Stories - 03 May 2023

Bonus Demografi Bisa Patahkan Rantai Generasi Sandwich?

Generasi sandwich masih merajarela. Setiap 100 penduduk usia produktif setidaknya harus menanggung 17 lansia.


Ilustrasi keluarga tiga generasi. - Freepik -

Context.id, JAKARTA - Persoalan tentang peran generasi sandwich masih menjadi perbincangan hangat berbagai generasi. Soalnya, orang yang memasuki usia produktif lebih rentan mengalami banyak tekanan karena menjadi sumber utama penyokong hidup orang tua dan anak-anaknya.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, rasio ketergantungan penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat setiap tahunnya. Setiap 100  penduduk usia produktif (15-59 tahun) setidaknya harus menanggung 17 lansia. Hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran finansial untuk mempersiapkan masa depan. 

Isu inipula membuat performa ekonomi di tengah kehidupan masyarakat masih mengalami hambatan, karena berpeluang mewariskan beban ekonomi secara turun temurun. 

Hal tersebut berkaitan erat dengan bonus demografi. Sebuah istilah yang menggambarkan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan penduduk terutama pada usia produktif. Sebenarnya, secara logika, hal ini bisa membuat rantai generasi sandwich mengendur. 

Namun, ternyata tidak semudah itu. Dikutip dari Ipra Humas, menurut Imam Suyanto selaku Humas Kementerian Perdagangan,  bonus demografi berpotensi memiliki dua sisi yaitu, kesempatan dan tantangan. 

Imam menambahkan, tantangan inilah yang kelak bisa menjadi bumerang bagi Indonesia. Pasalnya, bonus demografi  dapat menyebabkan tingginya tenaga kerja dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah. 

Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Institute for Management Development (IMD) World Competitive Year book 2022 memaparkan data daya saing Indonesia yang menempati posisi ke-44 dari posisi 37 di tahun 2021. 

Artinya, Indonesia mengalami penurunan peringkat yang perlu dijadikan evaluasi bagi pemerintah.

Namun, tak hanya jajaran penguasa yang harus mencari cara demi sebuah perbaikan, keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat juga menjadi kunci atas solusi dari dampak pola asuh yang kurang relevan seiring berkembangnya zaman. 

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat enam literasi dasar yang perlu diajarkan sedari dini, yaitu literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya serta kewarganegaraan.

Adapun literasi keuangan mendidik manusia sadar dan paham tentang bagaimana cara mengelola keuangan secara bijak dan sesuai kebutuhan. Pengetahuan inilah yang perlu dijadikan pondasi bagi para pengasuh untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mampu mengelola finansial lebih baik di masa yang akan datang.


Penulis : Nisrina Khairunnisa

Editor   : Crysania Suhartanto

MORE  STORIES

Perebutan Likuiditas di Indonesia, Apa Itu?

Likuditas adalah kemampuan entitas dalam memenuhi kewajiban finansialnya yang akan jatuh tempo

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Suku Inuit di Alaska, Tetap Sehat Walau Tak Makan Sayur

Suku Inuit tetap sehat karena memakan banyak organ daging mentah yang mempunyai kandungan vitamin C, nutrisi, dan lemak jenuh tinggi

Context.id | 26-07-2024

Dampingi Korban Kekerasan Seksual Malah Terjerat UU ITE

Penyidik dianggap tidak memperhatikan dan berupaya mencari fakta-fakta yang akurat berkaitan dengan kasus kekerasan seksual

Noviarizal Fernandez | 26-07-2024

Ini Aturan Penggunaan Bahan Pengawet Makanan

Pengawet makanan dari bahan kimia boleh digunakan dengan batas kadar yang sudah ditentukan BPOM

Noviarizal Fernandez | 25-07-2024