Share

Stories 21 Juni 2023

Deretan Klub Bola Favorit Presiden & Penguasa Dunia

Mulai dari klub kesukaan Joe Biden Si Paling Philadelphia, hingga kisah intervensi Putin dan Hitler di dunia sepak bola dalam rangka propaganda.

Presiden Joko Widodo (kiri) menerima jersey dari Presiden FIFA Gianni Infantino di Istana Kepresidenan, Selasa (18/10/2022) - Bisnis/Akbar Evandio

Context.id, JAKARTA - Sepak bola bukan sekadar olahraga, namun juga refleksi akan identitas dan jati diri seseorang. Inilah alasan kenapa klub bola favorit para tokoh ternama dunia, dari selebritis hingga para politisi, kerap memancing rasa penasaran khalayak.

Sebagai contoh, klub bola biasanya identik dengan kampung halaman, mengingatkan pada suatu pengalaman unik, menjadi salah satu penanda lini masa hidup, bahkan sampai menyangkut kesesuaian dengan filosofi dan prinsip hidup seseorang.

Tak heran, olahraga ini paling sering dijadikan sebagai alat politik dan propaganda, menilik efektivitasnya sebagai kendaraan penyedot simpati massa.

Context telah mengumpulkan beberapa tokoh ternama yang punya kisah menarik soal kecintaannya pada suatu klub sepak bola. Sebagian benar-benar tulus mencinta, sebagian lainnya tampak punya modus tertentu, memanfaatkan efek atas statusnya sebagai penggemar klub bersangkutan.

Berikut para tokoh politik, artis, sampai para penguasa dunia yang punya catatan menjadi penggemar klub sepak bola tertentu, diolah dari berbagai sumber:

Joe Biden Si Paling Philadelphia

Orang nomor satu di Amerika Serikat (AS) saat ini, Joe Biden terkenal sebagai penggemar semua tim olahraga asal Philadelphia, sebab dirinya memang asli kelahiran Scranton, Pennsylvania.

Mulai dari klub NFL Philadelphia Eagles, tim baseball Philadelphia Phillies, tim hoki Philadelphia Flyer, klub NBA Philadelphia 76ers, tak terkecuali tim sepak bola yang berlaga di MLS, Philadelphia Union, semua pernah kedatangan Biden di kursi penontonnya.

Khusus dari bidang sepak bola, kedekatan Biden dengan Philadelphia Union bahkan telah diraciknya sejak masih menjadi wakil presiden pada 2009-2017, alias menjadi pendamping Presiden Barack Obama. Kala itu, Biden tercatat punya banyak momen sebagai penonton Union.

Menariknya, ketika Biden bertarung dengan Donald Trump pada pemilu presiden AS pada 2020 lalu, berbagai retorika dan filosofi terkait dunia olahraga di kawasan Pennsylvania kerap terlontar dari mulut Biden kala berkampanye di kampung halamannya itu.

Biden pun sukses menang di Pennsylvania, padahal sebelumnya kawasan ini dimenangkan Trump pada pemilu presiden 2016. Apakah salah satunya berkah dukungan para suporter klub olahraga?

Charles III dan Keluarga Kerajaan Inggris

Keluarga kerajaan Inggris terbilang loyal dengan industri sepak bola. Tak heran, Liga Premier Inggris saat ini menjelma menjadi acara olahraga terpopuler di dunia.

Oleh karena itu, klub favorit setiap anggota keluarga kerajaan pun selalu menjadi sorotan, termasuk penguasa Britania Raya saat ini, Raja Charles III. Menariknya, klub favorit Charles terbilang anti-mainstream.

Charles mengaku jatuh cinta dengan Burnley secara terbuka pada medio 2012, ketika menghadiri acara amal di daerah terkait. Artinya, Charles terbilang mengikuti jejak buyutnya, Raja George V yang juga pendukung Burnley.

Terkini, Burnley baru saja menjuarai Divisi Championship alias kasta kedua sepak bola Inggris, sehingga tim bertajuk The Clarets ini akan kembali promosi ke Liga Premier Inggris pada musim depan.

Itulah yang membuat Raja Charles unik di mata penggemar sepak bola, karena justru mendukung klub medioker yang terbilang susah payah bertahan di kasta teratas Liga Inggris.

