Share

Home Stories

Stories 14 April 2022

Mobil Listrik Masih Ada Kekurangannya, Apa Saja?

Mobil listrik menjadi primadona karena di glorifikasi ramah lingkungan. Tapi, masih ada satu masalah besar dari mobil listrik, yakni soal baterainya.

Context.id, JAKARTA – Mobil listrik menjadi primadona di dunia karena di glorifikasi ramah lingkungan, praktis, efisiensi, serta sederet keunggulan lainnya. Ini dinilai ideal dalam mencapai energi berkelanjutan, tapi nyatanya masih ada satu masalah besar dari mobil listrik, yakni soal baterainya.

Dilansir dari MyEV, salah satu komponen mobil listrik yang masa pemakaiannya paling singkat adalah baterai. Biasanya hanya dapat bertahan selama 8-10 tahun. Setelahnya, manfaat hijau dari baterai akan memudar.

“Baterai yang ada di semua mobil listrik AS setidaknya memiliki garansi selama 8 tahun atau 100.000 mil. Lalu, produsen mobil Kia memiliki garansi sekitar 10 tahun atau jarak 100.000 mil juga,” melansir MyEV.

Pada akhirnya, baterai yang mengandung zat lithium akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Sel-sel dari baterai akan melepaskan racun yang mencemari alam, memicu kebakaran, dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dinas Lingkungan Amerika (2021) melaporkan bahwa sudah ada 65 kebakaran di 16 tempat pembuangan limbah kota yang diakibatkan oleh baterai lithium-ion. Angka inipun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

“Dilaporkan dari tadinya hanya 2 kebakaran yang terdapat di satu fasilitas pada 2013, kini meningkat menjadi 65 kebakaran yang berada di 16 fasilitas pada 2020,” ujar Dinas Perlindungan Lingkungan Amerika dalam laporannya.

Di Indonesia sendiri juga pernah ada kasus serupa akibat baterai lithium, yakni di Desa Cinangka, Bogor.

Berdasarkan info dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), saat itu baterai bekas tidak didaur ulang dengan benar sehingga terjadi pencemaran besar-besaran pada lingkungan dan berdampak pada anak-anak yang tinggal di Cinangka.

Agar kejadian serupa tak lagi terulang, perlunya pengelolaan limbah baterai listrik dengan cara mendaur ulang. Terlebih, permasalahan limbah baterai ini menjadi perhatian karena mobil listrik tengah mengalami lonjakan. Hal ini terbukti dari data European Automobile Manufacturers Association (ACEA) yang menyatakan adanya peningkatan penjualan mobil listrik pada 2020 di Eropa, dan diprediksi lebih meningkat pada 2021-2022.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi

Stories 14 April 2022

Mobil Listrik Masih Ada Kekurangannya, Apa Saja?

Mobil listrik menjadi primadona karena di glorifikasi ramah lingkungan. Tapi, masih ada satu masalah besar dari mobil listrik, yakni soal baterainya.

Context.id, JAKARTA – Mobil listrik menjadi primadona di dunia karena di glorifikasi ramah lingkungan, praktis, efisiensi, serta sederet keunggulan lainnya. Ini dinilai ideal dalam mencapai energi berkelanjutan, tapi nyatanya masih ada satu masalah besar dari mobil listrik, yakni soal baterainya.

Dilansir dari MyEV, salah satu komponen mobil listrik yang masa pemakaiannya paling singkat adalah baterai. Biasanya hanya dapat bertahan selama 8-10 tahun. Setelahnya, manfaat hijau dari baterai akan memudar.

“Baterai yang ada di semua mobil listrik AS setidaknya memiliki garansi selama 8 tahun atau 100.000 mil. Lalu, produsen mobil Kia memiliki garansi sekitar 10 tahun atau jarak 100.000 mil juga,” melansir MyEV.

Pada akhirnya, baterai yang mengandung zat lithium akan berakhir di tempat pembuangan sampah. Sel-sel dari baterai akan melepaskan racun yang mencemari alam, memicu kebakaran, dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dinas Lingkungan Amerika (2021) melaporkan bahwa sudah ada 65 kebakaran di 16 tempat pembuangan limbah kota yang diakibatkan oleh baterai lithium-ion. Angka inipun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

“Dilaporkan dari tadinya hanya 2 kebakaran yang terdapat di satu fasilitas pada 2013, kini meningkat menjadi 65 kebakaran yang berada di 16 fasilitas pada 2020,” ujar Dinas Perlindungan Lingkungan Amerika dalam laporannya.

Di Indonesia sendiri juga pernah ada kasus serupa akibat baterai lithium, yakni di Desa Cinangka, Bogor.

Berdasarkan info dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), saat itu baterai bekas tidak didaur ulang dengan benar sehingga terjadi pencemaran besar-besaran pada lingkungan dan berdampak pada anak-anak yang tinggal di Cinangka.

Agar kejadian serupa tak lagi terulang, perlunya pengelolaan limbah baterai listrik dengan cara mendaur ulang. Terlebih, permasalahan limbah baterai ini menjadi perhatian karena mobil listrik tengah mengalami lonjakan. Hal ini terbukti dari data European Automobile Manufacturers Association (ACEA) yang menyatakan adanya peningkatan penjualan mobil listrik pada 2020 di Eropa, dan diprediksi lebih meningkat pada 2021-2022.



Penulis : Crysania Suhartanto

Editor   : Putri Dewi


RELATED ARTICLES

Ancaman Tarif Trump untuk 14 Negara, Indonesia Kena!

Negara-negara ini akan menghadapi tarif baru jika gagal mencapai kesepakatan dagang dengan AS sebelum batas waktu yang ditentukan

Noviarizal Fernandez . 10 July 2025

Google Veo 3 Bisa Bikin Video dari Satu Gambar

Google Veo 3 punya kemampuan mengintegrasikan video dan audio AI secara mulus, sebuah terobosan teknis yang membuka jalan baru bagi pembuatan film ...

Renita Sukma . 10 July 2025

Rahasia Jenius di Balik Tidur Siang, Bukan Cuma Mimpi Indah!

Tidur siang bisa jadi kunci membuka pintu kreativitas yang tersembunyi!

Renita Sukma . 09 July 2025

Perumusan Gagasan Sejarah: Pemerintah Sekarang Vs 1957, Apa Bedanya?

Pemerintah kembali menulis sejarah Indonesia, tapi tanpa riuh debat publik seperti era 1957. Proyek senyap miliaran rupiah dianggap jadi alat legi ...

Renita Sukma . 09 July 2025