data BPJS pada november tahun lalu menunjukkan biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh dari total biaya, sebesar Rp10,9 Triliun dengan jumlah kasus 13.972.050.
Selain itu, pada 2021 jumlah kasus penyakit jantung sebanyak 12,93 juta yang meningkat menjadi 15,5 juta kasus pada 2022, sedangkan penyakit stroke juga mengalami peningkatan dari 1,99 juta kasus pada tahun 2021 menjadi 2,54 juta kasus pada 2022.
Direktur P2P PTM Eva Susanti pada pertemuan media melalui zoom pada Senin (25/9) mengatakan momentum peringatan hari jantung sedunia yang jatuh pada 29 September agar menjadikan komitmen bersama mewujudkan keberhasilan Indonesia di bidang kesehatan, terutama untuk transformasi layanan primer dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Melalui momentum ini, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program promosi dan edukasi dan skrining penyakit jantung melalui penguatan pada layanan primer melalui edukasi, pencegahan, dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas layanan primer,” kata dokter Eva.
Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang.
Perilaku tersebut merupakan salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Ditambahkannya, stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung karena dapat mempengaruhi tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan peradangan dalam tubuh.
Selain itu risiko penyakit jantung juga dapat dipengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Orang dewasa sebaiknya tidur setidaknya tujuh jam sehari.
Memiliki tubuh yang sehat seseorang bisa produktif dalam melakukan aktivitas serta terhindar dari berbagai penyakit yang mengancam.
Sehingga dengan demikian, menjaga kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap masyarakat.
Kementerian Kesehatan, menurut Eva, mendorong 140 juta masyarakat Indonesia usia 15 tahun ke atas untuk melakukan deteksi dini penyakit tidak menular di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) secara cuma-cuma.
“Tahun ini kita menginginkan 70 persen masyarakat Indonesia umur 15 tahun ke atas semuanya melakukan screening atau deteksi dini untuk bisa menemukan kasusnya lebih awal, kemudian tata laksananya nanti bisa lebih baik dan biayanya akan bisa ditekan lebih murah,” jelas Eva.
Upaya deteksi dini penyakit tidak menular itu dilakukan melalui pemeriksaan tekanan darah, gula darah, lingkar perut, hipertensi, diabetes dan obesitas sentral. Diakuinya capaian orang yang di deteksi dini tersebut baru mencapai 30,6 juta orang per 23 September 2023.
Pemerintah mengajak masyarakat untuk menjalankan perilaku CERDIK bagi yang sehat dan PATUH bagi penyandang penyakit jantung.
Perilaku CERDIK itu sendiri adalah:
C: Cek kesehatan secara teratur; E: Enyahkan asap rokok; R: Rajin berolahraga; D: Diet yang seimbang; I: Istirahat yang cukup; K: Kelola stress dengan baik.
Khususnya bagi penyandang penyakit tidak menular (PTM) agar rajin kontrol dan minum obat dengan PATUH yakni:
P: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter; A: Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur; T: Tetap diet dengan gizi seimbang; U: Upayakan aktivitas fisik dengan aman; H: Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik
RELATED ARTICLES
Hari Jantung Sedunia; Mematikan dan Meningkat Tiap Tahunnya
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dan tiap tahun angka kasusnya terus meningkat
Context.id, JAKARTA - Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Penyakit ini tidak mengenal usia dan bisa menyerang muda maupun tua.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Di Indonesia, kematian akibat penyakit jantung ini juga cukup tinggi.
Misalnya untuk Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, Penyakit jantung hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Bukan hanya itu saja, di Indonesia, berdasarkan data BPJS pada november tahun lalu menunjukkan biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung dan pembuluh darah menghabiskan hampir separuh dari total biaya, sebesar Rp10,9 Triliun dengan jumlah kasus 13.972.050.
Selain itu, pada 2021 jumlah kasus penyakit jantung sebanyak 12,93 juta yang meningkat menjadi 15,5 juta kasus pada 2022, sedangkan penyakit stroke juga mengalami peningkatan dari 1,99 juta kasus pada tahun 2021 menjadi 2,54 juta kasus pada 2022.
Direktur P2P PTM Eva Susanti pada pertemuan media melalui zoom pada Senin (25/9) mengatakan momentum peringatan hari jantung sedunia yang jatuh pada 29 September agar menjadikan komitmen bersama mewujudkan keberhasilan Indonesia di bidang kesehatan, terutama untuk transformasi layanan primer dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Melalui momentum ini, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat melalui program promosi dan edukasi dan skrining penyakit jantung melalui penguatan pada layanan primer melalui edukasi, pencegahan, dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas layanan primer,” kata dokter Eva.
Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak seimbang.
Perilaku tersebut merupakan salah satu kontributor utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) serta berpotensi mengalami henti jantung mendadak atau sudden cardiac death.
Ditambahkannya, stres yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung karena dapat mempengaruhi tekanan darah, detak jantung dan meningkatkan peradangan dalam tubuh.
Selain itu risiko penyakit jantung juga dapat dipengaruhi kuantitas dan kualitas tidur yang kurang. Orang dewasa sebaiknya tidur setidaknya tujuh jam sehari.
Memiliki tubuh yang sehat seseorang bisa produktif dalam melakukan aktivitas serta terhindar dari berbagai penyakit yang mengancam.
Sehingga dengan demikian, menjaga kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap masyarakat.
Kementerian Kesehatan, menurut Eva, mendorong 140 juta masyarakat Indonesia usia 15 tahun ke atas untuk melakukan deteksi dini penyakit tidak menular di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) secara cuma-cuma.
“Tahun ini kita menginginkan 70 persen masyarakat Indonesia umur 15 tahun ke atas semuanya melakukan screening atau deteksi dini untuk bisa menemukan kasusnya lebih awal, kemudian tata laksananya nanti bisa lebih baik dan biayanya akan bisa ditekan lebih murah,” jelas Eva.
Upaya deteksi dini penyakit tidak menular itu dilakukan melalui pemeriksaan tekanan darah, gula darah, lingkar perut, hipertensi, diabetes dan obesitas sentral. Diakuinya capaian orang yang di deteksi dini tersebut baru mencapai 30,6 juta orang per 23 September 2023.
Pemerintah mengajak masyarakat untuk menjalankan perilaku CERDIK bagi yang sehat dan PATUH bagi penyandang penyakit jantung.
Perilaku CERDIK itu sendiri adalah:
C: Cek kesehatan secara teratur; E: Enyahkan asap rokok; R: Rajin berolahraga; D: Diet yang seimbang; I: Istirahat yang cukup; K: Kelola stress dengan baik.
Khususnya bagi penyandang penyakit tidak menular (PTM) agar rajin kontrol dan minum obat dengan PATUH yakni:
P: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter; A: Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur; T: Tetap diet dengan gizi seimbang; U: Upayakan aktivitas fisik dengan aman; H: Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik
POPULAR
RELATED ARTICLES