Berbeda 180 derajat dengan ibunya, Ratu Elizabeth II yang disebut mendukung dua klub matang asal London, West Ham dan Arsenal.

Anak dan menantunya pun cenderung menyukai klub besar. Pangeran William mendukung Aston Villa, Kate Middleton mengaku suka Chelsea, sementara Pangeran Harry merupakan penggemar Arsenal.

George Weah Sang Legenda Milanisti

Presiden Liberia George Weah tentu merupakan pendukung AC Milan, sebab sebelum memutuskan gantung sepatu dan terjun ke dunia politik, puncak kariernya sebagai pesepakbola berada di sana.

Weah sempat membantu Rossoneri merebut jawara Serie A dua kali pada musim 1995 dan 1998. Selain itu, Weah juga mengumpulkan titel individu sebagai FIFA World Player of the Year, Ballon d'Or, dan menjadi pemain terbaik Afrika dalam beberapa tahun di masa keemasannya.

Tak heran, Weah sudah termasuk sebagai pemain legendaris AC Milan dan masuk dalam AC Milan Hall of Fame.

Apakah status sebagai pesepakbola legendaris ini turut memuluskan jalan Weah menjadi presiden? Nyatanya tidak juga. Weah harus membuktikan diri terlebih dahulu di dunia politik sejak 2005 sampai 2016, sebelum akhirnya resmi menjadi presiden pada pemilu presiden Liberia 2017.

Paus Fransiskus Dukung 'The Saints'

Penguasa gereja katolik Roma, Paus Fransiskus Jorge Mario Bergoglio merupakan penggemar berat salah satu klub asal Ibu Kota Argentina, San Lorenzo de Almagro.

Kendati Paus Fransiskus memang asli kelahiran Buenos Aires, kandang San Lorenzo, namun memilih klub ini sebagai klub favorit terbilang tak biasa.

Pasalnya, kebanyakan warga Buenos Aires merupakan penggemar klub yang lebih sukses, seperti River Plate atau Boca Juniors. Lalu, kenapa Paus Fransiskus berlabuh ke San Lorenzo?

Menurut pengakuannya di BBC, klub ini telah menjadi tim yang didukung seluruh keluarga besarnya sejak dahulu. Bapaknya pun sempat menjadi pemain basket di klub olahraga besutan San Lorenzo.

Selain itu, berdasarkan sejarah tim, San Lorenzo didirikan pemuka agama katolik di Buenos Aires bernama Lorenzo Massa. Awalnya, Massa melihat banyak anak-anak telantar yang bermain bola di pinggir jalan, sampai-sampai hampir tertabrak kereta. Tak tega, Massa meminta anak-anak itu bermain bola di halaman belakang gereja saja.

Semakin ramai dan terkenal, akhirnya perkumpulan bola ini pun diresmikan menjadi sebuah klub olahraga. Inilah alasan kenapa San Lorenzo disebut Los Santos atau The Saints sebagai salah satu julukannya.

Artinya, tetap ada alasan religius di balik dukungan Paus Fransiskus untuk The Saints, bukan?

Saat Putin Sindir Zenit

Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan penggemar berat Zenit Saint Petersburg, sebab dirinya memang lahir dan besar di St. Petersburg atau dahulu bernama Leningrad.

Bukan hanya penggemar biasa, selama menjadi orang nomor satu di Negeri Beruang Merah pun Putin cenderung vokal menanggapi perkembangan Zenit.

Paling ngeri terjadi pada medio 2017, di mana Putin menyindir Zenit yang memiliki banyak pemain non-Rusia, namun tersingkir dari UEFA Champions League dan hanya mampu lolos ke UEFA Europa League.

"Kamu punya delapan pemain pendatang berlarian di atas lapangan, membawa Zenit bermain Liga Eropa. Selamat," ungkapnya.

Setelah itu, Zenit tercatat terus mengurangi porsi pemain asing dan lebih banyak membina pemain muda asli Rusia. Hasilnya, selama lima musim belakangan, Zenit selalu menjadi juara yang mendominasi liga Rusia.

