Kenapa Red Bull Racing Begitu Mendominasi F1?
Red Bull Racing belum pernah kalah sekali pun sepanjang ajang F1 musim ini. Kenapa, ya?
Context.id, JAKARTA - Sepanjang Fomula 1 (F1) musim 2023 berjalan, tim Oracle Red Bull Racing belum pernah kalah dan semakin tak tersentuh. Beberapa tim rival pun mulai panas, mencoba menjegal dominasi sang Banteng Merah.
Sebagai gambaran, Red Bull selalu finis di peringkat pertama selama 7 seri balapan musim ini. Pembalap nomor satunya yang sekaligus pemegang juara bertahan, Max Verstappen menang 5 kali, sementara rekan setimnya, Sergio Perez menang 2 kali.
Max mencetak kemenangan di Bahrain, Australia, Miami, Monako, dan Spanyol. Bahkan, Max selalu menjadi runner-up ketika Sergio menang. Adapun, Sergio merasakan kemenangan di Arab Saudi dan Azerbaijan, serta merasakan dua kali runner-up di Bahrain dan Miami.
Tak heran, saat ini total poin Red Bull di papan konstruktor telah mencapai 287 poin, selisihnya hampir menyentuh dua kali lipat poin Mercedes AMG-Petronas di peringkat ke-2 dengan 152 poin.
Lantas, kenapa Red Bull bisa begitu mendominasi F1 di musim ini? Benar kah karena Red Bull telah menjadi tim kaya raya karena bertaburan sponsor raksasa?
Peran Honda dan Adrian Newey
Bos Red Bull Christian Horner menyebut dominasi timnya musim ini merupakan kombinasi berbagai hal, terutama kemajuan pengembangan mesin dan sasis yang terus membaik dalam beberapa tahun belakangan, bukan hanya karena uang.
Misalnya, dari sisi mesin, sponsor dari Honda yang kembali pada tahun ini telah mempercepat penyempurnaan mesin Red Bull Power Train (RBPT).
Sebagai informasi, Honda sempat keluar dari F1 dan tidak lagi menjadi suplier mesin Red Bull pada akhir musim 2021, karena sedang fokus memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.
Telanjur cocok dengan Honda, Red Bull pun terpaksa membeli sepaket unit bisnis pengembangan mesin Honda untuk F1, kemudian membuat mesin sendiri yang bertajuk RBPT itu.
Seiring kesuksesan Red Bull dan mesin RBPT pada 2021 dan 2022, Honda akhirnya kembali mendukung Red Bull sebagai sponsor pada tahun ini, mengubah nama resmi mesin Red Bull menjadi Red Bull Racing Honda RBPT. Hal ini tentu turut menambah pundi-pundi keuangan Red Bull Racing dalam hal pengembangan mobil.
Sementara dari sisi pengembangan sasis, Red Bull tercatat menjadi tim yang paling stabil dalam hal menyeimbangkan aspek reliabilitas, kesesuaian dengan perubahan regulasi, mempertahankan kecepatan dan akselerasi mobil di berbagai kondisi, hingga menciptakan setelan yang pas di beragam sirkuit.
Sebagai perbandingan, Mercedes yang sempat mendominasi selama 2014-2021 mulai limbung ketika ada perubahan regulasi di musim 2022. Adapun, Ferrari kerap punya problem reliabilitas walaupun punya paket kompetitif. Sementara McLaren hanya mengandalkan bekal kecepatan di trek lurus dalam beberapa tahun belakangan.
Konsistensi dalam performa sasis Red Bull tak bisa lepas dari peran insinyur mobil balap kawakan asal Inggris yang saat ini menjabat Chief Technical Officer Red Bull Racing, Adrian Newey.
Sebagai informasi, Adrian merupakan pembuat sasis legendaris mobil F1 yang telah mengantarkan 11 konstruktor dan 12 pembalap menjadi juara dunia F1. Termasuk, kejayaan Williams era 90-an, kesuksesan McLaren era Mika Hakkinen untuk menekan dominasi Ferrari era Michael Schumacher, sampai menjadi orang di balik kesuksesan Sebastian Vettel dan Red Bull pada musim 2010-2013.
Pria yang punya ciri khas membangun mobil balap lewat gambar sketsa tangan ini menjadi kunci kenapa sasis Red Bull bisa semakin efisien dari tahun ke tahun, juga membuat lantai mobil Red Bull menjadi yang paling optimal dari sisi areodinamis. Berbagai inovasi Adrian pun selalu menjadi bahan percontohan tim-tim F1 lain selama bertahun-tahun.
