Saudi-Israel Kian Mesra, Indonesia Dorong Isu Palestina
Indonesia perlu memperhatikan secara seksama kemungkinan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel yang memengaruhi dukungan terhadap Palestina
Context.id, JAKARTA - Indonesia perlu mengambil peran terkait kemungkinan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Salah satunya dengan mendorong kembali dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Hal itu menjadi salah satu rekomendasi kajian bertajuk ‘Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel’ yang dipublikasikan lembaga Laboratorium Indonesia 2045 (LAB45), Rabu (21/6/2023).
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto, dalam sambutan kegiatan mengatakan bahwa jajarannya rutin melakukan kajian geopolitik dan disampaikan kepada presiden setiap akhir bulan. Salah satu variabel yang dibahas adalah dinamika hubungan kawasan Timur Tengah.
“Harapan saya, kajian Lab 45 ini akan mampu memperkaya pemahaman kita semua agar dapat memperkuat kewaspadaan serta mengantisipasi dinamika Timur Tengah yang begitu dinamis dan dampaknya bagi Indonesia,” ucapnya.
Tim penulis monograf ‘Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel’ Broto Wardoyo menjelaskan bahwa normalisasi Arab Saudi-Israel akan memberikan beberapa dampak yang patut diperhatikan oleh Indonesia.
Pasalnya, normalisasi hubungan akan membawa kemudahan posisi Indonesia dalam masalah Palestina. Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina akan lebih mudah dilakukan dengan membandingkannya dengan keputusan negara-negara Arab.
“Dalam kondisi menjelang pemilihan umum, penggunaan isu Palestina pasti akan besar eskalasinya. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong pengamatan yang lebih serius dalam masalah Palestina dan Israel dengan menugaskan individu atau tim khusus, terutama memberikan justifikasi ke publik bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan pada Palestina,” ujarnya.
Broto juga menambahkan analisis lainnya terkait implikasi global dari adanya normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel tidak terlalu besar. Penolakan dari negara-negara besar tidak akan dominan, termasuk dari China meski hal tersebut menunjukkan kembalinya peran Amerika Serikat di Timur Tengah.
Hal tersebut mengingat pendekatan China terhadap Timur Tengah lebih didorong oleh kepentingan ekonomi dan energi sehingga tidak ada pertarungan yang antagonistik antar negara adi daya dalam langkah normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel.
Kondisi tersebut membuat stabilitas dapat lebih terjaga dan Indonesia dapat lebih tenang dalam menentukan prioritas-prioritas globalnya.
“Normalisasi akan mempengaruhi posisi politik Iran dan mitra-mitra aliansinya. Langkah tersebut tetap berpotensi mengubah arah kebijakan Iran dan meniadakan kembali jaminan keamanan Arab Saudi dari serangan Iran maupun sekutu-sekutunya. Hal ini akan menciptakan gangguan-gangguan dalam stabilitas di kawasan meski tidak memunculkan gejolak yang besar,” jelasnya.
Muhammad Luthfi Zuhdi, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia selaku penanggap mengamini bahwa ada beberapa faktor internal di Arab Saudi yang mendorong negara itu untuk mencoba membangun relasi dengan negara yang dulu dianggap sebagai musuh, salah satunya adalah Israel.
“Faktor internal itu adalah Visi 2030 Arab Saudi yang 80 persen berdasarkan pertimbangan ekonomi yakni ingin mencari devisa selain dari sektor minyak dan gas,” ujarnya.
Dirinya juga melihat bahwa normalisasi hubungan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena ada beberapa faktor yang menghambat yakni dari Pemerintah Israel yang terus bertindak keras terhadap Palestina. Padahal Arab Saudi menjadi salah satu penyokong, termasuk dalam hal pendanaan bagi Palestina.
Penanggap lainnya, Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia mengatakan kajian Lab 45 ini sangat komprehensif dan diarahkan untuk pengambilan kebijakan oleh berbagai pihak seperti pemerintah.
Dia juga melihat bahwa normalisasi ini masih tersandung pada tindakan kelompok sayap kanan Israel yang tidak berubah sehingga jika terus dipetahakan maka prospek perdamaian dan stabilitas politik di Palestina dan kawasan tidak akan bergerak maju.