Selain itu, terungkap pula bahwa Putin sempat mengintervensi transfer Andrey Arshavin ke Arsenal pada 2009, berbekal status sebagai perwakilan sponsor Zenit, Gazprom yang kebetulan merupakan perusahaan BUMN di bidang energi.

Kala itu, Putin memaksa Arsenal membayar dua kali lipat dari harga kesepakatan awal, karena menganggap harga Arshavin sebagai salah satu pemain kebanggaan negaranya itu terlalu murah.

Akhirnya, setelah dinego dengan berbagai cara, Arsenal pun harus menyerah dan mengabulkan permintaan Putin. Ngeri!

Joko Widodo dan Persis Solo

Seperti diketahui, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) merupakan warga asli Surakarta, sehingga jangan harap Jokowi akan menjadi suporter klub selain Persatuan Sepak Bola Indonesia Surakarta (Persis Solo).

Kala berkarier sebagai Wali Kota Solo, Jokowi banyak memiliki momen memakai identitas Pasoepati, nama salah satu basis penggemar Persis Solo. Tak heran, kalau basis penggemar Persis Solo biasanya juga jadi pendukung Jokowi di kancah politik.

Bahkan, sebagai presiden pun, Jokowi masih mempertahankan identitasnya itu. Misalnya, ketika ditanya awak media soal momen menonton Piala Dunia akhir tahun lalu, Jokowi malah berkelakar, mengaku lebih memilih menonton laga Persis vs Persib.

Terkini, putra bungsunya, Kaesang Pangarep merupakan pemegang saham mayoritas Persis Solo. Sementara putra bungsunya yang saat ini menjadi Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, tampak mengikuti cara bapaknya soal bagaimana membangun simpati dengan basis penggemar Persis Solo.

Hitler & Propaganda di Bundesliga

Pemimpin Partai Nazi sekaligus penguasa Jerman era kejayaan fasisme, Adolf Hitler tercatat sempat menjadikan sepak bola sebagai alat propaganda, terutama berkaitan keunggulan ras Arya dan penyebaran paham antisemitisme.

Sudah banyak cerita soal bagaimana Hitler memaksa adanya salam Nazi di setiap laga Timnas Jerman, sampai menciduk para pemain bola yang berkhianat dengan Nazi.

Namun, dari lanskap klub-klub Bundesliga atau dahulu bernama German Football Championship, masih menjadi perdebatan apakah Hitler mendukung klub tertentu. Tapi yang pasti, Hitler membenci klub yang punya kedekatan dengan Yahudi, menyebutnya sebagai Judenklub, dan berupaya menekan prestasi mereka.

Dua klub raksasa yang sempat disebut Judenklub oleh Hitler, terutama Bayern Munchen dan Eintracht Frankfurt. Banyak pengurus dan penggemar kedua klub itu mengungsi ke Inggris atau urung menyatakan dukungannya secara terbuka kala itu, sebab diteror rasa takut kepada Sang Fuhrer.

Sebaliknya, klub Schalke 04 justru merasakan masa keemasannya selama Hitler menjadi Kanselir Jerman. Sebanyak 6 dari 7 titel Bundesliga yang diraih Schalke berada pada masa-masa itu.

Majalah The Times dalam 'The 50 Worst Famous Football Fans' sempat memberikan beberapa bukti kedekatan Hitler dengan Schalke, kendati manajemen klub begitu keras menentang klaim tersebut. Ya, tentu karena segala hal berbau Hitler dan Nazi saat ini sudah seperti aib bagi orang Jerman.

Selain dari sisi munculnya prestasi mentereng dari klub berwarna biru itu, salah satu bukti kedekatannya dengan era kepemimpinan Hitler, misalnya soal adanya kebijakan keringanan untuk para pemain Schalke di era wajib perang, di mana para pemain itu hanya diminta berada di garis belakang peperangan.

Selain itu, Schalke kala itu memang dicitrakan sebagai cerminan kekuatan 'Jerman Baru' oleh pemerintah fasis. Bukti lainnya berasal dari salah satu foto perayaan juara Schalke, di mana beberapa pemainnya kedapatan mengenakan kaus oblong bergambar reichsadler atau elang imperial yang menggenggam simbol swastika.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Hitler memang menyukai Schalke atau hanya memanfaatkan momentum kejayaan mereka sebagai alat propaganda?