Adrian juga punya pendekatan membangun mobil menyesuaikan karakter pembalap. Tak heran, ketika kemampuan ini dikombinasikan dengan etos kerja Max Verstappen yang terkenal selalu terlibat dalam pengembangan mobil lewat mau duduk berjam-jam di atas simulator balap, tentu akan membuat Red Bull semakin mudah dalam menciptakan paket mobil balap yang selalu kompetitif.
Rival Mulai Panas
Terkini, beberapa tim papan atas pun mulai panas, berlomba menjadi juara non-Red Bull pertama untuk musim ini. Selain tim Mercedes dan Ferrari, ada Aston Martin Aramco Cognizant dan BWT Alpine Renault yang juga disebut memiliki peluang besar membuat gebrakan.
Pasalnya, keempatnya juga tengah mencoba melakukan upgrade mobil untuk setidaknya mampu mengimbangi kecepatan mobil Red Bull.
Mercedes menjadi yang paling dekat, setelah dua pembalapnya, Lewis Hamilton dan George Russell, masing-masing merebut podium ke-2 dan ke-3 pada balapan di Spanyol akhir pekan lalu.
CEO & Team Principal Mercedes AMG-Petronas Toto Wolff menjelaskan bahwa timnya sampai merubah arah pengembangan hingga 180 derajat dari awal musim untuk mencoba mengejar Red Bull.
Misalnya, konsep lubang angin langsing di bagian samping mobil sudah tidak dikembangkan lagi oleh Mercedes. Selain itu, setelan suspensi depan mobil pun berganti desain. Terakhir, terdapat perubahan lantai mobil untuk memperkuat aerodinamis.
"Kami memutuskan untuk berjalan ke arah berbeda, mengganti banyak komponen yang kami pikir membuat kami tidak berkembang. Ini pilhan yang berisiko. Tapi semua tim tengah mendorong ke depan, dan kami beruntung bisa langsung memiliki hasil balapan yang bagus," jelasnya di laman resmi F1, Rabu (7/6/2023).
Namun, Toto mengakui bahwa timnya masih jauh untuk menyamai prestasi Red Bull. Terlebih, sepanjang musim 2023 berjalan, tim berjuluk The Silver Arrows ini hanya berhasil meraih satu podium oleh Lewis, tepatnya saat menjadi runner-up di Australia.
Beruntung, berkat dobel podium di Spanyol, posisi klasemen Mercedes pun naik satu tingkat ke peringkat ke-2. Menyalip Aston Martin yang hanya ditopang oleh satu pembalap.
"Jadi saat ini kami menjaga agar ekspektasi kami tetap sesuai realita. Jalan mengejar Red Bull masih panjang. Kami hanya perlu menggelinding. Tapi ini saat yang tepat untuk mengetahui bahwa arah pengembangan mobil kami sudah berada di jalan yang benar," tambahnya.
Untuk Aston Martin, saat ini pembalap kawakan Fernando Alonso telah mengumpulkan 5 podium, terbagi 4 kali juara ke-3 dan sekali juara ke-2. Namun, rekan setimnya, Lance Stroll lebih banyak di papan tengah.
Oleh sebab itu, dengan paket mobil yang terbilang kompetitif, Aston Martin tinggal pekerjaan rumahnya, yaitu membuat dua pembalapnya konsisten berada di barisan depan.
Bergeser ke tim asal Perancis, Alpine juga mulai meningkatkan performa mobil lewat perubahan desain menjadi lebih kekinian, mengikuti tren bentuk aerodinamis tim-tim besar lainnya saat ini.
Pembalap utama Alpine, Esteban Ocon melihat bahwa timnya telah berjuang keras untuk membuat desain mobil baru yang bisa menyamai kecepatan tim-tim besar lain. Buktinya, terlihat dari hasil podium pada balapan di Monako.
"Dua minggu terakhir kami terus mencetak poin. Saya telah mencetak 19 poin dalam dua balapan, dan ini membanggakan. Kami telah membuat langkah maju dalam hal kecepatan mobil dan saya yakin kami dapat mempertahankannya dan menemukan kecepatan ekstra lagi selama balapan," ujarnya.
Terakhir, para pembalap Scuderia Ferrari, Charles Leclerc dan Carlos Sainz Jr. masih menunggu hasil upgrade terbaru dari penelitian para ahli pembuat mobil Tim Kuda Jingkrak di Italia.
Saat ini, salah satu yang telah terlihat, yakni perubahan desain lubang angin bagian samping dengan lekukan yang lebih tajam. Kebangkitan Ferrari pun tengah dinanti-nanti oleh para penggemar, karena sebenarnya Ferrari bisa membuktikan diri punya performa mobil yang bisa menyamai Red Bull pada tahun lalu.