RELATED ARTICLES
Saudi-Israel Kian Mesra, Indonesia Dorong Isu Palestina
Indonesia perlu memperhatikan secara seksama kemungkinan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel yang memengaruhi dukungan terhadap Palestina
Context.id, JAKARTA - Indonesia perlu mengambil peran terkait kemungkinan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel. Salah satunya dengan mendorong kembali dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
Hal itu menjadi salah satu rekomendasi kajian bertajuk ‘Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel’ yang dipublikasikan lembaga Laboratorium Indonesia 2045 (LAB45), Rabu (21/6/2023).
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto, dalam sambutan kegiatan mengatakan bahwa jajarannya rutin melakukan kajian geopolitik dan disampaikan kepada presiden setiap akhir bulan. Salah satu variabel yang dibahas adalah dinamika hubungan kawasan Timur Tengah.
“Harapan saya, kajian Lab 45 ini akan mampu memperkaya pemahaman kita semua agar dapat memperkuat kewaspadaan serta mengantisipasi dinamika Timur Tengah yang begitu dinamis dan dampaknya bagi Indonesia,” ucapnya.
Tim penulis monograf ‘Prospek Normalisasi Hubungan Diplomatik Arab Saudi-Israel’ Broto Wardoyo menjelaskan bahwa normalisasi Arab Saudi-Israel akan memberikan beberapa dampak yang patut diperhatikan oleh Indonesia.
Pasalnya, normalisasi hubungan akan membawa kemudahan posisi Indonesia dalam masalah Palestina. Dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina akan lebih mudah dilakukan dengan membandingkannya dengan keputusan negara-negara Arab.
“Dalam kondisi menjelang pemilihan umum, penggunaan isu Palestina pasti akan besar eskalasinya. Untuk itu, pemerintah perlu mendorong pengamatan yang lebih serius dalam masalah Palestina dan Israel dengan menugaskan individu atau tim khusus, terutama memberikan justifikasi ke publik bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan pada Palestina,” ujarnya.
Broto juga menambahkan analisis lainnya terkait implikasi global dari adanya normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel tidak terlalu besar. Penolakan dari negara-negara besar tidak akan dominan, termasuk dari China meski hal tersebut menunjukkan kembalinya peran Amerika Serikat di Timur Tengah.
Hal tersebut mengingat pendekatan China terhadap Timur Tengah lebih didorong oleh kepentingan ekonomi dan energi sehingga tidak ada pertarungan yang antagonistik antar negara adi daya dalam langkah normalisasi hubungan diplomatik Arab Saudi dan Israel.
Kondisi tersebut membuat stabilitas dapat lebih terjaga dan Indonesia dapat lebih tenang dalam menentukan prioritas-prioritas globalnya.
“Normalisasi akan mempengaruhi posisi politik Iran dan mitra-mitra aliansinya. Langkah tersebut tetap berpotensi mengubah arah kebijakan Iran dan meniadakan kembali jaminan keamanan Arab Saudi dari serangan Iran maupun sekutu-sekutunya. Hal ini akan menciptakan gangguan-gangguan dalam stabilitas di kawasan meski tidak memunculkan gejolak yang besar,” jelasnya.
Muhammad Luthfi Zuhdi, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia selaku penanggap mengamini bahwa ada beberapa faktor internal di Arab Saudi yang mendorong negara itu untuk mencoba membangun relasi dengan negara yang dulu dianggap sebagai musuh, salah satunya adalah Israel.
“Faktor internal itu adalah Visi 2030 Arab Saudi yang 80 persen berdasarkan pertimbangan ekonomi yakni ingin mencari devisa selain dari sektor minyak dan gas,” ujarnya.
Dirinya juga melihat bahwa normalisasi hubungan itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat karena ada beberapa faktor yang menghambat yakni dari Pemerintah Israel yang terus bertindak keras terhadap Palestina. Padahal Arab Saudi menjadi salah satu penyokong, termasuk dalam hal pendanaan bagi Palestina.
Penanggap lainnya, Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia mengatakan kajian Lab 45 ini sangat komprehensif dan diarahkan untuk pengambilan kebijakan oleh berbagai pihak seperti pemerintah.
Dia juga melihat bahwa normalisasi ini masih tersandung pada tindakan kelompok sayap kanan Israel yang tidak berubah sehingga jika terus dipetahakan maka prospek perdamaian dan stabilitas politik di Palestina dan kawasan tidak akan bergerak maju.
POPULAR
RELATED ARTICLES