Kisah Unik Wali Kota London

Orang nomor satu di London saat ini, Wali Kota Sadiq Khan sempat mengungkap kisah memilukan saat mencoba memilih klub bola favorit semasa kecil. Akhirnya, kendati dibesarkan di wilayah Ibu Kota, Khan justru menjadi penggemar Liverpool.

Sebagai keturunan Pakistan, anak supir bus, dan seorang muslim, Khan kerap menerima perlakuan rasis dari suporter kota London lain ketika menonton langsung pertandingan bola di stadion. Inilah yang membuatnya lebih banyak menonton pertandingan dari televisi.

Saat itu, Liverpool sedang berada pada masa kejayaannya. Khan mengaku jatuh cinta dengan pola permainan Kenny Dalglish, Ian Rush, dan kawan-kawan, bintang lapangan The Reds kala itu yang saat ini telah berstatus legenda.

Berdasarkan pengalamannya tersebut, itulah alasan kenapa sampai sekarang Khan pun masih kerap menggaungkan kampanye anti-rasisme di lanskap penggemar klub bola, dan rajin bersuara soal isu-isu sosial yang berhubungan dengan sepak bola.

Raja Dukung Atletico, Rakyat Senang

Para pemimpin Negeri Matador, Raja Felipe VI dan Perdana Menteri Pedro Sanchez kompak merupakan pendukung klub Atletico Madrid.

Bagi penggemar La Liga di Indonesia, mungkin mengagetkan kenapa para elit tertinggi Spanyol justru tidak mendukung klub-klub bola dominan macam Real Madrid dan Barcelona. Namun, bagi orang Spanyol, ini merupakan kebetulan yang sangat bagus karena terasa menyejukkan.

Seperti diketahui, sepak bola di daratan Spanyol tak bisa lepas dari aroma persaingan politis antara klub asal Catalunya yang saat ini diwakili Barcelona, dengan klub didikan elit pemerintahan Spanyol yang menjelma melalui Real Madrid.

Kedua klub pun punya sejarah kelam selama masa pemerintahan diktator Jenderal Fransisco Franco, yang kala itu rela melakukan apa pun demi membawa Real Madrid menjadi nomor satu, terutama dalam hal menjegal prestasi Barcelona.

Adapun, Atletico Madrid yang peringkat klasemen tiap musimnya kerap berada di bawah kedua klub raksasa tersebut, terbilang punya sejarah yang lebih ramah.

Tak heran, ketika Raja Felipe secara terbuka mengaku jatuh cinta pada Atletico sejak menemani orang tuanya menonton Final Copa Del Generalisimo (kini Copa Del Rey) pada 1976, publik Spanyol justru merasa lega.

Berbagai gimik yang menggambarkan rasa cinta Felipe kepada klub berjuluk Los Colchoneros itu pun kerap menjadi sorotan media.

Salah satunya, ketika klub yang identik dengan warna putih-merah-biru ini pindah stadion dari Vicente Calderon ke Wanda Metropolitano, Felipe merupakan orang terakhir yang mengucapkan perpisahan kepada stadion lama sebelum resmi dirobohkan.

Felipe datang ke Vicente Calderon ditemani ayahnya, katanya sembari sekalian bernostalgia, karena stadion itu merupakan tempat bersejarah baginya semasa kecil. Terkini, Vicente Calderon tengah berproses untuk diubah menjadi taman kota bertajuk Atletico Park.



Penulis : Aziz Rahardyan

Editor   : Wahyu Arifin

Stories 21 Juni 2023

Deretan Klub Bola Favorit Presiden & Penguasa Dunia

Mulai dari klub kesukaan Joe Biden Si Paling Philadelphia, hingga kisah intervensi Putin dan Hitler di dunia sepak bola dalam rangka propaganda.

Presiden Joko Widodo (kiri) menerima jersey dari Presiden FIFA Gianni Infantino di Istana Kepresidenan, Selasa (18/10/2022) - Bisnis/Akbar Evandio

Context.id, JAKARTA - Sepak bola bukan sekadar olahraga, namun juga refleksi akan identitas dan jati diri seseorang. Inilah alasan kenapa klub bola favorit para tokoh ternama dunia, dari selebritis hingga para politisi, kerap memancing rasa penasaran khalayak.