RELATED ARTICLES
Kenapa Red Bull Racing Begitu Mendominasi F1?
Red Bull Racing belum pernah kalah sekali pun sepanjang ajang F1 musim ini. Kenapa, ya?
Context.id, JAKARTA - Sepanjang Fomula 1 (F1) musim 2023 berjalan, tim Oracle Red Bull Racing belum pernah kalah dan semakin tak tersentuh. Beberapa tim rival pun mulai panas, mencoba menjegal dominasi sang Banteng Merah.
Sebagai gambaran, Red Bull selalu finis di peringkat pertama selama 7 seri balapan musim ini. Pembalap nomor satunya yang sekaligus pemegang juara bertahan, Max Verstappen menang 5 kali, sementara rekan setimnya, Sergio Perez menang 2 kali.
Max mencetak kemenangan di Bahrain, Australia, Miami, Monako, dan Spanyol. Bahkan, Max selalu menjadi runner-up ketika Sergio menang. Adapun, Sergio merasakan kemenangan di Arab Saudi dan Azerbaijan, serta merasakan dua kali runner-up di Bahrain dan Miami.
Tak heran, saat ini total poin Red Bull di papan konstruktor telah mencapai 287 poin, selisihnya hampir menyentuh dua kali lipat poin Mercedes AMG-Petronas di peringkat ke-2 dengan 152 poin.
Lantas, kenapa Red Bull bisa begitu mendominasi F1 di musim ini? Benar kah karena Red Bull telah menjadi tim kaya raya karena bertaburan sponsor raksasa?
Peran Honda dan Adrian Newey
Bos Red Bull Christian Horner menyebut dominasi timnya musim ini merupakan kombinasi berbagai hal, terutama kemajuan pengembangan mesin dan sasis yang terus membaik dalam beberapa tahun belakangan, bukan hanya karena uang.
Misalnya, dari sisi mesin, sponsor dari Honda yang kembali pada tahun ini telah mempercepat penyempurnaan mesin Red Bull Power Train (RBPT).
Sebagai informasi, Honda sempat keluar dari F1 dan tidak lagi menjadi suplier mesin Red Bull pada akhir musim 2021, karena sedang fokus memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.
Telanjur cocok dengan Honda, Red Bull pun terpaksa membeli sepaket unit bisnis pengembangan mesin Honda untuk F1, kemudian membuat mesin sendiri yang bertajuk RBPT itu.
Seiring kesuksesan Red Bull dan mesin RBPT pada 2021 dan 2022, Honda akhirnya kembali mendukung Red Bull sebagai sponsor pada tahun ini, mengubah nama resmi mesin Red Bull menjadi Red Bull Racing Honda RBPT. Hal ini tentu turut menambah pundi-pundi keuangan Red Bull Racing dalam hal pengembangan mobil.
Sementara dari sisi pengembangan sasis, Red Bull tercatat menjadi tim yang paling stabil dalam hal menyeimbangkan aspek reliabilitas, kesesuaian dengan perubahan regulasi, mempertahankan kecepatan dan akselerasi mobil di berbagai kondisi, hingga menciptakan setelan yang pas di beragam sirkuit.
Sebagai perbandingan, Mercedes yang sempat mendominasi selama 2014-2021 mulai limbung ketika ada perubahan regulasi di musim 2022. Adapun, Ferrari kerap punya problem reliabilitas walaupun punya paket kompetitif. Sementara McLaren hanya mengandalkan bekal kecepatan di trek lurus dalam beberapa tahun belakangan.
Konsistensi dalam performa sasis Red Bull tak bisa lepas dari peran insinyur mobil balap kawakan asal Inggris yang saat ini menjabat Chief Technical Officer Red Bull Racing, Adrian Newey.
Sebagai informasi, Adrian merupakan pembuat sasis legendaris mobil F1 yang telah mengantarkan 11 konstruktor dan 12 pembalap menjadi juara dunia F1. Termasuk, kejayaan Williams era 90-an, kesuksesan McLaren era Mika Hakkinen untuk menekan dominasi Ferrari era Michael Schumacher, sampai menjadi orang di balik kesuksesan Sebastian Vettel dan Red Bull pada musim 2010-2013.
Pria yang punya ciri khas membangun mobil balap lewat gambar sketsa tangan ini menjadi kunci kenapa sasis Red Bull bisa semakin efisien dari tahun ke tahun, juga membuat lantai mobil Red Bull menjadi yang paling optimal dari sisi areodinamis. Berbagai inovasi Adrian pun selalu menjadi bahan percontohan tim-tim F1 lain selama bertahun-tahun.
