Fakta Amman Mineral (AMMN), Salah Satu Peraup IPO Jumbo
Amman Mineral meraup dana IPO sebesar Rp10,73 triliun. Simak profil perusahaan ini!
Context.id, JAKARTA - Perusahaan tambang PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) resmi melantai di bursa (IPO) pada Jumat (7/7/2023).
Nilai jumbo hasil penawaran umum itu pun menjadi sorotan utama bagi para pegiat pasar modal di Tanah Air.
Lantas, bagaimana sebenarnya profil perusahaan pertambangan ini?
Amman Mineral merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, mengoperasikan tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Ketika IPO, Amman Mineral menerbitkan 6,32 miliar saham biasa atau setara dengan 8,8 persen saham ke publik, dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga penawaran sebesar Rp1.695 setiap saham.
Dengan demikian, Amman Mineral meraup dana IPO sebesar Rp10,73 triliun. Saat ini masih merupakan IPO terbesar di Indonesia pada 2023, sekaligus membawa AMMN masuk ke dalam jajaran teratas nilai IPO paling jumbo di Tanah Air, di bawah Bukalapak (BUKA), Mitratel (MTEL), GoTo (GOTO), dan Adaro Energy (ADRO).
Berikut fakta-fakta yang Context.id kumpulkan dari berbagai sumber:
Bangun Smelter
Amman Mineral memiliki prospek positif ke depan karena tengah berproses membangun smelter pemurnian tembaga di Sumbawa dengan progres 51 persen.
Sejalan dengan program penghiliran atau hilirisasi yang dicanangkan pemerintah, pembangunan smelter bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangan bagi perekonomian nasional.
Dengan demikian, multiplier effect pembangunan Amman Mineral pun bisa makin optimal, seperti penambahan tenaga kerja, integrasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, dan lain sebagainya.
Berdasarkan rencana penggunaan dana IPO Amman Mineral, sebesar Rp1,79 triliun memang akan digunakan sebagai penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Industri untuk membiayai pengeluaran modal atas proyek smelter dan pemurnian logam mulia di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di samping itu, dana sebesar Rp3,05 triliun akan digunakan untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Terakhir, sisa dana akan digunakan untuk penyetoran modal kepada AMNT untuk membiayai pengeluaran modal proyek ekspansi pabrik konsentrator dan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Sumbawa Barat, Provinsi NTB.
Calon Jajaran Emiten Tambang Jumbo
Sampai berita ini ditulis, saham AMMN belum pernah turun dari nilai IPO, terbilang stabil di kisaran level Rp1.750 sampai Rp1.760.
Selain disebabkan prospek positif dari berbagai rencana ekspansi, capaian ini juga ditopang kinerja keuangan mentereng dengan perolehan laba bersih periode 2022 terbang hingga 242,7 persen (year-on-year/yoy) menjadi US$1,09 miliar atau setara dengan Rp16,99 triliun, dari sebelumnya hanya US$320,61 juta pada tahun buku 2021.
Kinerja moncer laba bersih utamanya ditopang kenaikan volume penjualan tembaga dan emas sampai dengan akhir 2022, di mana penjualan bersih mencapai US$2,83 miliar atau sekitar Rp44,12 triliun, meningkat 117,9 persen (yoy) ketimbang 2021.
Penjualan itu terbagi untuk tembaga ekspor senilai US$1,60 miliar dan penjualan emas untuk ekspor US$1,22 miliar.
RELATED ARTICLES
Fakta Amman Mineral (AMMN), Salah Satu Peraup IPO Jumbo
Amman Mineral meraup dana IPO sebesar Rp10,73 triliun. Simak profil perusahaan ini!
Context.id, JAKARTA - Perusahaan tambang PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) resmi melantai di bursa (IPO) pada Jumat (7/7/2023).
Nilai jumbo hasil penawaran umum itu pun menjadi sorotan utama bagi para pegiat pasar modal di Tanah Air.
Lantas, bagaimana sebenarnya profil perusahaan pertambangan ini?
Amman Mineral merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, mengoperasikan tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Ketika IPO, Amman Mineral menerbitkan 6,32 miliar saham biasa atau setara dengan 8,8 persen saham ke publik, dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga penawaran sebesar Rp1.695 setiap saham.
Dengan demikian, Amman Mineral meraup dana IPO sebesar Rp10,73 triliun. Saat ini masih merupakan IPO terbesar di Indonesia pada 2023, sekaligus membawa AMMN masuk ke dalam jajaran teratas nilai IPO paling jumbo di Tanah Air, di bawah Bukalapak (BUKA), Mitratel (MTEL), GoTo (GOTO), dan Adaro Energy (ADRO).
Berikut fakta-fakta yang Context.id kumpulkan dari berbagai sumber:
Bangun Smelter
Amman Mineral memiliki prospek positif ke depan karena tengah berproses membangun smelter pemurnian tembaga di Sumbawa dengan progres 51 persen.
Sejalan dengan program penghiliran atau hilirisasi yang dicanangkan pemerintah, pembangunan smelter bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas pertambangan bagi perekonomian nasional.
Dengan demikian, multiplier effect pembangunan Amman Mineral pun bisa makin optimal, seperti penambahan tenaga kerja, integrasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, dan lain sebagainya.
Berdasarkan rencana penggunaan dana IPO Amman Mineral, sebesar Rp1,79 triliun memang akan digunakan sebagai penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Industri untuk membiayai pengeluaran modal atas proyek smelter dan pemurnian logam mulia di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di samping itu, dana sebesar Rp3,05 triliun akan digunakan untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Terakhir, sisa dana akan digunakan untuk penyetoran modal kepada AMNT untuk membiayai pengeluaran modal proyek ekspansi pabrik konsentrator dan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Sumbawa Barat, Provinsi NTB.
Calon Jajaran Emiten Tambang Jumbo
Sampai berita ini ditulis, saham AMMN belum pernah turun dari nilai IPO, terbilang stabil di kisaran level Rp1.750 sampai Rp1.760.
Selain disebabkan prospek positif dari berbagai rencana ekspansi, capaian ini juga ditopang kinerja keuangan mentereng dengan perolehan laba bersih periode 2022 terbang hingga 242,7 persen (year-on-year/yoy) menjadi US$1,09 miliar atau setara dengan Rp16,99 triliun, dari sebelumnya hanya US$320,61 juta pada tahun buku 2021.
Kinerja moncer laba bersih utamanya ditopang kenaikan volume penjualan tembaga dan emas sampai dengan akhir 2022, di mana penjualan bersih mencapai US$2,83 miliar atau sekitar Rp44,12 triliun, meningkat 117,9 persen (yoy) ketimbang 2021.
Penjualan itu terbagi untuk tembaga ekspor senilai US$1,60 miliar dan penjualan emas untuk ekspor US$1,22 miliar.
POPULAR
RELATED ARTICLES