Sebagai contoh, klub bola biasanya identik dengan kampung halaman, mengingatkan pada suatu pengalaman unik, menjadi salah satu penanda lini masa hidup, bahkan sampai menyangkut kesesuaian dengan filosofi dan prinsip hidup seseorang.

Tak heran, olahraga ini paling sering dijadikan sebagai alat politik dan propaganda, menilik efektivitasnya sebagai kendaraan penyedot simpati massa.

Context telah mengumpulkan beberapa tokoh ternama yang punya kisah menarik soal kecintaannya pada suatu klub sepak bola. Sebagian benar-benar tulus mencinta, sebagian lainnya tampak punya modus tertentu, memanfaatkan efek atas statusnya sebagai penggemar klub bersangkutan.

Berikut para tokoh politik, artis, sampai para penguasa dunia yang punya catatan menjadi penggemar klub sepak bola tertentu, diolah dari berbagai sumber:

Joe Biden Si Paling Philadelphia

Orang nomor satu di Amerika Serikat (AS) saat ini, Joe Biden terkenal sebagai penggemar semua tim olahraga asal Philadelphia, sebab dirinya memang asli kelahiran Scranton, Pennsylvania.

Mulai dari klub NFL Philadelphia Eagles, tim baseball Philadelphia Phillies, tim hoki Philadelphia Flyer, klub NBA Philadelphia 76ers, tak terkecuali tim sepak bola yang berlaga di MLS, Philadelphia Union, semua pernah kedatangan Biden di kursi penontonnya.

Khusus dari bidang sepak bola, kedekatan Biden dengan Philadelphia Union bahkan telah diraciknya sejak masih menjadi wakil presiden pada 2009-2017, alias menjadi pendamping Presiden Barack Obama. Kala itu, Biden tercatat punya banyak momen sebagai penonton Union.

Menariknya, ketika Biden bertarung dengan Donald Trump pada pemilu presiden AS pada 2020 lalu, berbagai retorika dan filosofi terkait dunia olahraga di kawasan Pennsylvania kerap terlontar dari mulut Biden kala berkampanye di kampung halamannya itu.

Biden pun sukses menang di Pennsylvania, padahal sebelumnya kawasan ini dimenangkan Trump pada pemilu presiden 2016. Apakah salah satunya berkah dukungan para suporter klub olahraga?

Charles III dan Keluarga Kerajaan Inggris

Keluarga kerajaan Inggris terbilang loyal dengan industri sepak bola. Tak heran, Liga Premier Inggris saat ini menjelma menjadi acara olahraga terpopuler di dunia.

Oleh karena itu, klub favorit setiap anggota keluarga kerajaan pun selalu menjadi sorotan, termasuk penguasa Britania Raya saat ini, Raja Charles III. Menariknya, klub favorit Charles terbilang anti-mainstream.

Charles mengaku jatuh cinta dengan Burnley secara terbuka pada medio 2012, ketika menghadiri acara amal di daerah terkait. Artinya, Charles terbilang mengikuti jejak buyutnya, Raja George V yang juga pendukung Burnley.

Terkini, Burnley baru saja menjuarai Divisi Championship alias kasta kedua sepak bola Inggris, sehingga tim bertajuk The Clarets ini akan kembali promosi ke Liga Premier Inggris pada musim depan.

Itulah yang membuat Raja Charles unik di mata penggemar sepak bola, karena justru mendukung klub medioker yang terbilang susah payah bertahan di kasta teratas Liga Inggris.

Berbeda 180 derajat dengan ibunya, Ratu Elizabeth II yang disebut mendukung dua klub matang asal London, West Ham dan Arsenal.

Anak dan menantunya pun cenderung menyukai klub besar. Pangeran William mendukung Aston Villa, Kate Middleton mengaku suka Chelsea, sementara Pangeran Harry merupakan penggemar Arsenal.