Adrian juga punya pendekatan membangun mobil menyesuaikan karakter pembalap. Tak heran, ketika kemampuan ini dikombinasikan dengan etos kerja Max Verstappen yang terkenal selalu terlibat dalam pengembangan mobil lewat mau duduk berjam-jam di atas simulator balap, tentu akan membuat Red Bull semakin mudah dalam menciptakan paket mobil balap yang selalu kompetitif.
Rival Mulai Panas
Terkini, beberapa tim papan atas pun mulai panas, berlomba menjadi juara non-Red Bull pertama untuk musim ini. Selain tim Mercedes dan Ferrari, ada Aston Martin Aramco Cognizant dan BWT Alpine Renault yang juga disebut memiliki peluang besar membuat gebrakan.
Pasalnya, keempatnya juga tengah mencoba melakukan upgrade mobil untuk setidaknya mampu mengimbangi kecepatan mobil Red Bull.
Mercedes menjadi yang paling dekat, setelah dua pembalapnya, Lewis Hamilton dan George Russell, masing-masing merebut podium ke-2 dan ke-3 pada balapan di Spanyol akhir pekan lalu.
CEO & Team Principal Mercedes AMG-Petronas Toto Wolff menjelaskan bahwa timnya sampai merubah arah pengembangan hingga 180 derajat dari awal musim untuk mencoba mengejar Red Bull.
Misalnya, konsep lubang angin langsing di bagian samping mobil sudah tidak dikembangkan lagi oleh Mercedes. Selain itu, setelan suspensi depan mobil pun berganti desain. Terakhir, terdapat perubahan lantai mobil untuk memperkuat aerodinamis.
"Kami memutuskan untuk berjalan ke arah berbeda, mengganti banyak komponen yang kami pikir membuat kami tidak berkembang. Ini pilhan yang berisiko. Tapi semua tim tengah mendorong ke depan, dan kami beruntung bisa langsung memiliki hasil balapan yang bagus," jelasnya di laman resmi F1, Rabu (7/6/2023).
Namun, Toto mengakui bahwa timnya masih jauh untuk menyamai prestasi Red Bull. Terlebih, sepanjang musim 2023 berjalan, tim berjuluk The Silver Arrows ini hanya berhasil meraih satu podium oleh Lewis, tepatnya saat menjadi runner-up di Australia.
Beruntung, berkat dobel podium di Spanyol, posisi klasemen Mercedes pun naik satu tingkat ke peringkat ke-2. Menyalip Aston Martin yang hanya ditopang oleh satu pembalap.
"Jadi saat ini kami menjaga agar ekspektasi kami tetap sesuai realita. Jalan mengejar Red Bull masih panjang. Kami hanya perlu menggelinding. Tapi ini saat yang tepat untuk mengetahui bahwa arah pengembangan mobil kami sudah berada di jalan yang benar," tambahnya.
Untuk Aston Martin, saat ini pembalap kawakan Fernando Alonso telah mengumpulkan 5 podium, terbagi 4 kali juara ke-3 dan sekali juara ke-2. Namun, rekan setimnya, Lance Stroll lebih banyak di papan tengah.
Oleh sebab itu, dengan paket mobil yang terbilang kompetitif, Aston Martin tinggal pekerjaan rumahnya, yaitu membuat dua pembalapnya konsisten berada di barisan depan.
Bergeser ke tim asal Perancis, Alpine juga mulai meningkatkan performa mobil lewat perubahan desain menjadi lebih kekinian, mengikuti tren bentuk aerodinamis tim-tim besar lainnya saat ini.
Pembalap utama Alpine, Esteban Ocon melihat bahwa timnya telah berjuang keras untuk membuat desain mobil baru yang bisa menyamai kecepatan tim-tim besar lain. Buktinya, terlihat dari hasil podium pada balapan di Monako.
"Dua minggu terakhir kami terus mencetak poin. Saya telah mencetak 19 poin dalam dua balapan, dan ini membanggakan. Kami telah membuat langkah maju dalam hal kecepatan mobil dan saya yakin kami dapat mempertahankannya dan menemukan kecepatan ekstra lagi selama balapan," ujarnya.
Terakhir, para pembalap Scuderia Ferrari, Charles Leclerc dan Carlos Sainz Jr. masih menunggu hasil upgrade terbaru dari penelitian para ahli pembuat mobil Tim Kuda Jingkrak di Italia.
Saat ini, salah satu yang telah terlihat, yakni perubahan desain lubang angin bagian samping dengan lekukan yang lebih tajam. Kebangkitan Ferrari pun tengah dinanti-nanti oleh para penggemar, karena sebenarnya Ferrari bisa membuktikan diri punya performa mobil yang bisa menyamai Red Bull pada tahun lalu.
POPULAR
RELATED ARTICLES