Share

Home Stories

Stories 13 Juli 2023

Revisi UU ITE Belum Juga Kelar, DPR Minta Publik Sabar

DPR berdalih, butuh 8 hari kerja untuk membahas satu pasal UU ITE.

Ilustrasi jejaring intener - JIBI

Context.id, JAKARTA - DPR meminta masyarakat untuk bersabar terkait perubahan kedua rancangan Undang-undang (RUU) No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) karena masih dibahas oleh Komisi I.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mengungkapkan bahwa pihaknya butuh waktu yang cukup lama untuk membahas hal tersebut. Bahkan, kata Kharis, untuk membahas satu pasal perubahan saja dibutuhkan waktu paling cepat delapan hari kerja.

“Ini kan lama karena kami bahas pasal yang berat-berat dulu seperti pencemaran nama baik, kebohongan publik, ujaran kebencian dan lainnya. Pokoknya pasal yang rentan dan biasa disebut pasal karet,” tuturnya di Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Selain itu, pembahasan mengenai RUU ITE tersebut harus dilakukan secara tertutup. Pasalnya, kata Kharis, ada beberapa contoh yang sensitif dalam diskusi di Komisi I dan khawatir disalahartikan oleh publik.

“Memang ada banyak perdebatan mengenai rapat tertutup untuk RUU ITE ini, karena kan yang diambil dan dijadikan contoh itu hal yang sensitif dan rentan disalahartikan,” katanya.

Kendati demikian, menurut Kharis, pihaknya juga seringkali melibatkan aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa yang bersinggungan langsung dengan pasal itu untuk diajak berdiskusi dan memaparkan pengalamannya selama di lapangan.

"Iya makanya polisi kami panggil, jaksa kami panggil, [untuk menceritakan] pengalamannya bagaimana menangan [kasus terkait UU ITE,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa Komisi I DPR terus berkomitmen untuk mempercepat proses perubahan kedua RUU No. 11/2008 tentang ITE agar tidak ada lagi pihak yang dirugikan atas UU tersebut.

“Kami sudah komitmen untuk mempercepat proses ini,” tuturnya.

Sebelumnya, Komisi I DPR dan pemerintah sepakat untuk membahas lebih lanjut atas usulan perubahan kedua UU ITE.
 

Usulan tersebut nantinya diharapkan tidak hanya mengatur penyelenggaraan sistem transaksi elektronik dan kejahatan siber, tetapi juga memuat pembaruan hukum pidana, termasuk penerapan keadilan restoratif dalam penyelesaian tindak pidana dengan delik aduan.

Dengan begitu, implementasi keadilan restoratif nantinya dapat dirumuskan secara adil, baik bagi pelapor maupun terlapor.



Penulis : Sholahuddin Ayyubi

Editor   : Oktaviano Donald

Stories 13 Juli 2023

Revisi UU ITE Belum Juga Kelar, DPR Minta Publik Sabar

DPR berdalih, butuh 8 hari kerja untuk membahas satu pasal UU ITE.

Ilustrasi jejaring intener - JIBI

Context.id, JAKARTA - DPR meminta masyarakat untuk bersabar terkait perubahan kedua rancangan Undang-undang (RUU) No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) karena masih dibahas oleh Komisi I.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari mengungkapkan bahwa pihaknya butuh waktu yang cukup lama untuk membahas hal tersebut. Bahkan, kata Kharis, untuk membahas satu pasal perubahan saja dibutuhkan waktu paling cepat delapan hari kerja.

“Ini kan lama karena kami bahas pasal yang berat-berat dulu seperti pencemaran nama baik, kebohongan publik, ujaran kebencian dan lainnya. Pokoknya pasal yang rentan dan biasa disebut pasal karet,” tuturnya di Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Selain itu, pembahasan mengenai RUU ITE tersebut harus dilakukan secara tertutup. Pasalnya, kata Kharis, ada beberapa contoh yang sensitif dalam diskusi di Komisi I dan khawatir disalahartikan oleh publik.

“Memang ada banyak perdebatan mengenai rapat tertutup untuk RUU ITE ini, karena kan yang diambil dan dijadikan contoh itu hal yang sensitif dan rentan disalahartikan,” katanya.

Kendati demikian, menurut Kharis, pihaknya juga seringkali melibatkan aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa yang bersinggungan langsung dengan pasal itu untuk diajak berdiskusi dan memaparkan pengalamannya selama di lapangan.

"Iya makanya polisi kami panggil, jaksa kami panggil, [untuk menceritakan] pengalamannya bagaimana menangan [kasus terkait UU ITE,” ujarnya.

Dia menegaskan bahwa Komisi I DPR terus berkomitmen untuk mempercepat proses perubahan kedua RUU No. 11/2008 tentang ITE agar tidak ada lagi pihak yang dirugikan atas UU tersebut.

“Kami sudah komitmen untuk mempercepat proses ini,” tuturnya.

Sebelumnya, Komisi I DPR dan pemerintah sepakat untuk membahas lebih lanjut atas usulan perubahan kedua UU ITE.
 

Usulan tersebut nantinya diharapkan tidak hanya mengatur penyelenggaraan sistem transaksi elektronik dan kejahatan siber, tetapi juga memuat pembaruan hukum pidana, termasuk penerapan keadilan restoratif dalam penyelesaian tindak pidana dengan delik aduan.

Dengan begitu, implementasi keadilan restoratif nantinya dapat dirumuskan secara adil, baik bagi pelapor maupun terlapor.



Penulis : Sholahuddin Ayyubi

Editor   : Oktaviano Donald


RELATED ARTICLES

Hitungan Prabowo Soal Uang Kasus CPO Rp13,2 Triliun, Bisa Buat Apa Saja?

Presiden Prabowo Subianto melakukan perhitungan terkait uang kasus korupsi CPO Rp13,2 triliun yang ia sebut bisa digunakan untuk membangun desa ne ...

Renita Sukma . 20 October 2025

Polemik IKN Sebagai Ibu Kota Politik, Ini Kata Kemendagri dan Pengamat

Terminologi ibu kota politik yang melekat kepada IKN dianggap rancu karena bertentangan dengan UU IKN. r n r n

Renita Sukma . 18 October 2025

Dilema Kebijakan Rokok: Penerimaan Negara Vs Kesehatan Indonesia

Menkeu Purbaya ingin menggairahkan kembali industri rokok dengan mengerem cukai, sementara menteri sebelumnya Sri Mulyani gencar menaikkan cukai d ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 15 October 2025

Di Tengah Ketidakpastian Global, Emas Justru Terus Mengkilap

Meskipun secara historis dianggap sebagai aset lindung nilai paling aman, emas kerap ikut tertekan ketika terjadi aksi jual besar-besaran di pasar ...

Jessica Gabriela Soehandoko . 13 October 2025