George Weah Sang Legenda Milanisti

Presiden Liberia George Weah tentu merupakan pendukung AC Milan, sebab sebelum memutuskan gantung sepatu dan terjun ke dunia politik, puncak kariernya sebagai pesepakbola berada di sana.

Weah sempat membantu Rossoneri merebut jawara Serie A dua kali pada musim 1995 dan 1998. Selain itu, Weah juga mengumpulkan titel individu sebagai FIFA World Player of the Year, Ballon d'Or, dan menjadi pemain terbaik Afrika dalam beberapa tahun di masa keemasannya.

Tak heran, Weah sudah termasuk sebagai pemain legendaris AC Milan dan masuk dalam AC Milan Hall of Fame.

Apakah status sebagai pesepakbola legendaris ini turut memuluskan jalan Weah menjadi presiden? Nyatanya tidak juga. Weah harus membuktikan diri terlebih dahulu di dunia politik sejak 2005 sampai 2016, sebelum akhirnya resmi menjadi presiden pada pemilu presiden Liberia 2017.

Paus Fransiskus Dukung 'The Saints'

Penguasa gereja katolik Roma, Paus Fransiskus Jorge Mario Bergoglio merupakan penggemar berat salah satu klub asal Ibu Kota Argentina, San Lorenzo de Almagro.

Kendati Paus Fransiskus memang asli kelahiran Buenos Aires, kandang San Lorenzo, namun memilih klub ini sebagai klub favorit terbilang tak biasa.

Pasalnya, kebanyakan warga Buenos Aires merupakan penggemar klub yang lebih sukses, seperti River Plate atau Boca Juniors. Lalu, kenapa Paus Fransiskus berlabuh ke San Lorenzo?

Menurut pengakuannya di BBC, klub ini telah menjadi tim yang didukung seluruh keluarga besarnya sejak dahulu. Bapaknya pun sempat menjadi pemain basket di klub olahraga besutan San Lorenzo.

Selain itu, berdasarkan sejarah tim, San Lorenzo didirikan pemuka agama katolik di Buenos Aires bernama Lorenzo Massa. Awalnya, Massa melihat banyak anak-anak telantar yang bermain bola di pinggir jalan, sampai-sampai hampir tertabrak kereta. Tak tega, Massa meminta anak-anak itu bermain bola di halaman belakang gereja saja.

Semakin ramai dan terkenal, akhirnya perkumpulan bola ini pun diresmikan menjadi sebuah klub olahraga. Inilah alasan kenapa San Lorenzo disebut Los Santos atau The Saints sebagai salah satu julukannya.

Artinya, tetap ada alasan religius di balik dukungan Paus Fransiskus untuk The Saints, bukan?

Saat Putin Sindir Zenit

Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan penggemar berat Zenit Saint Petersburg, sebab dirinya memang lahir dan besar di St. Petersburg atau dahulu bernama Leningrad.

Bukan hanya penggemar biasa, selama menjadi orang nomor satu di Negeri Beruang Merah pun Putin cenderung vokal menanggapi perkembangan Zenit.

Paling ngeri terjadi pada medio 2017, di mana Putin menyindir Zenit yang memiliki banyak pemain non-Rusia, namun tersingkir dari UEFA Champions League dan hanya mampu lolos ke UEFA Europa League.

"Kamu punya delapan pemain pendatang berlarian di atas lapangan, membawa Zenit bermain Liga Eropa. Selamat," ungkapnya.

Setelah itu, Zenit tercatat terus mengurangi porsi pemain asing dan lebih banyak membina pemain muda asli Rusia. Hasilnya, selama lima musim belakangan, Zenit selalu menjadi juara yang mendominasi liga Rusia.

Selain itu, terungkap pula bahwa Putin sempat mengintervensi transfer Andrey Arshavin ke Arsenal pada 2009, berbekal status sebagai perwakilan sponsor Zenit, Gazprom yang kebetulan merupakan perusahaan BUMN di bidang energi.

Kala itu, Putin memaksa Arsenal membayar dua kali lipat dari harga kesepakatan awal, karena menganggap harga Arshavin sebagai salah satu pemain kebanggaan negaranya itu terlalu murah.

Akhirnya, setelah dinego dengan berbagai cara, Arsenal pun harus menyerah dan mengabulkan permintaan Putin. Ngeri!

Joko Widodo dan Persis Solo

Seperti diketahui, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) merupakan warga asli Surakarta, sehingga jangan harap Jokowi akan menjadi suporter klub selain Persatuan Sepak Bola Indonesia Surakarta (Persis Solo).

Kala berkarier sebagai Wali Kota Solo, Jokowi banyak memiliki momen memakai identitas Pasoepati, nama salah satu basis penggemar Persis Solo. Tak heran, kalau basis penggemar Persis Solo biasanya juga jadi pendukung Jokowi di kancah politik.

Bahkan, sebagai presiden pun, Jokowi masih mempertahankan identitasnya itu. Misalnya, ketika ditanya awak media soal momen menonton Piala Dunia akhir tahun lalu, Jokowi malah berkelakar, mengaku lebih memilih menonton laga Persis vs Persib.

Terkini, putra bungsunya, Kaesang Pangarep merupakan pemegang saham mayoritas Persis Solo. Sementara putra bungsunya yang saat ini menjadi Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, tampak mengikuti cara bapaknya soal bagaimana membangun simpati dengan basis penggemar Persis Solo.

Hitler & Propaganda di Bundesliga

Pemimpin Partai Nazi sekaligus penguasa Jerman era kejayaan fasisme, Adolf Hitler tercatat sempat menjadikan sepak bola sebagai alat propaganda, terutama berkaitan keunggulan ras Arya dan penyebaran paham antisemitisme.

Sudah banyak cerita soal bagaimana Hitler memaksa adanya salam Nazi di setiap laga Timnas Jerman, sampai menciduk para pemain bola yang berkhianat dengan Nazi.

Namun, dari lanskap klub-klub Bundesliga atau dahulu bernama German Football Championship, masih menjadi perdebatan apakah Hitler mendukung klub tertentu. Tapi yang pasti, Hitler membenci klub yang punya kedekatan dengan Yahudi, menyebutnya sebagai Judenklub, dan berupaya menekan prestasi mereka.

Dua klub raksasa yang sempat disebut Judenklub oleh Hitler, terutama Bayern Munchen dan Eintracht Frankfurt. Banyak pengurus dan penggemar kedua klub itu mengungsi ke Inggris atau urung menyatakan dukungannya secara terbuka kala itu, sebab diteror rasa takut kepada Sang Fuhrer.

Sebaliknya, klub Schalke 04 justru merasakan masa keemasannya selama Hitler menjadi Kanselir Jerman. Sebanyak 6 dari 7 titel Bundesliga yang diraih Schalke berada pada masa-masa itu.

Majalah The Times dalam 'The 50 Worst Famous Football Fans' sempat memberikan beberapa bukti kedekatan Hitler dengan Schalke, kendati manajemen klub begitu keras menentang klaim tersebut. Ya, tentu karena segala hal berbau Hitler dan Nazi saat ini sudah seperti aib bagi orang Jerman.

Selain dari sisi munculnya prestasi mentereng dari klub berwarna biru itu, salah satu bukti kedekatannya dengan era kepemimpinan Hitler, misalnya soal adanya kebijakan keringanan untuk para pemain Schalke di era wajib perang, di mana para pemain itu hanya diminta berada di garis belakang peperangan.

Selain itu, Schalke kala itu memang dicitrakan sebagai cerminan kekuatan 'Jerman Baru' oleh pemerintah fasis. Bukti lainnya berasal dari salah satu foto perayaan juara Schalke, di mana beberapa pemainnya kedapatan mengenakan kaus oblong bergambar reichsadler atau elang imperial yang menggenggam simbol swastika.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Hitler memang menyukai Schalke atau hanya memanfaatkan momentum kejayaan mereka sebagai alat propaganda?

Kisah Unik Wali Kota London

Orang nomor satu di London saat ini, Wali Kota Sadiq Khan sempat mengungkap kisah memilukan saat mencoba memilih klub bola favorit semasa kecil. Akhirnya, kendati dibesarkan di wilayah Ibu Kota, Khan justru menjadi penggemar Liverpool.

Sebagai keturunan Pakistan, anak supir bus, dan seorang muslim, Khan kerap menerima perlakuan rasis dari suporter kota London lain ketika menonton langsung pertandingan bola di stadion. Inilah yang membuatnya lebih banyak menonton pertandingan dari televisi.

Saat itu, Liverpool sedang berada pada masa kejayaannya. Khan mengaku jatuh cinta dengan pola permainan Kenny Dalglish, Ian Rush, dan kawan-kawan, bintang lapangan The Reds kala itu yang saat ini telah berstatus legenda.

Berdasarkan pengalamannya tersebut, itulah alasan kenapa sampai sekarang Khan pun masih kerap menggaungkan kampanye anti-rasisme di lanskap penggemar klub bola, dan rajin bersuara soal isu-isu sosial yang berhubungan dengan sepak bola.

Raja Dukung Atletico, Rakyat Senang

Para pemimpin Negeri Matador, Raja Felipe VI dan Perdana Menteri Pedro Sanchez kompak merupakan pendukung klub Atletico Madrid.

Bagi penggemar La Liga di Indonesia, mungkin mengagetkan kenapa para elit tertinggi Spanyol justru tidak mendukung klub-klub bola dominan macam Real Madrid dan Barcelona. Namun, bagi orang Spanyol, ini merupakan kebetulan yang sangat bagus karena terasa menyejukkan.

Seperti diketahui, sepak bola di daratan Spanyol tak bisa lepas dari aroma persaingan politis antara klub asal Catalunya yang saat ini diwakili Barcelona, dengan klub didikan elit pemerintahan Spanyol yang menjelma melalui Real Madrid.

Kedua klub pun punya sejarah kelam selama masa pemerintahan diktator Jenderal Fransisco Franco, yang kala itu rela melakukan apa pun demi membawa Real Madrid menjadi nomor satu, terutama dalam hal menjegal prestasi Barcelona.

Adapun, Atletico Madrid yang peringkat klasemen tiap musimnya kerap berada di bawah kedua klub raksasa tersebut, terbilang punya sejarah yang lebih ramah.

Tak heran, ketika Raja Felipe secara terbuka mengaku jatuh cinta pada Atletico sejak menemani orang tuanya menonton Final Copa Del Generalisimo (kini Copa Del Rey) pada 1976, publik Spanyol justru merasa lega.

Berbagai gimik yang menggambarkan rasa cinta Felipe kepada klub berjuluk Los Colchoneros itu pun kerap menjadi sorotan media.

Salah satunya, ketika klub yang identik dengan warna putih-merah-biru ini pindah stadion dari Vicente Calderon ke Wanda Metropolitano, Felipe merupakan orang terakhir yang mengucapkan perpisahan kepada stadion lama sebelum resmi dirobohkan.

Felipe datang ke Vicente Calderon ditemani ayahnya, katanya sembari sekalian bernostalgia, karena stadion itu merupakan tempat bersejarah baginya semasa kecil. Terkini, Vicente Calderon tengah berproses untuk diubah menjadi taman kota bertajuk Atletico Park.



Penulis : Aziz Rahardyan

Editor   : Wahyu Arifin


RELATED ARTICLES

Peringkat Global Negara dan Kota yang Mendorong Perusahaan Rintisan AI

Jerman menunjukkan peningkatan dalam pemeringkatan baru untuk tempat terbaik bagi perusahaan rintisan AI, sementara Prancis menurun dan AS serta I ...

Context.id . 25 November 2024

Apakah Hologram AI Yesus Bisa Menerima Pengakuan Dosa?

\"Tuhan, ampunilah saya karena telah melakukan kesalahan......\"

Context.id . 25 November 2024

Apakah Flu saat Hamil Meningkatkan Risiko Autisme Anak? Ini Kata Para Ahli

Meskipun belum bisa dipastikan sebagai penyebab langsung, infeksi seperti flu saat hamil bisa berkontribusi meningkatkan risiko gangguan spektrum ...

Context.id . 25 November 2024

Haruskah Tetap Belajar Coding di Dunia AI?

Kamp pelatihan coding dulunya tampak seperti tiket emas menuju masa depan yang aman secara ekonomi. Namun, saat janji itu memudar, apa yang harus ...

Context.id . 25 November 2024